30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Merdeka, tetapi Belum!

ChusmerubyChusmeru
August 15, 2024
inEsai
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Chusmeru

RITUAL dan prosesi perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia sudah mulai terasa menjelang awal bulan Agustus. Jalan-jalan di kampung dibersihkan, diberi garis putih dengan rendaman air kapur. Umbul-umbul dan bendera Merah Putih juga mulai dikibarkan.

Berbagai lomba diadakan setiap menyongsong peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus. Bukan hanya lomba makan kerupuk yang diikuti anak-anak. Orang tua pun turut menyemarakkan dengan berbagai lomba yang unik dan menarik.

Itulah kegembiraan bangsa Indonesia setiap menjelang tanggal 17 Agustus. Selalu saja ada kehebohan. Selalu saja ada ritual dan prosesi yang harus dilakukan. Dan selalu saja ada upacara di lapangan untuk menyatakan Indonesia telah merdeka.

Seremoni di tingkat nasional juga tidak kalah heboh. Polemik tentang upacara kenegaraan 17 Agustus ramai di lini masa berbagai media. Apakah Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melaksanakan upacara di Ibu Kota Nusantara (IKN) ataukah masih tetap di Jakarta. Sementara ketika ditanya wartawan tentang kesiapan infrastruktur di IKN, Jokowi menjawab: “Sudah, tapi Belum”.

Perayaan hari kemerdekaan suatu negara memang akan menjadi momentum kesejarahan bagi masyarakatnya. Lantaran banyak negara yang merdeka dengan perjuangan yang panjang. Cucuran darah rakyat menyertai proses mendapatkan kemerdekaan itu. Maka, seremoni perayaan kemerdekaan itu menjadi kegembiraan bagi rakyat. Namun, hanya seperti itukah makna kemerdekaan?

Kemerdekaan suatu negara dan bangsa bukan semata ditandai dengan terbebasnya dari belenggu penjajahan oleh negara lain. Kemerdekaan dalam kekinian bisa dimaknai sebagai terbebasnya setiap rakyat dari tekanan sosial, politik, dan ekonomi.

Jika kemerdekaan bukan lagi soal urusan penjajahan oleh negara lain, apakah rakyat Indonesia kini masih menikmati kemerdekaannya? Benarkah buruh pabrik menikmati kemerdekaan? Masihkah petani, nelayan, pegawai negeri sipil, pelajar, dan mahasiswa merasakan kemerdekaan?

Bayangkan. Seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang telah mengabdi kepada negara selama 30 tahun mendapat gaji pokok kurang dari 5 juta rupiah per bulan.  Ditambah tunjangan-tunjangan lain, gaji yang diterima masih di bawah 10 juta sebulan. Tekanan ekonomi yang berat dan harga kebutuhan pokok yang terus melambung membuat PNS hidup dalam segala keterbatasan. Apakah PNS benar-benar telah merdeka? Jawabnya: Sudah, tetapi Belum!.

Barangkali ada yang berkata, dia harus bersyukur dapat pekerjaan jadi PNS; tidak menganggur. Haruskah orang juga mengatakan kepada yang masih menganggur: bersyukur jadi pengangguran, tetapi masih hidup.Sungguh tragis.

Dunia perguruan tinggi juga mendeklarasikan kemerdekaannya melalui program Merdeka Belajar. Merdeka apanya? Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi melakukan aksi unjuk rasa menolak Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mendadak naik. Ketika berada di ruang kampus mahasiswa sudah harus berhadapan dengan tekanan ekonomi biaya kuliah.

Mirisnya, seorang pejabat di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa kuliah di perguruan tinggi itu tertiary education. Artinya, tidak wajib untuk kuliah; apalagi bagi yang tidak memiliki biaya. Merdeka untuk belajar? Belum !

Sementara itu para pekerja di Indonesia menikmati kemerdekaan berpolitik dengan membentuk Partai Buruh. Hanya saja, berdasarkan hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum, Partai Buruh hanya meraup suara 0,64 % dalam Pemilu 2024. Partai ini masih harus berjuang keras untuk dapat ikut menentukan kebijakan pemerintah dari kursi legislatif.

Paling baru, tak ada mendung tak ada hujan, mendadak Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengudurkan diri dari jabatannya terhitung 10 Agustus 2024 lalu. Publik bagai mendengar petir di siang hari. Spekulasi bermunculan seputar adanya tekanan politik di balik mundurnya Airlangga Hartarto. Jika benar ada tekanan, apakah partai warisan Orde Baru itu telah merdeka? Jawabnya, sudah tetapi belum !.

Kemerdekaan dalam kehidupan beragama dan menganut kepercayaan di Indonesia juga belum sepenuhnya dirasakan. Kadang muncul tekanan sosial dan penolakan kelompok tertentu terhadap pembangunan rumah ibadah. Kebebasan beragama belum dimaknai sebagai kemerdekaan bagi pemeluknya untuk mendirikan tempat ibadah.

Merdeka Bermedia

Boleh dikatakan, media massa kini menikmati kemerdekaannya. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) tidak lagi diperlukan. Orang dengan mudah dan bebas menerbitkan media. Padahal SIUPP pernah menjadi senjata andalan rezim Orde Baru untuk membungkam media.

Program-program infotainmen di berbagai media begitu bebas menyajikan pergunjingan, gosip, dan aib orang lain. Media menjadi merdeka dalam persoalan pergunjingan; jika kemerdekaan dimaknai sebagai adanya kebebasan.

Meskipun telah bebas, media terancam tercabut kemerdekaannya. Revisi Undang-Undang Penyiaran melarang media untuk menayangkan konten investigasi. Padahal terhadap pers tidak dikenal sensor. Belum lagi jurnalis yang kadang menjadi korban tindak kekerasan aparat negara.  Apakah media benar-benar telah merdeka? Jawabnya tentu: Sudah, tetapi Belum!

Lantas siapa yang merdeka dalam bermedia? Yang merdeka adalah para pemilik modal dalam bisnis media. Mereka merdeka dalam memainkan kepentingan ekonomi dan politiknya. Sedangkan jurnalis dan pekerja media tetap saja menjadi buruh yang selalu menggapai kemerdekaan.

Merdeka Pikiran

Kemerdekaan sejatinya bukan hanya kebebasan fisik ragawi. Kemerdekaan juga bermakna jiwa dan pikiran. Orang menjadi merdeka ketika terdapat ruang untuk membebaskan pikirannya. Oleh sebab itu perlu adanya pemerdekaan pikiran.

Pemerdekaan pikiran harus ada secara individual dan kolektif. Orang dan masyarakat perlu mendapat kemerdekaan berpikir. Buruh perlu kemerdekaan berpikir. Karenanya, majikan harus memerdekakan pikiran. Penguasa juga harus memerdekakan pikirannya.

Tidak mudah mendapatkan kemerdekaan berpikir. Satu diskusi ilmiah yang dilakukan oleh kelompok People Water Forum (PWF) dibubarkan paksa oleh kelompok massa yang bersekutu dengan kepentingan politik. Diskusi yang diselenggarakan 20 Mei 2024 itu bertjuan mengkritisi ajang World Water Forum (WWF) di Bali.

Bukan kali yang pertama, diskusi dihentikan atau dibubarkan atas nama kepentingan politik. Padahal diskusi, seminar, konferensi, atau apapun namanya adalah bentuk kemerdekaan dalam berpikir. Jika demikian, apakah pikiran masih dijamin kemerdekaannya? Lagi-lagi jawabnya: Belum!

Kemerdekaan dalam berkomunikasi memang dapat dilihat dari kemerdekaan bermedia. Dan kemerdekaan itu harus dimulai dari pikiran berbagai pihak. Pikiran para jurnalis, pemilik modal, dan pikiran penguasa.

Kemerdekaan akan menjadi bermakna jika penjara tidak dihuni oleh jurnalis dan pekerja media. Ketakutan berlebihan penguasa terhadap media semestinya tidak terjadi. Tidak ada pemerintahan yang jatuh karena media. Tidak ada penjara untuk para pemikir. Tidak ada pemerintahan yang tumbang oleh hasil pemikiran.

Merdeka atau belum bukanlah catatan dan dokumentasi sejarah yang dipelajari di sekolah. Bukan pernyataan dan pidato pejabat di atas podium. Kemerdekaan adalah apa yang dirasakan dan dialami rakyat setiap hari.

Maka jangan salahkan rakyat jika berontak saat tertindas. Saat dirampas haknya. Sebagaimana Leo Kristi menulis sebait syair dalam lagunya Jabat Erat-Erat Tangan Saudaraku: “Kalau cermin tak lagi punya arti. Pecahkan berkeping-keping. Kita berkaca di riak gelombang. Dan sebut satu kata: Hakku!” [T]

BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU

Wisata Mistis: Mengungkap yang Ada dan Tiada
Mengenal Pedesaan lewat Wisata “Live in”
“Dark Tourism”: Menyibak Hikmah dari Kegelapan
“Set – Jetting”: Wisata Napak Tilas Film
Pariwisata Bali: Riwayatmu Dulu dan Kini
Tags: HUT Kemerdekaan RIkemerdekaan
Previous Post

Menikmati Sensasi Baru Menu “Uraban Nyawan” atau “Lawar Lebah” di Desa Tambakan-Buleleng

Next Post

Milpil Arsip: Catatan GURATGURIT 2024

Chusmeru

Chusmeru

Purnatugas dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Anggota Formatur Pendirian Program Studi Pariwisata, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Penulis bidang komunikasi dan pariwisata. Sejak kecil menyukai hal-hal yang berbau mistis.

Next Post
Milpil Arsip: Catatan GURATGURIT 2024

Milpil Arsip: Catatan GURATGURIT 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co