10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Toleransi 2 Hari | Cerpen I Made Ariyana

I Made AriyanabyI Made Ariyana
February 10, 2024
inCerpen
Toleransi 2 Hari | Cerpen I Made Ariyana

Ilustrasi tatkala.co | Gus Pandit

SIANG itu di ruang guru. Semua menunggu pukul 15.30. Matahari menghajar tanpa ampun. Semua mengeluhkan panas. Di mana-mana TPA terbakar. Pada saat-saat seperti inilah hujan begitu dirindukan. Saat panas, rindu hujan. Begitu hujan, minta panas. Memang begitulah tabiat makhluk ciptaan Tuhan bernama homo sapiens.

Nun di sudut sana, Made Merta menguap lebar, selebar tempat sampah buatan siswanya. Tempat sampah gendut berbahan bambu yang dibuat dalam rangka lomba kebersihan kelas. Made Merta tersenyum bangga menyadari betapa mandiri dan kreatifnya bocah-bocah itu. Mereka adalah pahlawan lingkungan yang berdedikasi tinggi. Calon-calon pegawai teladan di dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota.

Sekejap kemudian, senyum penuh kebanggaan itu lenyap. Perlahan dahinya mulai berkerut. Agaknya dia mulai serius. Air wajahnya menunjukkan bahwa dia tengah berusaha menyusun-nyusun sesuatu di dalam pikiran. Beberapa kali terlihat dia memejamkan mata, mulutnya komat-kamit bak merapal mantra. Dia berkonsentrasi. Hanya saja, semakin lama malah semakin dia tampak kesal dengan sesuatu entah apa. Lalu dia menyerah. Dia sandarkan punggungnya pada kursi dan menghela napas berat seolah stres memikirkan utang negara. Dia pun termangu. Laptop di depannya ikut termangu. Tumpukan map termangu. Cicak di dinding juga termangu. Gadis penari rejang dalam lukisan juga ikut termangu. Tentu saja karena itu hanya lukisan. Tapi, konon mata gadis penari dalam lukisan itu bisa melirik kanan-kiri. Misteri!

Apa yang harus kutulis? Imajinasi, di mana kau bersembunyi, Kawan? Muncullah! Saat ini aku membutuhkanmu! Desah Made Merta dalam kebuntuan. Hari ini adalah deadline pengumpulan cerita pendek untuk buku kumpulan cerpen yang akan diterbitkan sekolah dan hingga detik ini belum satu kalimat pun tersusun. Halaman word pada laptop di depannya masih putih bersih, seputih bersih ruang tunggu bidan delima kelurahan. Pikirannya buntu, jari-jarinya kaku, ide beku.

Pembaca nan budiman tentu masih ingat Made Merta. Guru yang ditampaki sesosok siswi misterius saat pertama kali menjadi guru. Jika lupa, silakan membaca di tautan ini: https://cerpenariyana.blogspot.com/2017/05/perkenalan.html. Dalam tulisan itu, kuceritakan tokoh kita Made Merta adalah sosok laki-laki yang bangga menjadi guru. Betapa dia memang bercita-cita menjadi guru.

Sekarang pun masih begitu. Dia selalu ingin berdiri di depan menjadi teladan, panutan. Ing ngarso sung tulodo. Semboyan sang Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara itu benar-benar melekat di sanubarinya, bak nyawa lekat di badan. Kini, dia dibuat mati kutu oleh semboyan itu. Menulis secarik cerpen saja dia tidak mampu. Itu adalah kejahatan profesi! Terlebih dia mengampu bidang studi Bahasa Indonesia, bidang studi yang menjadi tulang punggung literasi. Maka ijazahnya perlu diterawang. Boleh jadi ijazah itu palsu! Sungguh tidak patut digugu dan ditiru.

Made Merta mengacak-acak rambutnya. Rambut tipis yang mulai beruban. Biarlah beruban, toh siapa yang bisa menolak tua, begitu dia menghibur diri. Lalu dia melihat sekeliling, memperhatikan ruang guru sekaligus guru-guru di dalamnya. Semua menunggu pukul 15.30 dengan segala kesibukannya. Made Merta mengobservasi. Diperhatikannya satu per satu. Barangkali ada yang bisa kujadikan bahan tulisan, pikirnya.

Di depan sana berkumpul kawan-kawannya para akademisi. Mereka adalah orang yang selalu belajar dan mencari peluang. Tipikal pemimpin masa depan. Mereka sibuk di depan laptop. Otak dan tangan tak henti bekerja. Semua demi karir dan cita-cita luhur memajukan pendidikan nasional, mencerdaskan anak bangsa. Made Merta merasa salut.

Di pojok kiri, ahh, topik pembicaraan mereka selalu tentang hobi: tentang game, musik, makanan, olahraga, dan kadang gadis tetangga. Mereka tidak suka serius. Mereka adalah tipikal orang yang menikmati hidup, optimistis, dan penuh semangat. Made Merta kagum.

Made Merta memutar leher ke belakang. Nah, ini kawan-kawannya yang penuh gairah, passionate. Mereka diberkati Tuhan dengan hormon testosteron di atas rata-rata. Mereka gemar menikmati keindahan. Lelucon mereka 17 tahun ke atas. Tak sopan rasanya jika aku ceritakan detail di sini. Selalu terselip rayuan spekulatif di setiap obrolan dengan lawan jenis. Made Merta excited.

Nun di pojok sana, adalah kelompok misterius. Mereka suka berkerumun, lalu seketika bubar jika ada yang ada yang lewat atau mendekat. Jika berbincang, mereka berbisik nyaris tak bersuara, seolah tak ingin didengar oleh korden sekalipun. Entah apa topik yang dibicarakan. Mungkin masalah langkanya gas 3 kg, atau harga beras yang lagi naik, atau perihal politik negeri yang mulai memanas setelah Gibran menjadi cawapres, atau ketidakpuasan terhadap … Ah, terlalu pinggir jurang. Made Merta tidak ingin ikut-ikutan.

Made Merta masih belum mengetik satu kalimat pun. Jarum jam terus berputar. Lalu entah bagaimana, dia teringat petuah dosen matakuliah Karya Sastra saat dia berkiprah di institut keguruan dulu: temukan ide dari membaca koran!

Tak mau buang tempo, sejurus kemudian dia sudah berdiri menggebur meja-meja, lemari-lemari, laci-laci, bawah kursi persis maling kambuhan menggeledah lemari perhiasan. Orang-orang memandangnya penuh heran.

“Cari apa, Pak?” tanya seorang kawan.

“Koran,” jawab Made Merta singkat.

“Tidak ada koran, kalau tabel kredit di BPD, ada,” ujar sang kawan penuh perhatian.

Tidak ada koran di ruang guru, Made Merta berlari terpontal-pontal ke perpustakaan. Biasanya di perpustakaan koran-koran digantung menggunakan jepitan kayu lalu mendapat posisi terhormat di dekat pintu masuk. Dia tengok kanan-kiri, tidak ada koran. Perpustakaan kosong. Dia lupa perpustakaan belum digunakan lantaran belum selesai direnovasi.

Tak hilang akal, secepat kilat dia kemudian berbalik meluncur ke ruang tata usaha. Sayangnya, di sana juga nihil. Tak ada koran selembar pun. Made Merta terengah-engah.

Ternyata, pada masa serba digital kini, koran cetak mulai langka, mulai dilupakan. Orang-orang lebih suka membaca berita di gawai. Berita penuh pop up iklan yang mengganggu. Made Merta sedih mengenang nasib tragis koran yang terancam punah macam dinasaurus yang punah di zaman cretaceous.

Menurut hematnya, koran bukan sekadar kertas berisi tulisan. Koran adalah benda yang berjasa dalam sejarah umat manusia. Koran adalah salah satu alat perjuangan kemerdekaan. Adalah Bapak Pers Indonesia, Tirto Adhi Suerjo, yang gemar melancarkan propaganda melawan penjajah Belanda melalui koran terbitannya sendiri, Medan Prijaji. Betapa koran berjasa menciptakan lapangan kerja bagi mereka yang tidak beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi dengan menjadi loper. Usaha sedot WC, cleaning AC, kursus menjahit, pemberi kerja, pencari kerja, pencari jodoh, jual rumah, jual tanah, sewa pick up, pijat refleksi, jasa pengetikan, sablon, banyak yang sukses berkat iklan baris di koran. Betapa banyak keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan penting yang diambil oleh para pemimpin, para pejabat, para pemangku kepentingan setelah mereka meminum kopi.

Tahukah Kalian apa yang mereka baca setelah menyeruput kopi?

Mereka membaca koran! Tak lain dan tak bukan. Betapa banyak kebaikan dan prestasi yang diciptakan oleh koran.

Tak mendapat koran, Made Merta kembali ke ruang guru. Langkahnya gontai macam prajurit takluk kembali dari medan perang. Dia terhenyak pasrah. Dia menelungkupkan kepala di atas meja kerjanya. Meja tempat dia menyusun berupa-rupa kitab sakti mandraguna yang menjadi senjatanya membasmi jiwa-jiwa yang tuna ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan bahasa. Ada Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku sintaksis, buku jenis-jenis kalimat, buku 1000 peribahasa, buku 1000 Tafsir Mimpi, kumpulan puisi dan cerpen, semuanya serba tebal, juga novel kesayangannya yang berjudul Ayah. Semua buku itu tersusun di atas meja dengan rapi dan penuh rasa hormat. Tak ingin dia durhaka terhadap para penulis buku-buku tersebut.

Beberapa tahun lalu, Made Merta begitu rajin menulis. Cerita-cerita terlahir begitu saja dengan mudahnya bak ada pabrik cerpen dalam otaknya. Semua kejadian yang dicerap indra mudah saja digubahnya menjadi prosa. Apalagi jika pengalaman pribadi. Setiap diksi yang tersaji mampu mengiaskan emosi yang diinterpretasi sebagai ironi, tragedi, hingga komedi dalam suatu kisah fiksi. Kini, idenya kering sekering Gurun Gobi. Tinta-tinta penanya kandas. Oh, Made Merta yang kurang akal. Dia tidak sadar bahwa kreativitasnya dibunuh oleh situasi yang oleh Fourtwnty disebut zona nyaman.

Ada di zona nyaman membuat Made Merta tidak memiliki keresahan. Bukankah cerpen-cerpen itu lahir dari keresahan? Perasaan resah membuat manusia berpikir kritis, bersuara lantang, dan bertindak lugas. Perasaan resah membuat manusia memberontak, menuntut, dan berjuang, berjibaku jumpalitan. Kini keresahan hilang dibungkam belaian kenyamanan. Zona nyaman membuat Made Merta tak lagi memupuk cita-cita dan ambisi. Zona nyaman juga membuat dia kehilangan rasa, empati, dan simpati. Dia menjadi tidak acuh dan egois, tak lagi bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain. Ternyata begitu berbahaya akibat terjebak di zona nyaman.

Begitulah akhirnya matahari sudah condong ke barat, namun pijarnya masih membara. Cemara udang di taman sekolah terkantuk-kantuk kesepian menunggu angin pesisir yang tak kunjung menghampiri. Tupai-tupai berlompatan di antara dahan pohon mangga, rakus memilih mangga yang matang. Tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 15.30. Semua beranjak tergesa-gesa untuk pulang bak PKL diusir satpol PP. Made Merta yang ketiduran terkesiap bangun mendengar kegaduhan akibat kursi-kursi yang digeser terantuk meja dan omelan mereka yang absen online-nya tersendat.

Bu Koordinator pengumpul naskah menghampirinya. “Pak Made, cerpennya langsung kirim ke WA saya, ya,” ucapnya dengan nada ketus sebab hanya Made Merta seorang yang belum mengumpul. Made Merta tak ubahnya penghambat pekerjaan.

Made Merta mengerjap-ngerjapkan matanya yang belum terang sepenuhnya. Dilihatnya halaman word di layar laptop masih bersih.

“Belum selesai. Minta toleransi lagi dua hari ya, Bu. Lagi dua hari pasti jadi,” ucap Made Merta sembari nyengir. Lalu dia terbayang bagaimana dia sering membentak siswa-siswanya yang suka terlambat mengumpul tugas menulis teks. Dia merasa dirinya mengecil lalu hilang menguap karena panas. [T]

BACAcerpen-cerpen tatkala.coyang lain

Tukang Sulap dan Bocah Pemain Biola | Cerpen Hasan Aspahani
Tukang Sulih Suara dan Presiden yang Kehilangan Suaranya | Cerpen Hasan Aspahani
Pesan Cinta untuk Seorang Teman | Cerpen Wahyudi Prasancika
Sedihku Berakhir di Verona | Cerpen Putu Arya Nugraha
Maksan dan Moncong Senapan Belanda | Cerpen Helmy Khan
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Emi Suy | Kepada Capres

Next Post

Perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong: Kelincahan Barongsai, Sukacita Warga Singaraja

I Made Ariyana

I Made Ariyana

Lahir di Denpasar. Lulusan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali. Saat ini menjadi guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMP Negeri 9 Denpasar.

Next Post
Perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong: Kelincahan Barongsai, Sukacita Warga Singaraja

Perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong: Kelincahan Barongsai, Sukacita Warga Singaraja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co