“APA yang kamu lakukan ketika terjadi sebuah peristiwa yang menakutkan? Apakah kamu akan tetap di rumah dan menangis? Atau kamu menjauh darinya? Aku harus mencari jalan lain untuk menjadi seseorang. Ketika kita berada di tempat yang terbaik, kita akan melihat kembali rumah kita.”
Biodun adalah orang Nigeria. Dia menceritakan bagaimana dia selamat dari perjalanan, katakanlah, “mematikan”, berjalan kaki dari Lagos sampai Paris dengan berbekal wadah air 5 liter bergambar seekor gajah dengan pelana yang bagus—seperti simbol-simbol di Thailand—dan keberaniannya yang besar.
Seolah seorang ahli Shakespeare yang baik, Biodun mengekspresikan (baca: menceritakan) dirinya seperti seorang Griot yang meminjam kefasihan bicaranya dari James Brown. Dalam sebuah film dokumenter animasi berdurasi 14 menit 32 detik itu, ia mengubah peristiwa yang dialaminya—yang mengerikan dan penuh pertaruhan nyawa—menjadi petualangan yang luar biasa.
Cuplikan film Europe by Bidon | Foto: tatkala.co/Jaswanto
Ya, Samuel Albaric, pula Thomas Trichet, mengadaptasi kisah menakjubkan seorang pria Nigeria yang selamat dari perang saudara dengan berjalan kaki sejauh 4.000 mil dari Lagos ke Paris itu dengan sangat baik lewat film dokumenter animasinya berjudul Europe by Bidon (2022).
Dokumenter animasi bertema pengasingan, eksodus, migrasi, dan perjalanan ini saya tonton di festival film pendek internasional Minikino Film Week 10 di MASH-Living Room, Denpasar, Sabtu (14/9/2024).
Sebagai sutradara, Samuel Albaric dan Thomas Trichet menggambarkan Biodun sebagai lelaki berkalung salib yang lembut dan baik hati. Europe by Bidon seluruhnya memang berasal dari sudut pandang Biodun. Ini semacam dokumenter biopic dari seorang yang berpegang teguh dengan keyakinan dan buah dari kebaikan.
Cuplikan film Europe by Bidon | Foto: tatkala.co/Jaswanto
Untuk meyakinkan penonton bahwa Biodun adalah pria yang baik, Samuel Albaric dan Thomas Trichet menampilkan satu adegan yang heroik. Pada saat Biodun menaiki mobil dengan bak terbuka bersama orang-orang yang dipimpin oleh dua pria bersentara laras panjang, seorang penumpang terjungkal dan jatuh tapi tak ada yang peduli. Biodun yang baik berusaha menghentikan mobil. Dan ia dianggap pengganggu rombongan ilegal itu.
Mobil berhenti. Seorang lelaki kasar dengan laras panjang di tangan menurunkan Biodun secara paksa lalu memukulinya hingga babak belur. Pada saat yang sama lelaki yang terjungkal tadi, dengan napas terengah-engah, berhasil kembali ke rombongan. Tapi dasar sial. Lelaki yang terjungkal segera naik ke atas mobil, bergabung dengan pengungsi lainnya, tapi tidak dengan Biodun, ia justru yang ditinggal tanpa ada yang peduli. Biodun putus asa.
Pada saat keputusasaan menghantui Biodun, film bergerak menampilkan keajaiban. Seekor gajah dengan pelana muncul di hadapannya. Gajah itulah yang tergambar di wadah air 5 liter yang dibawanya. Dan gajah itu, seperti dewa, membimbing Biodun untuk bangkit dan kembali melanjutkan perjalanan. Bidoun bangkit. Ia berjalan di tengah gurun dan, secara ajaib, menemukan mobil yang ia tumpangi sebelumnya. Bidoun menyelinap dan kembali bergabung dengan rombongan.
Europe by Bidon tidak fokus pada peristiwa konflik. Film ini fokus pada cerita Biodun saat melakukan perjalanan. Ya, Nigeria sebagai negara memiliki pengalaman perang saudara yang populer disebut sebagai Perang Biafra. Orang Biafran sebagian besar adalah orang Igbo dan kebanyakan Kristen. Perang Saudara Nigeria dimulai pada 6 Juli 1967 dan berakhir pada 15 Juli 1970.
Cuplikan film Europe by Bidon | Foto: tatkala.co/Jaswanto
Perang Biafra disebabkan oleh upaya pemisahan diri salah satu provinsi tenggara Nigeria dan pembentukan wilayah bernama Republik Biafra pada 27 Mei 1967 oleh Letnan Kolonel Emeka Odumegwu—seorang pemimpin militer terlatih Oxford yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Nigeria Timur.
Selama perang, orang-orang sipil, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak, termasuk Biodun, terkena dampaknya sebagai korban kekerasan, sebagai pengungsi, dan sebagai imigran gelap. Biodun melakukan perjalanan ilegal dengan sebuah mobil pickup bersama beberapa orang—yang tampak putus asa—menyeberangi gurun dan menantang maut pada malam hari.
Mereka bergerak dari Lagos, membelah Mali, menantang maut di Aljazair, menyeberang dengan perahu mesin kecil ke Spanyol. Pada saat giliran Biodun menyeberang dengan beberapa orang, mesin kapal rusak, dan badai menghantamnya. Tapi semesta masih berpihak kepadanya. Ia diselamatkan oleh sebuah kapal nelayan dan film selesai. Biodun sampai ke Paris.
Melalui narasi Samuel Albaric dan Thomas Trichet, saya menyadari bahwa nasib baik tak ada yang tahu. Saya teringat kata Emha Ainun Nadjib, “Teruslah berbuat baik. Kalau tidak dipertemukan dengan orang baik, Anda akan ditemukan oleh orang baik.”[T]