KOMUNITAS Selonding Prami Prani kembali melahirkan karya musik dan tari berjudul “Gunung Sia” dipentaskan pada acara Festival Ubud Campuhan Budaya tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Janahita Mandala Ubud.
Pada karya Gunung Sia kali ini komunitas Selonding Prami Prani berkolaborasi dengan Sekehe Selonding Anjasemara (Desa Adat Bentuyung Sakti), violinis Putu Sandra Devindriati Kusuma dan penembang Ida Ayu Nyoman Dyana Pani. Karya Gunung Sia mengambil ide dari struktur bangunan Bade (wadah) tertinggi yang disebut dengan Gunung Sia.
Adapun bertindak sebagai composer adalah I Wayan Diana Putra dan Putu Gede Suardika. Sebagai koreografer adalah Ida Ayu Wayan Prihandari, sedangkan penata kostum dan artistik adalah Gusti Ngurah Dika Pratama.
Foto 1. Ilustrasi Visual Karya Gunung Sia. Desain oleh Gusti Ngurah Dika Pratama
Proses latihan Gending Gunung Sia melalui proses latihan selama satu bulan. Proses latihan kali ini dikemas sedikit berbeda daripada proses latihan selonding biasanya. Proses latihan kali ini menekankan konsep olah tubuh, pernapasan, gagebug, dan tetekes memegang panggul yang sesuai kaidah gegucekan Selonding. Garapan ini menjadi sebuah karya yang melimpahkan wawasan baru bagi perjalanan kreativitas komunitas Selonding Prami Prani.
Konsep olah tubuh dalam pelatihan ini menekankan pada korelasi sikap tubuh, karakter penabuh dan rasa penabuh dalam memainkan melodi suatu gending. Postur badan dalam memainkan selonding harus tegap layaknya sedang melakukan yoga.
Yoga direpresentasikan sebagai postur tubuh yang tegap dengan pengaturan nafas yang teratur dalam memainkan setiap bilah selonding. Pengolahan pernafasan menjadi penentu rasa dari suatu gending yang akan dibawakan. Pernafasan ini juga menunjukan dinamika keras atau halusnya, lambat maupun cepatnya melodi dalam gending yang sedang dimainkan. Sehingga penyelarasan nafas setiap pemain dari anggota selonding ini diperlukan untuk memunculkan karakter yang khas dari gending itu sendiri.
Foto 2. Proses Latihan Karya Gunung Sia
Gagebug atau teknik menabuh gamelan merupakan suatu hal yang pokok dalam gamelan bali. Gagebug atau teknik permainan gamelan tidak hanya diartikan keterampilan memukul dan menutup bilah gamelan selonding, tetapi juga mempertimbangkan teknik memegang panggul atau alat untuk memukul gamelan yang benar.
Teknik memegang panggul dalam gamelan selonding berupa posisi semua jari tangan menggenggam panggul namun jari telunjuk diluruskan kedepan dengan kekuatan untuk memukul bilah selonding “ngedig” berada pada pusat pergelangan tangan. Selain itu mengetahui nada dasar merupakan salah satu bagian dari gagebug ini.
Gamelan Selonding adalah perangkat gamelan berlaras pelog sapta nada (tujuh nada) dengan notasi Nding, Ndong, Ndeng, Ndeung, Ndung, Ndang, Ndaing, dengan terdapat istilah ngempyung dimana dua bilah selonding dipukul bersamaan membentuk notasi awal mula. Penggunaan notasi dalam selonding bergantung pada patet (saih) yang digunakan.
Sehingga urutan notasi bisa berubah menyesuaikan dengan patet (saih) yang dimainkan dalam gending itu sendiri. Patet merupakan pengaturan nada gambelan alat musik tradisional, patet ini memberikan keindahan dan harmonisasi pukulan gamelan.
Secara general posisi petuduh-peenem ditujukan pada sosok memimpin atau pengendali sebuah gending namun dalam gending Gunung Sia ini posisi pemimpin berada pada Nyong-nyong Ageng.
Dari semua proses yang telah dlalui, beberapa kesulitan muncul ketika setiap bilah selonding tersebut harus dijiwai agar sajian karya dapat melahirkan sesuatu kekhasan. Dengan menyatukan rasa dari setiap penabuh juga menjadi tantangan kami karena setiap penabuh memiliki karakter dengan laku yang beragam.
Perlu waktu yang cukup panjang untuk kami menyadari keberagaman karakter inilah yang menjadi warna untuk mewujudkan ciri khas yang tak terbatas dari garapan selonding ini. Walaupun sebagian dari kesulitan muncul dari “ke-lain-an” (suatu yang berbeda) yang tidak ternyatakan secara langsung.
Namun hal tersebut tidak menghalangi untuk terus berproses dan bertumbuh mengatasi kesulitan yang kami hadapi. Konsisten, saling percaya, dan semangat akan terus kami pegang niscaya segala kesulitan akan teratasi
Foto 3. Komunitas Selonding Prami Prani
Karya Gunung Sia yang dipentaskan sebagai rangkaian penutup Festival Ubud Campuhan Budaya tahun 2023 merupakan respon dalam bentuk karya seni pertunjukan atas pandangan dan pemikiran para akademisi dan tokoh budaya yang disajikan dalam acara Bajra Wakya Budaya: Simposium Menapak Pengetahuan dan Kearifan Budaya di daerah Pegunungan Bali. Kebudayaan pegunungan yang sampaikan dalam sudut pandang religi, kosmologi, linguistik, sosiologi dan seni disublimasikan dalam bentuk karya music dan tari Gunung Sia. [T]