PADA awalnya, olahraga bola voli diberi nama mintonettte. Olahraga ini pertama kali ditemukan oleh seorang instruktur pendidikan jasmani (director of phsycal education) yang bernama willliam G. Morgan di YMCA pada tanggal 9 februari 1895 di Holyoke, Massachusetts, Amerika Serikat.
Sedangkan, berdasarkan sejarahnya, bola voli masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1928. Permainan ini diperkenalkan oleh guru-guru pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan Hindia Belanda seperti Hoogere Burgerschool dan Algemeene Middlebare School.
Namun, kali ini saya tidak akan membahas perkembangan olahraga voli yang ada di dunia; tetapi perkembangan yang ada di Indonesia, khususnya perkembangan yang ada di Desa Padang Bulia, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Berawal dari perkumpulan olahraga anak muda yang ada di Padang Bulia sekitar akhir tahun 80-an, mereka yang menyukai olahraga voli akhirnya membentuk sebuah grup yang di beri nama Mitra Palguna.
Nama itu diberikan oleh Ketut Sutama, selaku bagian dari orang-orang yang ikut tergabung dalam aktivitas olahraga yang ada di Padang Bulia waktu itu. Grup voli tersebut diketuai oleh Gede Raksa dengan pemain Kadek Kuta, Gede Santa, Kadek Mayer, Pak Sweda (alm) dari Dusun Taman Sari; Nyoman Tinggen dari runuh desa, Pak Sarga dari runuh desa, Gst Kt Dharma Yana “Jik Sokok”, Gusti Ketut Semara, Gede Sara, Ketut Sarga, Gst Mawan, dll.
Menurut penuturan Gede Raksa, grup voli yang diketuainya waktu itu sering melakukan pertandingan persahabatan dengan grup-grup dari desa lain di Buleleng—bahkan sampai ke Desa Banjar untuk bagian barat dan Desa Bontihing untuk bagian timur.
“Pada saat itu belum ada kejuaraan-kejuaraan antardesa, yang ada hanya pertandingan persahabatan saling undang,” kata Gede Raksa.
Pada kisaran tahun 1995, olahraga voli di Padang Bulia sebenarnya sempat terhenti. Namun, pada tahun 1997 para pemuda desa mulai lagi membentuk club baru yang diberi nama MBS “Mari Bersahabat” dengan pemain seperti Rojak, Uuk, Nanta, Tu De, Oka, Grahadi, De Widi, Gus Indra, Angga, Artana, dan Arik.
Sedangkan struktur organisasi bola voli MBS Padang Bulia sebagai berikut: Kepala Desa (penanggung jawab); I Nyoman Hendra Ardhinata, S.Pd (ketua); I Gede Ketut Oka Wenten (wakil ketua); I Gede Wira Apriadi (sekretaris 1); Kadek Yoga Mahesa (sekretaris 2); I Gusti Ngurah Putu Alit (bendahara 1); I Putu Yudi Aksama (bendahara 2); Gede Toni Wartama (inventaris); dan Gede Yadya serta Gede Oka Adnyana (official).
Adapun prestasi yang pernah diraih tim voli MBS Padang Bulia, di antaranya, Juara Satu di Depehe, Bontihing, Petandakan, dan Nagasepaha. Dan yang terakhir mendapatkan Juara Satu di kejuaraan di Desa Petandakan, fiinal melawan tim voli dari Desa Penglatan: PERVOP.
Persoalan Tim MBS
Menurut Kadek Yoga Mahesa, selaku sekretaris 2 tim bola voli MBS, untuk saat ini minat dan perekembangan voli di Padang Bulia sudah sangat jauh berbeda. Artinya, pemain secara individu maupun tim sudah lebih bisa menunjukkan prestasinya.
Hal itu dibuktikan dengan dua orang pemain MBS yang mampu meraih beberapa prestasi seperti Rojak yang berhasil mengikuti Porprov tahun 2011, 2013, dan 2015; Kejurnas Junior tahun 2012 dengan menyabet Juara 1; dan Livoli Divisi Satu tahun 2013 dan 2014. Sementara yang kedua adalah Grahadi dengan prestasi Popnas tahun 2022 dan meraih Juara 3.
Yoga mengatakan, untuk saat ini, saat melakukan kegiatanya tim MBS masih didukung para donatur seperti Ressan (Wayan Sucitra), Bumdes dan LPD. Sedangkan bantuan dari Dana Desa hanya berupa bola yang anggaranya keluar pada akhir tahun. “Kalau uang kas untuk biaya ikut kejuaraan, transportasi, pemeliharaan lapangan, dan kebutuhan alat bermain sudah habis, maka kami akan urunan,” imbuh Yoga.
Kendati MBS terkendala dalam hal pendanaan, tetapi Yoga sangat berharap ke depanya MBS tetap giat berlatih agar mampu memberikan yang terbaik; tetap menjaga kekompakan dan mampu bermain sebagai tim yang solid dalam bertanding. Sebab, menurut Yoga, MBS juga membawa nama Desa Padang Bulia. Oleh karena itu, di mana pun MBS bertanding, selalu didukung suporter yang fanatik.
Tak hanya bermain untuk MBS, pemain asal Padang Bulia juga kerap bermain di club lain, sebagai pemain sewaan. Meski begitu, di mana pun mereka bermain, juga selalu didukung oleh suporter dari Padang Bulia.
Jika dilihat dari begitu banyaknya prestasi yang mereka raih, mengapa MBS tidak pernah megadakan kejuaraan di Desa Padang Bulia?
Saya ingat, kejuraan terakhir yang dilaksanakan MBS terjadi sudah lama sekali, sekitar tahun 2004. Hingga sampai sekarang belum ada lagi kejuaraan. Lalu, apakah ke depan MBS Padang Bulia mampu mengadakan kejuaraan? Lantas apa kendala yang menyebabkan mereka, sampai saat ini, belum mampu mengadakan kejuaraan?
Menjawab pertanyaan tersebut, Yoga mengatakan, nanti di tahun 2024 MBS Padang Bulia berencana mengadakan kejuaraan. Tetapi, masih ada beberapa kendala untuk mewujudkanya, salah satunya adalah masalah pendanaan dan masalah kepanitiaan.
“STT (sekaa teruna) di Desa Padang Bulia tampaknya belum siap menjadi panitia penyelenggara. Jika kami memaksakan dan tergesa-gesa bikin kejuaraan, takutnya megaburan,” ujar Yoga.
Oh, apa harus STT yang menjadi panitia? Sebenarnya tidak harus mereka, boleh saja organisasi-organisasi kepemudaan lainya yang menyelenggarakan. Namun, masalahnya, di Padang Bulia belum ada organisasi kepemudaan.
“Intinya kami perlu panitia yang paham dan mengerti, juga bertanggung jawab untuk mendukung terselenggaranya sebuah kejuaraan. Sebab, menurut pengalaman saya, selama MBS mengikuti kejuaraan di tempat lain, yang menjadi panitia itu selalu STT—atau organisasi kepemudaan lainnya,” kata Yoga.
Yoga berharap, semoga saja ke depan pihak desa lebih memperhatikan tim voli MBS—yang sudah nyata memberikan manfaat positif kepada Desa Padang Bulia maupun kepada warganya. “Sebagai aset desa, MBS harus diberikan dukungan penuh, bukan sekadar hanya dilihat sebagai sebuah grup hobi saja,” pungkasnya.[T]
Reporter: Gede Dedy Arya Sandy
Penulis: Gede Dedy Arya Sandy
Editor: Made Adnyana
- Baca juga artikel atau tulisan menarik lainnyaGEDE DEDY ARYA SANDY