2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Resep Manis Menulis Prosa ala Henry Manampiring dan Dee Lestari

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
August 28, 2024
inKhas
Resep Manis Menulis Prosa ala Henry Manampiring dan Dee Lestari

Dee Lestari saat menyampaikan materi "Workshop Menulis Puisi" | Foto: SLF/Saka

BAGI seorang cerpenis atau penulis prosa pemula, untuk menulis satu cerita saja bisa berminggu-minggu dan sangat mungkin berbulan-bulan. Lebih horor lagi, tidak selesai-selesai dengan waktu segitu karena masih dirasa kurang ini kurang itu saat menulis. Dirasa harus ditambah waktu lagi, lagi, dan lagi—untuk menyempurnakan ini dan itu dalam satu waktu, akhirnya timbul sebagai hasrat paling buas.

Bergelut dengan kata apa yang cocok di kalimat pertama, seperti menghadapi hutan lebat—kebingungan yang luar biasa. Belum lagi tentang premis apa yang mesti dibahas, mau diapakan lagi agar tulisan bisa lebih terstruktur dan jernih jika dibaca dalam sekali duduk itu.

Fenomena di atas, tentu saja siapa pun pernah mengalami di posisi demikian, lebih-lebih menulis menunggu mood baik adalah salah satu ritual yang sering dijumpai oleh setiap orang, terutama bagi penulis pemula yang baru saja terilhami oleh gaya menulis yang bagus dari seorang penulis. Lalu ia mengidolakan, dan ingin menulis seperti sang idola. Atau alasan lainnya yang tak terduga, misalnya, karena kebutuhan kerja.

Dee Lestari saat menyampaikan materi dalam “Workshop Menulis Prosa” di SLF 2024 | Foto: SLF/Saka

Tetapi dengan air muka yang sangat kalem dan membuat suasana menjadi riang di Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Buleleng—tempat masa kecilnya Ida Ayu Nyoman Rai, ibunda presiden pertama bangsa ini, Soekarno, dengan penuh rasa mendorong dan tegas meyakinkan kepada peserta di sana, Dee Lestari, penulis novel Supernova yang laris manis itu, memberikan resep yang gampang sekali untuk menulis bagi penulis pemula pada “Workshop Menulis Prosa” dalam acara Singaraja Literary Festival (SLF) pada Jumat, 23 Agustus 2024.

Bahkan, ini lebih dari apa yang sebelumnya dibayangkan jika ternyata untuk memulai menulis dan menyelesaikannya cukup sederhana. Menulis itu, kata Dee sambil tersenyum, “Jangan cepet-cepet pengen bagus. Harus bertahap. Biar kita bisa menemukan apa yang kurang dari kita sebelum menulis ide-ide yang lain di lain tulisan,” ucapnya dengan lembut.

Ia memiliki perangai yang baik sebagai penulis. Sangat murah senyum. Para peserta dibuatnya seperti tak ada sekat, tak ada kasta. Benar-benar suasana menjadi setara di siang itu—bahwa tempat itu sebagai tempat belajar bersama walaupun panas sudah menjarah semuanya dengan gerah.

“Gas aja dulu. Habiskan semuanya, sampai tamat. Edit belakangan!” lanjut penulis Filosofi Kopi yang menggetarkan itu.

Peserta “Workshop Menulis Prosa” di SLF 2024 | Foto: SLF/Saka

Ia juga menegaskan jika menulis jangan sambil mengedit. Karena itu dua hal yang berbeda, katanya lagi. Menulis ya menulis—mengeluarkan ide. Setelah selesai, itulah kemudian tahap pengeditan, jangan disatukan dalam proses penulisan. “Jadi, biar kita gak berat saat menulis. Pokoknya, tulis-tulis aja deh dulu hehe..” Ia terkekeh.

Sampai di sini, ia juga memberikan teknik yang lain agar menulis tak dirasanya sebagai aktifitas yang berat. Mendiamkan tulisan menjadi sebuah draft beberapa waktu itu penting, biar inspirasi penulisan berkembang.

“Berikan waktu pada tulisan kita juga itu perlu agar kita mendapatkan celah apa yang kurang. Dari sanalah perkembangan pada tulisan akan terlihat, dari pada sibuk menulis sekaligus mengedit itu kan rasanya pasti berat sekali sehingga tulisan gak selesai-selesai,” terang Dee.

Manusia tidak akan pernah bisa menulis yang bagus. Maksudnya, pasti ada saja yang dianggap kurang oleh si penulis—walaupun itu hanya tanda baca, atau satu kata yang kurang, dan atau premis dan lainnya. Dari pada stress memikirkan itu menghabiskan waktu, sebagaimana dikatakan Dee, sebaikknya kita mesti belajar menerima ketidaksempurnaan itu.

“Jadi, menulis itu tak hanya sekadar membuat karya, tetapi juga bagaimana kita mengeluarkan sampah-sampah yang ada di dalam pikiran kita. Itulah efek baiknya dari menulis. Muntahkan semuanya dalam tulisan—ingat, nanti editnya belakangan!” Dee seperti mengajar anak SD yang masih belum sempurna menulis huruf.

Dee Lestari dan Henry Manampiring saat menyampaikan materi dalam “Workshop Menulis Prosa” di SLF 2024 | Foto: SLF/Saka

Kemudian untuk inspirasi, agar tulisan lebih kaya akan cerita secara imajinasi, Henry Manampiring melanjutkan menyampaikan materinya kemudian. Ya, lokakarya ini memang diisi oleh Dee dan Henry, penulis Filosofi Teras yang terkenal itu.

Media sosial dan film, kata Henry menjelaskan, dapat menjadi pemantik bagaimana imajinasi akan bermunculan saat menulis, baik itu pada cerita humor atau  cerita yang serius—atau cerita-cerita receh dari media sosial yang kita lihat secara tidak sengaja.

“Di sana juga, secara filsafati kita sebagai penulis, bisa kita bawa ke arah mana atau dipakai buat apa itu, sebagai bahan penulisan, jika memang dianggap bagus atau ada. Saya sering mendapatkan ide dari media sosial, dari memperhatikan tingkah netizen. Kemudian juga film-film seperti Joker dan lain sebagainya,” kata Henry

Dalam mewujudkan perwatakan pada si tokoh dalam membangun cerita yang lebih hidup, cerita-cerita di sekitar kita juga bisa kita tiru atau diambil. Satu waktu, kata Henry memulai cerita, temannya mengeluh kepadanya, kok bisa bawahannya lebih hedon—dengan mobil bagus dan jam tangan lebih mahal—daripada temannya yang sebagai bos.

“Kemudian dia, teman saya itu, bertanyalah kepada bawahannya yang ia curigai dan siniskan, ‘Kok kamu lebih mewah gaya hidupnya dari saya? Padahal gajimu pas-pasan?’ Anak buahnya kemudian menjawab, ‘Bapak pernah waktu kecil menahan lapar? Tak bisa membeli baju bagus? Atau tadi, bingung besok mau makan apa?” Henry memutus ceritanya.

Dengan ritme lebih santai Henry melanjutkan—ia memandang wajah para peserta yang menunggunya melanjutkan cerita. “Gue udah kenyang ama miskin!” lanjut Henry menceritakan jawaban anak buah temannya itu dalam kisah.

Dee Lestari dan Henry Manampiring saat menyampaikan materi dalam “Workshop Menulis Prosa” di SLF 2024 | Foto: SLF/Saka

Para peserta tertegun saat mendengar kalimat “Gue udah kenyang ama miskin!”. Benar-benar cerita yang tak bisa ditebak. Dalam mengisahkan perwatakan, lanjut Henry, kita bisa membuat bagaimana si tokoh tak dapat dikira sebenarnya ia memiliki alasan dalam berbuat sesuat, dan atau mengapa ia seperti itu.

“Seperti cerita singkat tadi, kita bisa menilai bahwa anak buah teman saya itu dulunya miskin, dan ia ingin mengubah dan menujukan ke dunia jika ia bisa melakukan sesuatu hal—dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri. Sebab itulah back story, itu sangat diperlukan dalam menuliskan kisah atau menanamkan watak pada si tokoh,” kata Henry.  

Sampai di sini, terkait tulisan yang membuat kesal karena tidak selesai-selesai, yang kerap menjangkiti para penulis muda—yang tulisannya ingin terlihat bagus dalam sekali belajar dalam sekali menulis, itu akan sulit, dan hanya menhadirkan deretan panjang ketidaksempurnaan yang lain—dalam keterampilan menulis.

Henry sepakat apa yang dikatakan oleh Dee Lestari jika memberi “tenggat selesai” pada tulisan yang sedang digarap sangatlah diperlukan walaupun masih pemula. Itu baik untuk menemukan kekurangan diri sendiri.

“Selesai atau gak selesai, pokonya harus selesai.. haha..” Jelas penulis yang pupuler itu penuh humor sambil menyemangati. “Dan pokoknya, jangan sesekali menunggu mood bagus untuk menulis selesai, karena bergantung pada kondisi semacam itu tidak akan bisa membawa kita kepada tahap kepenulisan yang berkembang,” tambahnya sambil tersenyum.[T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Jaswanto

BACA artikel lain terkait SINGARAJA LITERARY FESTIVAL 2024

Tambal Sulam Ekranisasi Teks Lama ke Film
Menelusuri Jejak Pembahasan Pertanian dalam Sastra Dulu dan Kini
Tribute to Cok Sawitri: Merawat Ingatan, Mengalirkan Pengetahuan
Jam Session Kolaborasi 9 Seniman Bali Utara di Singaraja Literary Festival 2024
Merayakan Lontar, Sastra, dan Kebudayaan di Singaraja Literary Festival 2024
Siap-siap, 23-25 Agustus, Singaraja Literary Festival 2024 dengan Tema Dharma Pemaculan
Merayakan Khazanah Rempah dalam Lontar Bali, Sesi Khusus Singaraja Literary Festival 2024
Tags: Dee LestariHenry ManampiringprosaSingaraja Literary FestivalSingaraja Literary Festival 2024
Previous Post

Urgensi Penerapan ESG dalam Bisnis Pariwisata

Next Post

Menggali Khazanah Rempah dalam Lontar Bali: Usadha, Gandha, dan Boga

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Menggali Khazanah Rempah dalam Lontar Bali: Usadha, Gandha, dan Boga

Menggali Khazanah Rempah dalam Lontar Bali: Usadha, Gandha, dan Boga

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co