9 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tongklek, Sebuah Nostalgia

JaswantobyJaswanto
May 1, 2020
inEsai
Priayi Kecil
16
SHARES

Dulu, sewaktu saya masih MI (setingkat SD), saya masih ingat betul, setiap pukul satu dini hari di bulan Puasa, pintu rumah saya selalu ada yang mengetuk. Bukan pocong atau sebangsanya, tapi teman-teman saya yang mengajak saya untuk berangkat tongklek keliling desa.

Tongklek: sebuah seni memukul kentongan, gambangan, perabotan; dan apa saja–untuk membangunkan sahur—dengan memainkan lagu-lagu gending laras langen tayup. Kami akan keliling desa sambil memainkan alat musik buatan kami sendiri itu: gambangan dari kayu atau bambu, kentongan, jerigen sebagai bass, icik-icik dari tutup botol beer, kemplongan tenun itu, gentong yang kami tutupi ban dalam mobil sebagai bass kedua (alat-alat berat seperti ini, membutuhkan dua orang untuk memikulnya. Jadi, kami keliling desa sambil memikul gentong air yang terbuat dari tanah liat itu).

Tongklek itu semacam drumband. Yang membedakan hanya alat-alatnya. Kalau drumband memakai alat-alat modern, tongklek sebaliknya. Apa yang dipukul mengeluarkan nada, itu berpotensi untuk kami jadikan alat musik tongklek.

Nah, di kampung kami,  ada satu grup tongklek yang legendaris. Ya tongklek teman-teman saya ini. Grup tongklek kami ini warisan secara turun temurun. Saat itu, saya, dkk, sudah menjadi generasi ketiga. Generasi pertama—para pendiri—sudah berkeluarga semua. Generasi kedua juga sama, waktu itu sudah banyak yang berkeluarga (walaupun saat itu, beberapa masih ikut kami keliling).

Di kampung kami ada satu orang yang totalitas sekali dalam urusan tongklek. Pokoknya, tongklek itu seperti istri keduanya. Dia ini, bapak muda anak satu yang dari dulu selalu konsisten ngurus anak-anak tongklek. Namanya Ngatim, Pakde saya sendiri. Beliau ini menganggap tongklek sebagai harga dirinya. Orangnya nyentrik, senim: rambut panjang, tapi perawakannya tak lebih tinggi dari saya. Kalau berbicara masalah tongklek, matanya berbinar-binar. Antusias sekali.

Dalam grup tongklek generasi ketiga itu, saya tergabung di dalamnya. Sebenarnya saya hanya ikut-ikutan saja. Karena hampir semua teman sepermainan saya ikut dalam grup tongklek itu. Makanya, selain karena tidak berbakat di bidang musik, praktis, saya hanya kebagian memainkan kecrekan (atau icik-icik) yang terbuat dari tutup botol beer yang dipukul hingga pipih. Sungguh, siapa pun bisa memainkan benda nirestetika itu.

Namun, mau memainkan alat apapun, kami tidak pernah malu berkeliling desa. Sebab, bisa bergabung dengan grup tongklek ini saja, itu sudah dipandang hebat bagi orang kampung kami. Jadi, eksistensi kami lumayan diperhitungkan.

Selain keliling sebelum sahur sampai menjelang sahur, biasanya kami juga keliling saat malam hari raya Idulfitri; dan setelah shalat dzuhur di hari raya Idulfitri. Setiap kali grup kami lewat, orang-orang akan berjajar di pinggir jalan: anak-anak, tua, muda, laki-laki, perempuan. Semua menonton kami. Dan tak jarang, beberapa memberikan kami uang, rokok, atau makanan. Momen-momen seperti itulah, yang kami tunggu.

*

Saat ini, grup tongklek itu sudah kami wariskan lagi. Tapi Pakde Ngatim juga yang masih mendukung—moral maupun material—anak-anak. Kali ini generasi keempat yang memainkannya.

Lain generasi lain pula modelnya. Jika dulu kami hanya mampu memainkan gambangan kayu atau bambu, jerigen, gentong, kentongan, dan barang-barang nggak jelas lainnya, generasi keempat ini sudah memiliki beberapa alat musik modern. Mereka tak lagi memainkan gambangan kayu kami yang legendaris itu. Sekarang suka beralih memakai gambangan besi kuningan—yang didesain seperti layaknya piano. Antara slendro dan pelok tidak tampak jelas. Bahkan mungkin mereka tak tahu apa itu slendro dan apa itu pelok.

Selain memang gambangan besi, grup tongklek kami saat ini sudah memiliki gong, bonang, drum betulan, seperti yang digunakan pemain drumband. Jika dulu kami memakai dua galon sebagai snare drum, saat ini grup tongklek kami sudah punya snare betulan. Dulu kami memanfaatkan kanopi lampu petromak sebagai cymbal, sekarang anak-anak sudah punya cymbal betulan. Dulu cukup hanya satu jerigen 20 liter sebagai bass, sekarang gentong air besar yang terbuat dari plastik itu yang dipakai bass. Jika dulu kami rela mikul barang-barang berat, sekarang mereka membuat semacam gerobak dorong yang didesain sedemikian rupa. Tentu saja ini memudahkan pemain tongklek dalam memainkan alat-alatnya.

Bukan hanya alat yang kami gunakan saya yang berbeda, tapi juga lagu-lagu yang kami mainkan. Dulu kami hanya memainkan lagu-lagu langen tayub, seperti: Pahlawan Ranggalawe, Sriwuni nang Kuto Tuban, Lingsir Wengi, Caping Gunung, dll. Sekarang beda, karena gambangan mereka memungkinkan untuk memainkan lagu ala dangdut, maka lagu yang dimainkan anak-anak sekarang tak jauh dari itu. Lagu-lagu Didi Kempot, lagu-lagu yang dipopulerkan Nella Karisma, sesekali juga memainkan lagu-lagu shalawat. Ini perkembangan yang sangat pesat, menurut saya. Dan siapa yang tahu, bahwa grup tongklek legendaris itu, kini menjelma menjadi sebuah warisan yang masih diminati oleh generasi penerus kami.

Dan tongklek, mungkin di seluruh Kota Tuban, menjadi permainan musik yang ditunggu-tunggu saat bulan Puasa. Bahkan permainan musik ini sering dilombakan dan difestivalkan. Tongklek bukan lagi menjadi permainan suka-suka, tapi sudah menjelma menjadi kompetisi dan ladang profesi. Di beberapa desa di Kota Tuban, tongklek bahkan bertransformasi sebagai hiburan semacam dangdut atau pertunjukan musik lainnya. Banyak orang hajatan yang lebih memilih tongklek sebagai pengisi acara daripada dangdut, misalnya. Selain karena ongkosnya lebih murah, tongklek sekarang memang tak jauh beda dengan dangdut. Hanya saja tongklek tidak memakai alat musik yang menggunakan listrik.

Jika saya pemerintah serius menggarap tongklek ini, tidak menutup kemungkinan, kesenian ini akan tetap bertahan sampai kapan pun—dan tentu saja bisa dijadikan sebuah destinasi pertunjukan rakyat Kota Tuban. [T]

Tags: kampung halaman
Previous Post

Menebak Kriteria Penerima Bantuan Tunai Covid-19

Next Post

Ketidakpastian Pandemi: Dukungan Psikososial Vs Teori Konspirasi

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Ketidakpastian Pandemi: Dukungan Psikososial Vs Teori Konspirasi

Ketidakpastian Pandemi: Dukungan Psikososial Vs Teori Konspirasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

by Pry S.
June 8, 2025
0
Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

AKHIR Mei kemarin, Kompas menerbitkan sebuah feature bertajuk ‘Sastrawan Tak Bisa Menggantungkan Hidup pada Sastra.’ Liputan ini dibuka dengan narasi...

Read more

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co