6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Legenda ke Fakta, Menyibak Sejarah dan Pesona Candi Prambanan

Putu Ayu Aprilia AryanibyPutu Ayu Aprilia Aryani
September 18, 2024
inTualang
Dari Legenda ke Fakta, Menyibak Sejarah dan Pesona Candi Prambanan

Penulis Berpose dengan Background Candi Prambanan (Dokumentasi Pribadi)

PUKUL sepuluh pagi, matahari sudah terasa menyengat kulit. Tidak pernah disangka, pagi yang cerah itu, akan membawa saya menuju kebahagiaan yang saya tunggu-tunggu selama ini. Hari itu menjadi momen yang tak akan pernah terlupakan bagi saya. Mengapa tidak? Saya akan segera bertemu dengan salah satu peninggalan sejarah kerajaan masa lalu yang memiliki nilai keindahan dan peradaban manusia yang adi luhung.

Apakah kalian pernah mendengar tentang sebuah kisah dibangunnya 1000 candi dalam semalam oleh seorang tuan dan para lelembutnya, demi mendapatkan cinta seorang wanita? Iya, tempat yang akan saya kunjungi kali ini adalah Candi Prambanan.

Sejak kecil, saya begitu senang membaca dan mengetahui sejarah-sejarah peradaban kerajaan kuno dan peninggalannya, seperti Candi Prambanan ini. Pada akhirnya, semua itu membuat saya begitu penasaran dan ingin mengetahuinya langsung. Seperti apakah wujud bangunan indah itu apabila dilihat oleh mata telanjang secara langsung. Dan saya juga ingin mengetahui, sejarah apa yang ada dibalik keindahan banguanan itu.

Kunjungan ke Candi Prambanan ini merupakan kesempatan yang sangat luar biasa bagi saya. Mengikuti sebuah program pengabdian kolaborasi, Dharma Literacy Academy. Selama 3 bulan lamanya mengikuti kegiatan ini, berdiskusi mengenai agama Hindu, kondisi keumatan dan masih banyak lagi. Hingga pada akhirnya berhasil mengikuti puncak kegiatan ini yang dilaksanakan di luar Jawa yakni di Klaten dan Yogyakarta, membuat saya begitu bahagia. Pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Jawa, langsung ke Candi Prambanan? Wahh perjalanan ini pastinya akan begitu luar biasa.

Menuju Prambanan | Foto: Dokumentasi Pribadi

Bus yang saya dan rombongan tumpangi bergerak begitu cepat, menembus teriknya matahari Jogja hari itu. Sebelumnya, saya dan rombongan mengunjungi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bus segera meluncur menuju tempat selanjutnya yakni Candi Prambanan. Jarak dari keraton menuju candi yakni sekitar 18 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 50 menit hingga 1 jam perjalanan. Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambana Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Walapun jarak yang ditempuh lumayan jauh, namun saya begitu menikmati perjalanan ini. Menyaksikan ramai dan indahnya Jogja hari itu.

Hingga tak terasa, akhirnya saya dan rombongan pun tiba di Candi Prambanan. Saya begitu terpukau melihat begitu luasnya komplek Candi Prambanan ini. Dari pintu masuk, saya sudah bisa melihat begitu megahnya 3 candi utama yang berjajar dari kejauhan. Rasanya sudah tidak sabar, untuk mengetahui rahasia sejarah apa yang menjadi tonggak berdirinya warisan adi luhung ini. Saya dan rombongan pun mengambil beberapa jepret diri dengan berbagai pose. Sungguh luar biasa indah peninggalan sejarah ini. Dari kejauhan saja sudah nampak betapa kokoh dan gagahnya bangunan itu.

Berpose dengan Background Candi Prambanan | Foto: Dokumentasi Pribadi

Saya dan rombongan pun bergerak masuk ke area komplek candi. Sebelum memasuki area lebih dalam lagi, saya dan rombongan harus mengganti pakaian yakni menggunakan busana adat madya. Karena, selain berkunjung dan mengetahui sejarah berdirinya candi ini, saya dan rombongan juga akan mengikuti persembahyangan rahina Tilem di Candi Prambanan. Kebetulan hari itu adalah hari Tilem, dimana para umat Hindu akan melakukan persembahyangan.

Menuju halaman utama Candi Prambanan | Foto: Mpu Kuturan TV

Setelah berganti busana, saya dan rombongan pun masuk menuju halaman candi. Disana kami bertemu dengan seorang arkeolog muda Candi Prambanan, beliau adalah Kak Nur Khotimah. Rupanya beliaulah yang akan membantu menjelaskan kepada saya dan rombongan, mulai dari sejarah sampai struktur bangunan candi ini. Saya dan rombongan mendengarkan dengan begitu seksama penjelasan dari Kak Nur. Begitu mendengar penjelasan dari Kak Nur mengenai Candi Prambanan, saya pun tercengang.

Kak Nur menjelaskan, sejarah berdirinya Candi Prambanan bukanlah seperti yang diceritakan dalam dongeng-dongeng ataupun penuturan orang tua. Dimana cerita yang menyebar adalah mengenai dibangunnya candi ini dalam semalam oleh Bandung Bondowoso untuk Roro Jonggrang, sebagai bukti cintanya. Namun nyatanya, cerita tersebut hanya sebuah cerita rakyat semata dan tidak merupakan peristiwa sesunggunya. Cerita tersebut diketahui muncul saat jaman kolonial, sebagai bentuk propaganda kolonial terhadap rakyat Indonesia. Kala itu, masyarakat yang dipaksa untuk bekerja membangun infrastruktur oleh pemerintah kolonial. Masyarakat kala itu dibandingkan dengan kemampuan leluhur mereka terdahulu, yaitu membangun candi hanya dalam waktu semalam saja. masyarakat kala itu dengan mudahnya dipropaganda, sehingga bersedia untuk bekerja secara paksa.

Diskusi bersama Kak Nur | Foto: Mpu Kuturan TV

Nama Prambanan berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna “Brahman Agung” yaitu Barhman yang artinya realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan. Hal ini sering disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama “Prambanan” berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat. Candi Prambanan ini juga disebut juga dengan candi Roro Jonggrang.

Ditemani angin sepoi-sepoi dan suara daun yang melambai-lambai, saya dan rombongan begitu menyimak penuturan Kak Nur. Beliau menjelaskan, candi megah ini dibangun pada masa kerajaan kuno. Dalam prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram. Rakai Pikatan adalah keturunan Dinasti Sanjaya yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno/Medang dari tahun 840 M hingga 856 M. Masa pemerintahan Rakai Pikatan juga menandai bersatunya Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Dinasti Syailendra (Buddha) dengan pernikahannya dengan Pramodawardhani, putri Raja Samaratungga.

Candi Prambanan menjadi bukti bahwa adanya 2 dinasti yang berbeda kepercayaan yakni dinastit Sanjaya penganut Hindu Siwa dan wangsa Sailendra penganut Buddha Mahayana. Dengan dibangunnya candi ini, menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa. Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta, Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertahun 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.

Kemegahan salah satu dari 3 candi utama (Candi Brahma) | Foto: Dokumentasi Pribadi

Komplek candi Prambanan terdiri dari 240 candi. 3 Candi Trimurti, yaitu candi Siwa, Wisnu, dan Brahma. Kemudian 3 Candi Wahana yaitu candi Nandi, Garuda, dan Angsa, kemudian 2 Candi Apit, 4 Candi Kelir, 4 Candi Patok dan 224 Candi Perwara. Candi Prambanan ini berfungsi sebagai tempat ibadah dan persembahan kepada para dewa Hindu. Candi Prambanan digunakan untuk upacara keagamaan dan ritual persembahan kepada Trimurti, tiga dewa utama Hindu. Candi Prambanan juga berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram. Pada tahun 2006, candi ini juga mengalami restorasi akibat gempa yang melanda Jogja. Candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991.

Tidak terasa, diskusi yang begitu alot itu harus segera berakhir. Karena jam telah menunjukkan pukul 3 sore, menandakan persembahyangan Tilem di candi Prambanan akan segera dimulai. Saya, Kak Nur dan rombongan pun mengakhiri obrolan kami sore itu dan segera menuju komplek utama candi yakni di Candi Siwa, untuk melaksanakan persembahyangan bersama umat Hindu lain. Saya dan rombongan mengikuti persembahyangan sore itu dengan khusyuk. Begitu bersyukurnya saya, bisa datang dan melihat secara langsung mega karya indah ini. Mendengarkan sejarah berdirinya, serta melakukan persembahyangan disana, membuat saya begitu bersyukur dan bangga.

Persembahyangan Bersama di Candi Prambanan | Foto: Mpu Kuturan TV

Apabila kalian hendak berwisata ke tempat-tempat bersejarah, disamping menikmati pesona keindahannya tapi juga ingin mempelajari sejarah dan makna dibangunnya tempat itu, maka Candi Prambanan bisa menjadi rekomendasi yang pantang untuk dilewatkan. Harga tiket masuk Candi Prambanan untuk wisatawan domestik untuk dewasa (usia 10 tahun ke atas) sekitar 50 ribu rupiah per orang dan anak-anak yaitu 25 ribu rupiah per anak. Tiket wisatawan domestik ditujukan bagi Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan KTP. Sedangkan Bagi wisatawan mancanegara tidak perlu menunjukkan KTP. Bagi wisatawan mancanegara dewasa (usia 10 tahun ke atas) dikenakan biaya Rp 400 ribu per orang dan untuk anak-anak sekitar 240 ribu rupiah. Informasi mengenai biaya masuk ini bisa didapatkan dari pos masuk.

Candi ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran. Di area candi ini juga terdapat fasilitas-fasilitas seperti area parkir yang luas, taman-taman disekitar komplek candi utama yang asri dan indah, toilet, kemudian guide. Dan yang paling menarik dan patut dicoba ketika hendak berkeliling untuk menikmati keindahan candi ini adalah dengan menyewa mobil golf (bagi rombongan). Sementara bagi yang datang sendirian atau berpasangan, bisa menyewa sepeda dengan tarif Rp 10 ribu (single bike) dan Rp 20 ribu (tandem bike). Namun sayangnya, toilet di sekitar komplek candi ini bisa terbilang cukup sedikit. Serta jaraknya yang begitu jauh dari komplek utama candi. Untuk memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan dan membuat nyaman para wisatawan, maka perlu diperbanyak fasilitas toilet di area sekitar candi.

Hingga hari sudah menunjukkan pukul 6 sore, persembahyangan telah usai. Saya dan rombongan bergerak meninggalkan area candi ini. Menuju tempat menginap kami di dekat Malioboro. Sepanjang perjalanan menuju tempat menginap, saya tak henti-hentinya bersyukur. Mengikuti serangakaian kegiatan Dharma Literacy Academy ini, nyatanya membawa saya untuk bisa datang secara langsung, mengetahui dan mempelajari mengenai Candi Prambanan ini. Saya harap, mungkin tidak di kegiatan ini lagi tapi dikegiatan lain, saya bisa diberikan kesempatan untuk mendatangi kembali tempat-tempat bersejarah lainnya. Datang, mengetahui, memahami, dan mempelajari adalah salah satu cara untuk mengenang dan berdamai dengan masa lalu. [T]

Bersejarah, Monumen Jagaraga Jadi Wisata Edukasi yang Menyenangkan
Diapit Tebing Kemerahan, Wisata Air Terjun Tembok Barak Pantang Dilewatkan
Tags: Candi Prambananlegendasejarah
Previous Post

Dua Minggu Pasca IAF 2024: Menimbang Hasil, Tantangan, dan Prospek

Next Post

Mengenal Sonja Rohleder, Sang Animator dari Berlin yang Humanis

Putu Ayu Aprilia Aryani

Putu Ayu Aprilia Aryani

Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Pencinta kucing yang percaya bahwa setiap interaksi, baik dengan manusia maupun hewan, memiliki cerita dan makna tersendiri.

Next Post
Mengenal Sonja Rohleder, Sang Animator dari Berlin yang Humanis

Mengenal Sonja Rohleder, Sang Animator dari Berlin yang Humanis

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co