DIMAS Bayu Erlangga melonjak senang ketika dirinya dinyatakan menjadi juara satu tangkai lomba monolog serangkaian Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Provinsi Bali 2024 yang digelar di Gedung Candra Mettu ISI Denpasar, Selasa, 9 Juli 2024.
Dengan gelar juara satu ia berhak mewakili Bali pada Peksiminas 2024 yang digelar di Universitas Negeri Jakarta, 2-7 September mendatang.
“Saya senang,” kata Dimas Bayu Erlangga tentang juara yang diraihnya.
Dimas, usia 19 tahun, adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Nasional jurusan Ilmu Komunikasi yang saat ini duduk di semester 5. Ia sendiri tinggal di Sukawati, Gianyar, Bali.
“Pertama kali saya mengetahui ajang ini, saat lembaga kampus saya mengedarkan buku panduan Peksimida tahun 2024. Saya tertarik,” kata Dinmas bercerita tentang riwayat ia ikut lomba.
Sebagai mahasiswa yang pernah menjadi anggota teater saat SMA, ia tertarik ikut tangkai lomba monolog. Ia kemudian mengajukan diri untuk mendaftar di lomba itu.
“Karena ini merupakan ajang yang diselenggarakan secara resmi oleh Kemendikbud, saya dibantu pihak kampus untuk pendataan dan perihal lain yang diperlukan,” kata Dimas.
Saat technical meeting (TM) diinformasikanlah judul-judul naskah yang bisa dibawakan saat perlombaan. “Dari 10 naskah pilihan yang diberikan, Dimas memilih naskah ‘Pidato’ karya Putu Fajar Arcana,” kata Dimas.
Tangkai lomba itu diikuti 8 peserta yang masing-masing mewakili perguruan tinggi negeri dan swasta di Bali.
Dimas memang aktif menggeluti teater sejak sekolah di SMAN 1 Sukawati. Di sekolah itu ia pernah tercatat sebagai anggota Teater Jungut Sari, yakni teater milik sekolah itu.
“Di teater sekolah itu kami dibimbing oleh seorang guru, Pak Wahyu Ardi, yang memang dikenal sebagai aktivis teater,” kata Dimas.
Pak Wahyu Ardi yang dimaksud Dimas bernama lengkap Kadek Wahyu Ardi Putra, S.Pd.,M.Pd. Dan, Wahyu ardi inilah yang kemudian dihubungi Dimas untuk diajak berdiskusi dan latihan sebelum mengikuti lomba di Peksimida. “Setelah memilih naskah, saya memutuskan untuk berdiskusi dengan Pak Wahyu Ardi, pembina teater saya ketika SMA,” aku Dimas.
DIMAS Bayu Erlangga membawakan monolog Pidato saat Peksimida Bali 2024 | Foto: Ist
Selain Wahyu Ardi sebagai pembina, Dimas juga dibantu rekan-rekannya di Teater Jungut Sari, misalnya untuk penataan artistik dan membantu dalam proses latihan di balik layar.
“Saya berterima kasih ke[pada Pak Wahyu dan rekan-rekan di Teater Jungut Sari,” kata Dimas.
Penggarapan monolog ini, kata Dimas, memakan waktu kurang lebih selama 7 hari, dari proses penyuntingan naskah, pembuatan set properti, hingga latihan adegan. Persiapan yang benar-benar singkat.
“Namun dengan bimbingan dari Pak Wahyu Ardi serta semangat berkarya dari rekan-rekan artistik, pra produksi berjalan dengan lancar hingga membuahkan hasil sebagai juara satu,” ujar Dimas.
Anak Agung Sagung Mas Ruscitadewi, selaku juri dalam lomba itu menyampaikan rasa bahagianya bisa menyaksikan dan memberi evaluasi pada Lomba Monolog Pekan Seni Mahasiswa Daerah (PEKSIMIDA) Perguruan Tinggi Negeri/Swasta Se-Bali tahun 2024 itu.
“Kalian hebat, tak ada kalah menang, yang ada hanya kesempatan, kemauan, dan semangat untuk selalu belajar dan belajar lagi. Kemenangan yang sesungguhnya adalah keberanian mengakui kekurangan diri, dan kelebihan orang,” kata Mas Rus.
Mas Rus—panggilan akrab Mas Ruscitadewi— juga sempat berbagi dan mengevaluasi penampilan seluruh peserta. Sebagai peraih juara satu dalam ajang ini, penampilan monolog dari Dimas pun bukan tanpa catatan dari juri.
“Secara keseluruhan, penyutradaraan, alur dan artistiknya bagus banget, hanya saja keaktoran masih bisa diperkuat kembali, utamanya dalam membedakan berbagai karakter tokoh yang ada agar tidak monoton,” kata Mas Rus.
Wahyu Ardi (depan) bersama teman-teman Dimas yang mendukung Dimas saat lomba monolog | Foto: Ist
Sementara itu, Wahyu Ardi mengatakan ia selalu senang melihat siswa-siswa yang pernah diajarnya dan setelah lulus masih tetap menggeluti dunia teater.
“Dimas, dua atau tiga bulan sebelum lomba sudah sempat bertanya kepada saya, ikut atau tidak ajang ini. Langsung saya jawab gaskan. Senang,” kata Wahyu Ardi ketika ditanya terkait prestasi yang dicapai anak didiknya.
Wahyu mengaku selalu senang ketika mendengar anak-anak muda ingin berkarya. “Seminggu sebelum lomba, Dimas baru menghubungi kembali untuk memulai latihan,” kata Wahyu Ardi.
Wahyu melakukan pembinaan dengan sabar. “Saya sampaikan, tak selalu kompetisi berkaitan dengan menang kalah. Khususnya teater, yang belakangan jarang ada ruang, maka syukuri saja ajang seperti ini sebagai panggung untuk berekspresi. Tak banyak orang punya kesempatan, sehingga nikmati setiap prosesnya. Selamat. Patut disyukuri lagi, dengan lolosnya ke nasional, artinya dapat lagi ruang untuk berproses,” ujar Wayu Ardi dengan bangga. [T]