“Untuk apa baca buku sejarah kemerdekaan Indonesia, jika hal itu tidak menjadi syarat mendapatkan bansos? Untuk apa baca buku sejarah kemerdekaan Indonesia, jika itu tidak jadi syarat menjadi anggota DPRD,DPR,DPD….Bupati..Presiden,” jawab seorang pemanjat pinang kepada roh pahlawan.
Demikian dialog malam itu, Kelompok Teater Selem Putih, bawakan garapan seni panggung yang sarat pesan, moral, nasionalisme berjudul ‘Bendera’, serangkaian Festival Seni Bali Jani.(FSBJ VI), Jumat (16/8/2024) bertempat di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Centre.
Dalam pementasanya, sekelompok orang sedang mengikuti lomba panjat pinang berhadiah beberapa bungkus sembako, yang bergantung pada bagian atas batang pinang. Di atas hadiah yang bergantung itu terpancang bendera merah putih. Setelah berhasil memanjat dan mengambil hadiah sembakonya, ketika mereka akan pulang, seorang dari kelompok itu menyadari bendera merah putih terputus talinya.
Mungkin penyebabnya saat pemanjat mengambil hadiah, tali bendera tersangkut sampai putus. Orang itu pun meminta agar mereka memanjat lagi untuk memperbaiki tali bendera. Namun tak seorang pun yang bersedia. Kemudian muncul sosok roh yang mengaku sebagai pejuang kemerdekaan. Roh itu menggugat sikap mereka yang lebih peduli pada sembako daripada memperbaiki tali bendera merah putih.
“ Saya ingin menyampaikan secara simbolik kondisi kekinian kita, dalam penghayatan saya, semua orang saling injak memperebutkan jabatan, ambisi kekuasaan dan sebagainya. Perlunya adanya kesadaran nasionalisme mengibarkan bendera merah putih dalam jiwa dan pikiran untuk mengerem semua ambisi membuat keadaan kacau,” ujar Putu Satria Kusuma sang sutradara Bendera, usai pementasan.
Putu Satria mengungkapkan cerita dalam karyanya itu hanyalah anekdot. Ketika merebut sembako/ambisi kekuasaan mereka bersatu tapi begitu diajak untuk mengibarkan bendera dalam jiwanya mereka banyak dalih.
Tokoh pahlawan juga bertanya apakah mereka membaca buku sejarah kemerdekàn Indonesia? Semua jawab untuk apa membaca buku sejarah kemerdekaan Indonesia kalau itu tidak pernah menjadi salah satu syarat sebagai: penerima sembako, calon wakil rakyat, calon bupati, Presiden dan Calon Investor
“Jadi kondisi kekinian saya potret dan jarit dalam pertunjukan yang saya simbulkan dalam lomba panjat pinang. Dalam lomba itu ketika mereka memanjat mencari tujuan, tiba-tiba semua sibuk dengan masalah pribadi sehingga sulit mencapai tujuan.Begitu juga di negeri kita sulit meraih tujuan karena semua sibuk urusan pribadi,” tandasnya.
Putu Satria Kusuma ang menyutradarai pertunjukan teater sejak tahun 1986 ini menyebutkan garapan ini melibatkan 10 pemain. Mereka adalah Mang Ajik, Dek Arta, Purnada, Pasir, Made Candriga Krisna Kumari, Gede Aditya Simpati Aji, Mang Diva, Wahyu, Bagus Andika dan Mang Tri Rahayu. Sedangkan penata lampu Mang Diva dan didukung musik Konot,Bogi,Mang Wir dan Adit.
Dalam FSBJ VI Tahun ini untuk materi Adilango (pergelaran) hanya ada 2 pergelaran yang ditampilkan, yaitu Teater Kini Berseri dan Musik Pramusti Bali . Untuk Utsawa (parade) juga hanya melibatkan 2 sekaa sanggar atau komunitas, yaitu Teater Agustus Teater Selem Putih, serta melibatkan 2 parade. Yakni, parade monolog dari Teater Jineng (SMA N 1 Tabanan) dan Parade Seni Baca Puisi (Komunitas Seni Candaka Gianyar). [T][Rls]