DUA MINGGU BELAKANGAN ini cukup banyak peristiwa politik yang terjadi. Baik yang dilakukan oleh istana, pimpinan-pimpinan partai politik, hingga relawan-relawan yang katanya “siap” memenangkan figur yang diusung.
Tapi ada satu peristiwa yang menurut saya menarik, peristiwa politik itu adalah saat Ganjar Pranowo (Bacapres yang diusung PDIP) dan Anies Baswedan (Bacapres yang diusung Koalisi Perubahan) berada dalam satu daerah, di waktu yang sama untuk melakukan safari politik.
Dalam kunjungannya, Anies Baswedan hadir dalam acara Haul Akbar Habib Sholeh Tanggul, sedangkan Ganjar Pranowo menghadiri konsolidasi pemenangan dirinya dengan ribuan kader PDIP di GOR PKPSO Kaliwates, Jember.
Keduanya berhasil menjadi pusat perhatian, dan masing-masing tampak berhasil menunjukkan bahwa dirinya telah memiliki pendukung setia di Jember. Lantas apakah suara masyarakat di Jember, atau lebih luas suara di Jawa Timur menjadi sangat penting dalam memenangkan Pilpres 2024 mendatang?
Jawa Timur Adalah Kunci
Apabila melihat data, Jember menjadi salah satu kabupaten dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki jumlah pemilih yang besar. Dalam unggahan akun Instagram @kpu_jatim pada 17 April lalu, jumlah Daftar Pemilih Sementara (DPS) di Jember sebesar 1.984.928 pemilih, atau jumlah pemilih terbesar ketiga setelah Surabaya dan Malang. Sedangkan secara akumulatif, DPS di Jawa Timur berjumlah 31.570.088 pemilih. Tentu itu adalah kantong suara yang sangat besar bagi peserta Pemilu mendatang.
Jember sendiri merupakan bagian dari wilayah Tapal Kuda (bagian timur dari Provinsi Jawa Timur) bersama Banyuwangi, Bondowoso, Lumajang, Pasuruan, Situbondo, dan Probolinggo. Wilayah ini sangat lekat dengan kultur Nahdlatul Ulama (NU) juga begitu banyak pesantren yang berdiri di wilayah ini, sehingga sangat wajar apabila seorang Ganjar Pranowo memulai safari politiknya di Jember.
Hal itu juga diperkuat dari hasil survei yang dilakukan oleh Politika Research & Consulting (PRC) yang menyebutkan bahwa di wilayah Tapal Kuda, suara cenderung masuk ke Prabowo Subianto dan Anies Baswedan yang diidentikkan sebagai calon yang berasal dari kelompok agama.
Walaupun dalam survei yang dilakukan oleh Politika Research & Consulting pada 1-18 April 2023 perihal tingkat keterpilihan (elektabilitas) Calon Presiden di Jawa Timur menempatkan Ganjar Pranowo di posisi pertama dengan 37,8 persen, disusul Prabowo Subianto dengan 34,3 persen, dan terakhir Anies Baswedan dengan 17,6 persen, ini bukanlah angka yang mutlak.
Segala kemungkinan masih cair dan bisa saja terjadi. Persentase yang diperoleh Ganjar Pranowo juga tidak bisa dilepaskan dari pencapaian PDIP di Jawa Timur pada Pemilu 2019 yang berhasil meraih suara terbanyak dengan perolehan 4.319.666 suara.
Meski secara survei dan berangkat dari hasil Pemilu sebelumnya posisi Ganjar Pranowo dan partai yang mengusungnya berada di atas angin, bukan berarti posisi tersebut nyaman tanpa gangguan. Jika melihat situasi politik hari ini, pihak yang dapat memberikan ancaman bagi Ganjar Pranowo dan PDIP di Jawa Timur adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri dari Partai Gerindra dan PKB, plus Golkar yang kini sedang mesra-mesranya dengan PKB.
Pada Pemilu sebelumnya PKB memperoleh 4.198.551 suara, disusul oleh Gerindra dengan raihan 2.408.607 suara, dan Golkar di posisi keempat dengan perolehan 2.256.056 suara.
Berangkat dari hasil survei PRC yang menempatkan Prabowo Subianto di posisi kedua dengan 34,3 persen dan ditambah dengan sokongan tiga partai politik peraih suara terbesar di Jawa Timur setelah PDIP. Bisa jadi Prabowo Subianto akan melenggang menjadi peraih suara terbanyak di Jawa Timur pada Pilpres 2024 mendatang. Lantas, bagaimana dengan Nasib Anies Baswedan?
Anies dan Koalisi Perubahan Harus Kerja Ekstra
Berbeda dengan dua “kawan demokrasi”nya, Anies Baswedan tampaknya tidak diuntungkan dalam kontestasi di Jawa Timur. Berangkat dari hasil survei PRC, Anies Baswedan tertinggal jauh dari dua pesaingnya yang meraih persentase di atas 30 persen. Sedangkan Anies sendiri tidak menembus angka 20 persen. Hal ini erat kaitannya dengan suara Anies yang memiliki kecenderungan ceruk yang sama dengan Prabowo Subianto. Irisan yang sama kemudian mendatangkan kerugian di pihak Anies Baswedan.
Menurut survei dari PRC, Anies hanya mampu meraih suara di sebagian wilayah Tapal Kuda dan Pulau Madura yang memiliki kultur Islam yang cukup kuat.
Jika melihat hasil yang diperoleh partai pengusungnya, Partai Nasdem memperoleh 2.190.169 suara, PKS meraih 862.840 suara, dan Demokrat meraih 1.841.145 suara. Jika dibandingkan dengan dua pesaingnya, tentu Anies Baswedan bersama Koalisi Perubahan yang mengusungnya harus memiliki strategi jitu, setidaknya untuk tetap bisa kompetitif dengan dua pesaingnya.
Namun pada akhirnya, hasil survei akan terus berubah. Tidak hanya faktor figur Capres, partai pengusung, hingga isu yang akan dibawa, tetapi penentuan Cawapres juga menjadi faktor yang signifikan untuk menentukan kemenangan dalam Pilpres 2024 mendatang.
Apalagi dua diantara tiga nama yang disinggung tadi cukup ngotot untuk menggaet Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa untuk menjadi Cawapres—tentu untuk menarik suara di wilayah yang kini sedang dipimpinnya. Apakah Jawa Timur jadi satu-satunya medan tempur yang menentukan kemenangan, atau justru ada medan tempur lain? Silakan berpendapat. [T]