“Sangat unik dan mengesankan!” kata Prof Made Bandem saat menonton pergelaran tari dan musik dari Provinsi Sarawak, Malaysia dalam Bali World Culture Celebration (BWCC) serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Jumat 12 Juli 2024.
Provinsi Serawak di Malaysia, memiliki 34 kelompok Dayak. Mereka mepresentasikan kesenian mereka dalam PKB ini.
“Koreografi mereka cukup baik. Gerakan dari kelompok satu Dayak ke Dayak yang lain ada keunikan masing-masing. Mereka cukup kompak. Maka, ke depan kita lebih banyak menghadirkan kelompok-kelompok kesenian dari luar negeri,” kata Prof Bandem yang memang menjadi salah satu kurator di PKB.
Tim Kesenian Serawak ini mempersembahkan Tari Ngajat Ngalu Temuai untuk mengawali penampilan. Tari ini memberikan pesona indah, dengan garapan yang sangat apik dan menarik. Kemudian Tari Alu-alu Melanau yang disajikan penuh kegembiraan. Tak kalah menariknya dengan penampilan Tari Kupuok Bauh Bidayuh yang halus
Selanjutnya tampil “Malay Folks Song” dengan olah vocal yang sangat merdu dan mendayu-dayu. Penonton, kembali disajikan Tari Alak Sungau Ke U’ung (Orang Ulu), dan Tari The Malay lalu dipungkasi dengan Finale Fiesta Fascinating Sarawak.
Penampilan Tim Kesenian Sarawak Malaysia di Pesta Kesenian Bali 2024 | Foto: Ist
Persembahan Finale Fiesta Fascinating Sarawak mengajak seluruh pendukung untuk menari secara bersama-sama di atas panggung. Tari ini menggambarkan kegembiraan dan kebersamaan yang sangat indah. Penampilan ini, tak hanya menari, tetapi ada musik dan lagu-lagu.
Prof Bandem mengatakan tim kesenian yang bagus itu tak hanya dari Eropa dan Amerika, tetapi juga dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Asia Timur. Kesenian di Asia Timur ini banyak sesungguhnya yang bisa dipelajari. Apalagi, kesenian itu banyak sekali persamaannya dengan Indonesia.
Sebut saja, dengan tarian dari Sumatera (Melayu) dan dari Kalimantan Timur (Dayak) yang ada peersamaan dengan kesenian dari Asia Timur itu. Karena mereka datang dari Universitas, maka koreografi, serta garapan musik dan kostum cukup memukau.
“Maka, ada banyak hal sesungguhnya yang bisa dipelajari dari pementasan dari Mahasiswa Malaysia ini. Faktor iringan dan musik, mereka menggunakan musik-musik Dayak. Sebagian mengunakan instrumen Sape (seperti gitar),” kata Prof Bandem.
Instrument Sape ini memang milik kelompok Sarawak ataupun di Kalimantan. Alat musik itu berupa gitar yang suaranya berbeda dengan gitar barat. Mereka juga memanfaatkan gong. Dalam pertunjukan Dayak memang selalu ada gong dan kempul.
Dalam penyajian seni ini, grup kesenian mahasiswa sangat mempertimbangkan alat dan pendukung pentas. Karena ada nuansa Melayu, maka mereka menggunakan Akordeon yang kemudian diwarnai dengan nyanyian-nyanyian.
“Ini suatu kombinasi garapan yang sangat apik untuk mendukung gerakan-gerakan sesuai dengan gaya masing-masing. Ini sesungguhnya ada drama musical, karena ada puisi, musik lalu ada gerakan dari yang satu sama lainnya saling terkait. Maka ini, juga pergelaran total,” kata Prof Bandem. [T][Pan]