10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Film “Bersama Membangun Negeri”, Komedi Satir Untuk Para Calon Legislatif

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
May 28, 2024
inUlas Film
Film “Bersama Membangun Negeri”, Komedi Satir Untuk Para Calon Legislatif

Adegan film Bersama Membangun Negeri | Foto: tangkap layar youtube

IA hadir di tengah-tengah gang sempit pada perumahan yang terlihat kumuh. Keberadaanya menarik perhatian lima orang anak kecil dengan menunjukkan rasa hormatnya kepada perempuan yang seakan sedang mencari solusi atas permasalahan masyarakat setempat.

Heni, menjelma layaknya sang ratu adil di tengah-tengah rasa keputusasaan masyarakat. Selayaknya politisi musiman, ia mencoba bergerak lebih dekat dengan masyarakat. Berbagai upaya ia lakukan untuk menarik simpati dari masyarakat. Seperti misal, blusukan ke perkampungan warga dan menceburkan diri pada aliran sungai yang kotor. Tentu, tak lain dan tak bukan tujuannya adalah untuk mengumpulkan kantong-kantong suara pemilih untuknya.

Sampai di sini, timbul pertanyaan, bukankah perilaku itu adalah kegiatan yang lumrah dilakukan oleh seorang politisi musiman bukan?

Hal yang menguatkan bahwa Heni merupakan politisi musiman adalah ketika ia membuat video kampanye di perkampungan yang terpinggirkan. Dalam video tersebut, Heni berhadapan dengan Satinah, seorang janda tua yang baru saja berduka atas kematian suaminya. Heni, menggunakan kesedihan Satinah sebagai objek video kampanye miliknya.

Namun, siapa sangka, Heni bersama timnya mengalami kesulitan ketika Satinah tidak dapat menangis sesuai kebutuhan video kampanye miliknya. Dalam usahanya, Heni mencoba berbagai cara untuk memancing tangis dari Satinah. Bahkan, ia sampai mengadakan casting yang diikuti oleh masyarakat guna mendapatkan aktor yang sesuai dengan kebutuhan objek video kampanye miliknya.

Ya, setidaknya itu yang saya tangkap dari alur keseluruhan dari film pendek yang berjudul Bersama Membangun Negeri (2022) karya Deo Mahameru.

Film pendek itu diputar dan didiskusikan bersama dua film pendek lainnya, Berdoa, Mulai (2022) karya Tanzilal Azizie, dan Membicarakan Kejujuran Diana (2021) karya Angkasa Ramadan.

Ketiga film itu diputar dan didiskusikan Kamis, 23 Mei 2024, serangkaian kegiatan Tatkala May May May 2024, yang digelar tatkala.co di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Singaraja, Bali.

Suasana Pemutaran dan Diskusi Film dalam acara Tatkala May May May 2024 di Singaraja, Bali | Foto : Pande

Bersama Membangun Negeri, merupakan sebuah film pendek yang bergenre komedi satire dengan sentuhan kearifan lokal. Di mana kearifan lokal itu dihidangkan oleh Deo Mahameru—selaku sutradara—secara utuh dari pemilihan ide maupun pengemasan konsep di film pendek tersebut. Ia mencoba menghadirkan realitas sosial yang terjadi di setiap pemilihan calon legislatif.

Di film pendek itu, kesedihan masih menjadi poin penting dalam upaya meraih hasil suara dalam pertarungan pemilihan calon-calon legislatif. Ibarat sebuah tanaman, suara rakyat akan dipanen setiap lima tahun sekali dengan menggunakan alat panennya, yakni kesedihan.

Ya, di Indonesia, jika berbicara tentang rasa simpati, atau meminjam istilah sekarang “mengandung bawang” akan cepat mendapat perhatian publik. Biasanya konten-konten yang “mengandung bawang” itu masih menjadi alat kampanye yang patut diacungi jempol kinerjanya, selain blusukan dan masuk ke dalam gorong-gorong.

Alhasil, dari konten-konten yang “mengandung bawang” itu, akan lahir calon-calon pemimpin yang seakan-akan mengerti dan merasakan betul apa yang dirasakan oleh masyarakat. Sehingga, alih-alih mengedepankan visi dan misi sebagai jalan politiknya, para politisi akan lebih senang mengumbar air mata ketimbang kinerjanya.

Deo Mahameru, menggunakan gimik kesedihan dan tangisan politik sebagai konsep dasar pembuatan film pendek tersebut. Sehingga, Bersama Membangun Negeri, merupakan film yang hadir sebagai sindiran untuk calon-calon politisi agar tidak lagi menggunakan teknik menjual kesedihan sebagai alat kampanyenya. Dengan kata lain, konten-konten seperti itu sudah basi jika terus dilakukan secara berulang-ulang.

Film pendek Bersama Membangun Negeri, telah diputar diberbagai festival film, seperti Jakarta Film Week, Jogja-Netpac Asian Film Festival, Piala Maya, hingga Festival Film Bulanan. Sehingga, tak mengherankan jika film pendek garapan rumah produksi Cinemahameru ini menarik perhatian filmmaker nasional.

Mengutip laman Idntimes.com, film pendek Bersama Membangun Negeri akan diproses menjadi film panjang. Menurut Andreas Sihombing selaku produser dari film pendek tersebut, film pendek Bersama Membangun Negeri sudah ditarik oleh salah satu rumah produksi yang telah memasuki tahap pre-production dan mulai syuting di tahun 2024.

Sehingga, tak menutup kemungkinan eksplorsi ide dan konsep serta keliaran-keliaran lainnya dari Deo Mahameru akan menambah kekayaan sudut pandang dari film tersebut.

Simbol-simbol perlawanan

Uniknya—setidaknya menurut saya—dalam film pendek tersebut, Heni, si calon legislatif, menggunakan jasa kameramen untuk merekam segala aktivitas kampanyenya itu dengan tampilan yang sangat menarik perhatian saya. Kameramen itu—sebut saja si Ujang, meski di film tak disebutkan namanya—menggunakan kaos official merchandise dari band Rage Against The Machine (RATM), band rock asal California, Amerika Serikat.

Suasana Pemutaran dan Diskusi Film dalam acara Tatkala May May May 2024 di Singaraja, Bali | Foto : Pande

Sebagai orang yang suka dan menikmati musik-musik keras—Underground—tentu saya tak asing dengan kaos bergambar biksu yang sedang terbakar itu. Gambar yang sangat ikonik itu merupakan cover album berjudul “Rage Against The Machine” sebagai album pertama dari RATM yang rilis pada 3 November 1992 silam.

Cover album tersebut merupakan foto aksi membakar diri dari seorang biksu bernama Thich Quang Duc, di jalanan Saigon, yang kemudian berganti nama menjadi Kota Ho Chi Minh, Vietnam, pada tahun 1963.

Aksi membakar diri tersebut merupakan sebuah bentuk kekecewaan dan aksi protes terhadap diskriminasi ras dan agama yang dilakukan pemerintah Vietnam, yang pada saat itu dipimpin oleh Ngo Dinh Diem.

Foto yang sempat mengguncang dunia pada dekade 1960-an itu merupakan buah karya fotografer Malcom Browne, seorang koresponden Associated Press. Sehingga, menurut jurnal Rocknation, album cover milik band yang terbentuk pada tahun 1991 itu masuk dalam jajaran album cover kontroversial versi Rocknation.

Suara-suara perlawanan tidak hanya ditampilkan dalam cover album saja, melainkan, dengan sentuhan gitar distorsi dari Tom Morello, RATM menghadirkan lirik-lirik politisnya dengan mengakat isu-isu sosial, politik, dan ekonomi, yang dikombinasikan dengan genre musik rock, punk, hip-hop, dan elemen-elemen musik lainnya, menjadikan band ini sebagai suara perlawanan dan aktivisme sejak awal pembentukannya pada awal tahun 1990-an.

Selain melalui musik, mereka—personal RATM—aktif dalam berbagai gerakan sosial dan politik. Mereka sering tampil dalam acara-acara protes dan mendukung berbagai kampnye hak asasi manusia, dan terlibat dalam perjuangan melawan kapitalisme dan korporasi besar, yang menjadi tema sentral dalam banyak lirik-lirik yang mereka hasilkan.

Secara garis besar, RATM adalah bukti bahwa musik dapat menjadi alat perlawanan guna mendukung perubahan sosial. Sehingga, banyak musisi maupun aktivis generasi baru yang terinspirasi oleh gaya bermusik RATM untuk tetap bersuara terhadap ketidakadilan dan ketidaksetaraan.

Apa hubungannya dengan film?

Ujang, si kameramen itu, alih-alih hidup dengan idealismenya—sesuai dengan kaos RATM yang ia kenakan, baginya, urusan perut lebih realistis ketimbang sok-sok hidup dengan idealis. Sehingga, ia rela mengorbankan sisi idealismenya demi keberlangsungan hidupnya.

Filmmaker-filmmaker join diskusi via Zoom, bersama peserta Pemutaran dan Diskusi Film | Foto: Pande

Idealis dan realistis merupakan dua sikap dan kepribadian yang saling bertolak belakang. Seseorang yang hidup dengan idealismenya akan berpaku dan berpegang teguh pada prinsip yang menurutnya paling ideal. Sehingga, seringkali keputusan yang dipilih tidak logis dan terkesan memaksakan diri.

Berbeda dengan orang yang mengedepankan sisi realistis dalam kehidupannya, orang yang realistis biasanya dapat membuat keputusan secara logis, sesuai dengan keadaan dan lebih fleksibel.

Dengan kata lain, Bersama Membangun Negeri mencoba mengingatkan keresahan sosial tersebut lewat ide dan konsep di film pendeknya itu. Hal tersebut dibenarkan oleh Deo Mahameru yang berkesempatan join diskusi via zoom bersama filmmaker-filmmaker lainnya malam itu.

Ia mengaku, adanya simbol-simbol perlawanan di film pendeknya itu bukanlah suatu kebetulan. Ia dengan sengaja memasukkan simbol-simbol yang kontras tersebut sebagai upaya untuk menyadarkan realistas sosial yang terjadi sekarang.

“Tentu saya ingin menyampaikan pesan-pesan itu di dalam film pendek ini,” ucapnya via zoom malam itu.

Lebih lanjut lagi, ia mengatakan “Di film ini, saya ingin menyampaikan bahwa di era sekarang, hidup dengan mengandalkan idealisme sangat susah dijalani, sehingga, seperti si kameramen tadi, ia harus merelakan sisi idealismenya demi urusan perutnya,” jelasnya.

Sehingga, jelas bahwa film ini mencoba memberikan pesan bahwa, meski Bersama Membangun Negeri hanya film fiksi, namun praktik-praktik politik kotor sebagaimana terjadi di film pendek tersebut merupakan praktik-praktik sosial yang sering dan lumrah dilakukan oleh seorang politisi.

Dan, jika berbicara tentang urusan perut, apa yang dilakukan oleh si kameramen itu dengan menghianati prinsip-prinsip kehidupan, tidak lagi menjadi persoalan. Dengan kata lain, bisa dibenarkan, tergantung sudut pandang. [T]

Kemauan Film “Galaksi” dari Sudut Pandang Keluarga, Sahabat, dan Pacar
Mrs. Chatterjee vs Norway: Melodrama Seorang Ibu India dan Penipu-Penipu Norwegia
Terpejam untuk Melihat (2024): Suara-Suara dari Tepi
Tags: filmFilm Bersama Membangun Negerifilm pendekTatkala May May May
Previous Post

Wisata Medis Mendulang Turis

Next Post

Pengendalian Rokok di Indonesia dan Negara-negara Dunia yang Tak Pernah Padam

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Pengendalian Rokok di Indonesia dan Negara-negara Dunia yang Tak Pernah Padam

Pengendalian Rokok di Indonesia dan Negara-negara Dunia yang Tak Pernah Padam

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co