Judul : Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?
Genre : Non-fiksi
Penulis : Pijar Psikologi
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 16 Maret 2020
Halaman : 280 halaman
“Peluklah tubuh kita yang begitu kuat menahan setiap luka yang disebabkan oleh keluarga, teman, sahabat, pasangan, media, bahkan diri kita sendiri” (halaman 40).
Kutipan buku di atas akan membuat pembaca merasa tersentuh. Manusia memiliki tubuh yang kuat dalam menghadapi berbagai hal. Sebagaimana kutipan tersebut, manusia terkadang lupa menghargai apa yang paling dekat dengan dirinya -tubuhnya sendiri-. Manusia justru cenderung lebih sibuk untuk menyenangkan orang lain.
Penting sekali untuk menjaga, menghargai, serta merawat sesuatu yang tidak pernah meninggalkan diri. Tubuh yang senantiasa menemani dalam kondisi apapun dan tidak pernah meninggalkan justru sering diabaikan hingga tanpa sadar menjadi penuh luka. Luka ini tidak hanya luka secara fisik saja namun juga soal sebuah luka yang berada jauh di dalam kesadaran manusia.
Sejak kecil manusia hanya diperkenalkan dengan jenis luka fisik yang dapat dilihat, berdarah dan dapat disembuhkan melalui pengobatan. Padahal terdapat jenis luka lain yang perlu disembuhkan. Luka itu disebut dengan luka batin, sebuah luka yang sering kali tidak disadari manusia. Setiap manusia memiliki luka yang tidak berdarah atau luka batin dalam dirinya. Penting bagi manusia untuk mengetahui, memahami, dan memberikan usaha memulihkan luka batin itu. Buku “Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?” hadir untuk membantu manusia mengenali macam-macam luka batin dalam dirinya.
Ketika membaca buku ini, pembaca akan diajak mengenali luka batin yang ada dalam dirinya. Setiap langkah pengenalan luka batin dalam buku ini akan ditambah dengan contoh penerapan yang mudah dipahami dan diterapkan oleh pembaca. Mengenal luka batin lalu memberinya nama merupakan tahap awal dari usaha manusia dalam menyembuhkan diri. Selain cara mengenal luka batin, buku ini juga berisi beberapa cara agar manusia dapat memulai langkah untuk pulih dari luka itu.
Keterlibatan Pikiran dalam Usaha Mengenal Luka Batin
Luka batin yang ada dalam diri manusia dapat bersumber dari banyak hal bahkan bisa jadi keberadaannya dekat dengan diri. Misalnya, luka yang berasal dari keluarga atau orang tua, pasangan, teman, atau malah diri sendiri. Usaha mengenal luka batin yang ada dalam diri akan melibatkan perdebatan hebat secara emosi. Penting untuk menjadi teman yang baik bagi diri sendiri sebelum menggali luka batin dalam diri. Dengan begitu, manusia dapat mengendalikan dirinya lebih baik.
Manusia yang memulai usaha untuk mengenal luka batinnya maka akan melibatkan pikiran. Pikiran inilah yang menyimpan segala memori baik atau buruk sehingga dapat mengatur kehidupan manusia. Melalui pikiran manusia dapat memahami apa yang harus dilakukan, atau mana yang baik dan yang buruk, dan lainnya. Pikiran layaknya sebuah program yang setiap saat membantu manusia.
“Pikiran adalah bagian diri yang kuat” (halaman 94).
Sepakat dengan kutipan dalam buku di atas, bahwa pikiran memiliki peran yang sangat kuat dalam diri manusia. Pikiran akan membantu manusia dalam menyusun program “kewaspadaan” atas pengalaman traumatis yang pernah dialami. Akan tetapi, seringkali pikiran juga berbahaya apabila diri tidak bisa mengendalikannya.
Pada buku ini menyebut istilah “Sampah Pikiran”. Sampah pikiran ini dapat mengganggu baik aktivitas ataupun dari sisi emosional seseorang akan mulai merasa tidak nyaman. Sampah pikiran ini adalah sesuatu yang semestinya dibuang tetapi banyak manusia justru menyimpannya, seperti “aku tidak terlihat menarik sama sekali”, “orang lain pasti akan menertawakan diriku” dan lainnya. Contoh sampah pikiran ini tidak semestinya ditimbun dan sebaiknya dibersihkan karena akan berpengaruh terhadap jalannya aktivitas dan emosional manusia.
Melalui buku ini, manusia akan memahami beberapa hal yang sebelumnya tidak terpikirkan seperti cara mengelola sampah pikiran. Penting bagi manusia untuk dapat mengontrol pikirannya. Penelitian menyatakan bahwa permasalahan psikologis seperti cemas dan depresi bukan disebabkan oleh situasi, konidisi atau tindakan yang terjadi, melainkan dari cara seseorang menyikapi atau memandang sebuah situasi. Hal ini tentu berhubungan dengan pikiran-pikiran yang semestinya tidak layak ditimbun.
Terdapat tiga cara membersihkan sampah pikiran yang dapat diikuti dalam buku, yaitu menulis, therapy notes, dan gratitude journal. Pertama, menuliskan pengalaman yang membuat diri merasa tertekan. Hal ini berfokus pada emosi yang berkaitan dengan pengalaman, emosi dan pikiran, serta menuliskan pengalaman sesuai realitas kejadian. Menulis dengan tujuan melepaskan emosi ini dapat membantu daripada menahan emosi itu.
Kedua, therapy notes dianjurkan dengan cara membuat semacam catatan kecil. Hal yang dapat dituliskan seperti pikiran dan perasaan yang muncul dalam suatu keadaan tertentu. Setelah membuat catatan kecil, berikutnya adalah membaca dan mendalami catatan tersebut dengan tujuan agar bersiap untuk menghadapi situasi sulit mendatang.
Ketiga, gratitude journal merupakan langkah untuk menuliskan setiap hal baik yang terjadi dalam kehidupan. Setiap kejadian baik seperti ucapan syukur, rasa terima kasih kepada seseorang, atau diri sendiri, atau lainnya, akan membuat seseorang merasa lebih baik. Membaca ulang gratitude journal yang dituliskan sebelumnya dapat menghadirkan pengaruh positif dan membantu mengikis sampah pikiran.
Tiga hal di atas hanya sebagian dari berbagai cara yang terdapat di buku dalam upaya memahami atau menyembuhkan luka. Begitu hebatnya pikiran dapat mempengaruhi keadaan jiwa seseorang. Disebutkan bahwa cara berpikir yang salah akan menambah masalah. Cara berpikir akan berpengaruh terhadap masalah mood, seperti depresi dan kecemasan. Hal ini menunjukkan adanya relevansi antara pikiran dengan luka batin yang dialami seseorang.
Pemahaman lebih lanjut terkait pikiran manusia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi jiwa dapat ditemukan dalam buku. “Yang Belum Usai: Mengapa Manusia Punya Luka Batin?” mengajak pembaca untuk lebih terbuka dengan luka batin yang ada dalam diri dan cara pulih dari itu. Masih jarang manusia yang secara sadar ingin mengenal dan menyembuhkan luka batin dalam dirinya. Buku ini sengaja hadir dengan tujuan membantu masyarakat lebih terbuka dengan kondisi luka batin yang terpendam dalam diri.
Pembahasan yang ringan memudahkan pembaca memahami maksud dari setiap bab dalam buku ini. Disertai dengan contoh dan langkah-langlah yang dikaitkan dengan kehidupan sangat memudahkan pembaca awam dalam mengenali dirinya. Buku ini akan sangat membantu pembaca yang ingin dalam mengenal, memahami, dan memberikan usaha dalam menyembuhkan luka batin dalam diri.
Buku ini disusun oleh para ahli di bidang psikologi, setiap babnya merupakan artikel yang di tulis oleh pakarnya. Buku ini memiliki kelebihan dalam penggunaan bahasa yang nyaman dibaca. Sebagaimana tujuannya agar membantu masyarakat lebih menyadari luka batin yang ada, buku ini layak dan nyaman untuk dibaca berbagai kalangan dalam usaha memahami diri. Disertai dengan contoh seperti pengalaman-pengalaman yang mungkin terjadi sebagai kemungkinan dari akar dari luka batin seseorang.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh buku ini, terdapat satu hal yang sebaiknya diperhatikan oleh penulis. Penggunaan istilah-istilah asing sebaiknya diberikan padanan dalam bahasa Indonesia jika memang ada. Hal ini akan sangat membantu pembaca awam dalam memahami isi yang dimaksud. Mengingat pembaca buku ini ditargetkan kepada masyarakat umum sehingga penggunaan istilah asing akan membatasi pembaca dalam memahami maksud tulisan.
Disusun dengan rapih mulai dari pengenalan luka batin, lalu mengendalikan pikiran, kemudian cara atau langkah mengatasi konflik batin dan seterusnya memudahkan pembaca dalam memahaminya dengan runtut. Buku “Yang Belum Usai: Mengapa Manusia Punya Luka Batin?” memberikan pengalaman yang berarti bagi pembaca dalam proses pengenalan diri terutama soal luka batin.
Manusia perlu menyadari pentingnya untuk mengenali luka batin yang ada dalam dirinya. Buku ini dapat menjadi sebuah referensi bagi berbagai kalangan untuk membantu pembaca dalam usaha menyadari luka batinnya. Keterlibatan pikiran dengan luka batin yang ada dalam diri manusia menjadi fokus tersendiri. Buku ini akan memandu pembaca dalam perjalanan mengenal luka batin dan cara mengatasinya dengan baik. [T]