HARI-HARI pada sekitar tanggal 16-17 November 2024 adalah hari-hari penting bagi kami, warga di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali. Saat itu, kami tak sabar mengetahui hasil penjurian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
ADWI merupakan ajang tahunan yang sudah sempat tahun digelar secara rutin oleh Kemenparekraf RI.
Pada 15 November 2024, saya (selaku warga biasa yang turut mengembangkan wisata di Desa Les) berangkat ke Jakarta, tentu saja bersama Perbekel (Kepala Desa) Les, I Gede Adi Wistara, untuk mengikuti rangkaian acara malam ADWI, di mana Desa Les menjadi salah satu nominasi yang diunggulkan untuk mendapat anugerah bergengsi di bidang pariwisata itu.
Forum Kolaborasi Mitra Strategis ADWI | Foto: Dok. Don Rare
Ada dua agenda utama dalam 2 hari di ibukota. Agenda pertama, 16 Novemver, melakukan pemaparan potensi masing-masing desa wisata kepada 30 mitra strategis. Keesokan harinya, tepat jam 4.30 pagi, waktunya untuk display produk UMKM masing-masing Desa Wisata.
Seperti biasanya produk unggulan seperti kriya, wastra, sampai panganan lokal, menjadi ciri khas. Pada sesi display produk itu, Desa Les tergabung dalam wilayah Bali Nusra, Indonesia Timur dan Papua. Kami berada dalam satu booth.
Kami saling bertukar informasi, baik terkait produk maupun paket wisata yang dikembangkan dan dijalankan di masing-masing desa.
Acara display produk ini kebetulan bertepatan dengan acara Car Free Day (CFD) di ruas Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Hadir pula Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif periode 2020 -2024, Sandiaga Uno.
Banyak warga mampir di arena CFD dan momen itu saya jadikan ajang untuk mempromosikan baik paket wisata Desa Les maupun produk lokal yang menjadi warisan kearifan lokal bertahun-tahun di Desa Les, seperti garam laut tradisional dan gula juruh lontar.
Hal ini menarik karena masing-masing desa membawa dan mempresentasikan keunggulan dan potensi desanya.
Sore hari, 17 November 2024, adalah acara puncak dari Malam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Di rundown, acara mulai jam 18.30 sampai jam 23.00. Lumayan panjang dan ada beberapa penampilan penyanyi seperti Project Pop.
Sepanjang acara saya harap-harap ada kabar baik. Sepanjang pengumuman nominasi di setiap kategori, pikiran selalu berdoa “LES”. Haha, maklum bagaimanapun harapan adalah doa dan doa adalah harapan.
Dari lima kategori, Desa Les masuk dalam 2 nominasi, yakni kategori digital dan desa wisata maju.
Ketika 8 kategori diumumkan, masih belum tersebutkan nama Desa Les, saya pun sedikit mengusap muka.
“Apakah masih ada peluang,” kata saya dalam hati.
Sampai tiba pada sambutan Ibu Menteri Pariwisata, Ibu Widiyanti Putri, dan salam perpisahan dari Bapak Sandiaga Uno, saya hampir kecewa, karena mengira acara sudah selesai, dan Desa Les tak disebut-sebut mendapat anugerah apa pun.
Saya gundah. Hal yang sama sepertinya dirasakan Perbekel Adi Wistara. Ia tampak kecewa ketika satu persatu kategori dibacakan dan Desa Les tak pernah disebutkan.
Beberapa kali Perbekel berujar, “Tidak dapat sudah!” Tetapi saya menanggapi dengan optimis.
“Masih ada piala, kok,” kata saya.
Awalnya kami bergumam dan optimis Desa Les akan mendapatkan anugerah pada kategori amenities dan destinasi. Tapi tidak ada Desa Les di katagori itu.
Tetapi, sambutan Menteri bukanlah penutup acara. Pembawa acara ternyata memberitahu masih ada yang ditunggu untuk kategori terakhir. Harapan saya menyala kembali.
Sampai pada akhirnya Desa Wisata Terbaik pun disebutkan. Sejenak hening. Untuk Kategori Desa Wisata Terbaik 2024 akhirnya disebutlah Desa Wisata Les mendapatkan anugerah itu.
Saya dan Perbekel Adi Wistara secara spontan melompat kegirangan, saking senangnya.
Perbekel Adi Wistara pegang piala, saya pegang plang hadiah | Foto: Dok. Don Rare
Akhirnya doa, harapan dan kebaikan semua pihak itu nyata. Desa Les yang memang sudah secara alami dikunjungi wisatawan sejak tahun 2000-an akhirnya mendapatkan hadiah akhir tahun dalam bentuk Anugerah Desa Wisata Terbaik.
Ini awal sekaligus tantangan semua pihak yang terlibat. Peningkatan dalam segala aspek untuk menunjang keberlangsungan semangat dari penghargaan ini menjadi tugas yang terus menerus harus di kerjakan.
Tidak mudah, tapi selalu ada harapan untuk berkembang dan bertumbuh. Di tengah keterbatasan selalu ada cara untuk melampaui itu. Dalam tantangan selalu ada peluang.
Saya pegang piala ADWI 2024 | Foto: Dok. Don Rare
Dalam wujud penghargaan selalu ada tugas untuk lebih baik lagi. Konsep pariwisata hijau yang menjadi tema dari Anugerah Desa Wisata 2024 harus terus diaplikasikan di Desa Les.
Dengan begitulah maka bisa tercapai tujuan pelestarian lingkungan, budaya dan bumi, sekaligus juga memberi nilai ekonomi bagi masyarakat secara nyata, tak hanya maya atau samar-samar.
Terima kasih semua kebaikan. [T]
- BACA artikel lain tentang DESA LES