31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Galungan dan Representasi Budaya Bali Dalam Kumpulan Puisi “Menanam Puisi di Emperan Matamu” Karya Wayan Esa Bhaskara

Ni Made Wina UtaribyNi Made Wina Utari
January 4, 2023
inUlas Buku
Galungan dan Representasi Budaya Bali Dalam Kumpulan Puisi “Menanam Puisi di Emperan Matamu” Karya Wayan Esa Bhaskara

Buku karya Wayan Esa Bhaskara

KUMPULAN PUISI “Menanam Puisi di Emperan Matamu” merupakan sebuah buku yang berisikan puisi-puisi karya Wayan Esa Bhaskara. Buku ini merupakan buku kumpulan puisi pertamanya yang dapat dikatakan sebagai seorang penulis sajak yang giat. Buku ini diterbitkan Mahima Institute Indonesia.

Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan perasaan dan pikiran penulis ke dalam kata-kata yang indah dan menggugah. Selain sebagai bentuk ekspresi, puisi juga berperan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan terhadap suatu hal atau peristiwa.  Barangkali seperti itulah yang bisa dibaca dari puisi-puisi Wayan Esa Bhaskara.

Wayan Esa Bhaskara lahir di Tabanan, Bali. Sejak duduk di bangku SMA ia sudah mulai menulis puisi, cerpen dan esai. Karya-karyanya terangkum dalam beberapa antologi bersama, seperti Senyum Kopi (2012).

Tulisan Esa Bhaskara juga telah dimuat di berbagai media cetak di Bali seperti Bali Post, Denpost, Tribun Bali, dan Pos Bali. Wayan Esa Bhaskara telah beberapa kali memenangkan sayembara penulisan-penulisan puisi tingkat lokal dan juga nasional.

Selain seorang penulis yang bergaul di Komunitas Mahima Singaraja, ternyata Wayan Esa Bhaskara juga seorang pengajar atau tenaga pendidik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tidak perlu diragukan lagi bahwa puisi-puisi karya Wayan Esa Bhaskara dapat menarik perhatian pembaca.

Buku dengan sampul berwarna biru dan putih itu yang sangat menarik perhatian pembaca memiliki ketebalan 106 halaman. Namun tidak hanya sampul yang dapat menarik perhatian, melainkan isi dalam buku itu juga dapat memikat hati pembaca.

Kumpulan puisi karya Wayan Esa Bhaskara bertema tentang romansa dan ritual sederhana yang disajikan dengan rapi dan anggun. Membaca puisi dalam buku “Menanam Puisi di Emperan Matamu” rasanya seperti menikmati secangkir kopi pagi ditemani sepotong singkong rebus dan sebatang rokok, rasanya sungguh nikmat. Begitu kata salah satu cerpenis Bali.

Pulau Bali dikenal sebagai sebutan Pulau Dewata (Pulau Seribu Pura), karena kentalnya budaya Hindu dalam ritual keagamaan yang mempengaruhi hampir setiap unsur dan gerak kehidupan masyarakat Bali. Hal itu menjadikan Bali tidak hanya memiliki pemandangan yang indah namun juga memiliki kebudayaan yang unik, eksotis dan terjaga.

Hingga saat ini masyarakat Bali masih tetap menjaga tradisi atau adat istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. Tidak hanya penduduk lokal, namun wisatawan asing pun mengagumi keindahan dari pulau Bali.

Setelah membaca kumpulan puisi karya Wayan Esa Bhaskara dalam buku “Menanam Puisi di Emperan Matamu”, banyak hal menarik perhatian saya, terutama adanya nuansa budaya Bali atau lokalitas Bali di dalam puisi-puisinya. Dimana si penulis secara tidak langsung telah memperkenalkan budaya Bali pada pembaca yang mungkin belum mengetahui lebih tentang budaya-budaya atau tradisi-tradisi yang ada di Bali.

Saat membaca kumpulan puisi-puisi karya Wayan Esa Bhaskara rasanya saya senantiasa takjub akan keindahan dari budaya Bali ini dan juga rasa bangga yang menyelimuti sebagai seorang warga asli Bali.

Wayan Esa Bhaskara merupakan warga asli Bali, jadi kumpulan puisi dalam buku “Menanam Puisi di Emperan Matamu” tidak jauh dari budaya ataupun lokalitas Bali. Seperti judul puisi Galungan (hari raya umat Hindu), Tumpek Landep (persembahyangan terhadap benda tajam), Saraswati (perayaan atas turunnya ilmu pengetahuan), Nyepi (hari suci umat Hindu), Lawar Buatan Nenek (makanan khas daerah Bali), Sambel Matah (makanan khas daerah Bali) dan lain sebagainya.

Pada puisi yang berjudul Galungan yang dibuat dalam empat bait karya Wayan Esa Bhaskara memiliki makna bahwa hari raya Galungan jatuh pada hari Rabu. Yang dimana seluruh umat Hindu berkumpul untuk melakukan persembahyangan bersama dalam rangka merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).

Di sebuah rabu
Desa-desa dalam kemenangan
Diliputi bahagia, doa, aman sentosa
Jiwaku menahan pilu

Puisi di atas merupakan bait ketiga dalam judul puisi Galungan yang memiliki makna perasaan bahagia dan penuh syukur karena di Hari Raya Galungan itulah warga Bali dapat berkumpul atau bersilaturahmi dengan keluarga.

Pada puisi yang berjudul Nyepi yang dibuat dalam empat bait karya Wayan Esa Bhaskara memiliki makna bagaimana situasi Bali pada hari raya Nyepi yang begitu sunyi dan tidak adanya aktivitas manusia, hanya terdengar suara jangkrik dan kerabatnya yang saling bersautan.

Udara yang terasa sejuk karena tidak adanya pencemaran polusi dari asap kendaraan. Di malam hari yang begitu terlihat sangat indah karena langit dihiasi dengan lautan bintang yang menyinari pulau Bali pada saat gelapnya malam Nyepi. Saat itu rasanya seperti mimpi dan terlahir kembali, dimana warga non-Hindu yang tinggal di Bali ikut serta dan menghargai hari raya umat Hindu yaitu Nyepi.

Mungkin sebagian besar orang luar Bali tidak mengetahui bahwa di Hari Raya Nyepi ada empat pantangan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi. Warga Bali menyebutnya Catur Brata Penyepian antara lain tidak berkegiatan dan bekerja (Amati Karya), tidak menyalakan api (Amati Geni), tidak bepergian (Amati Lelungan), dan tidak berfoya-foya (Amati Lelanguan).

Pada puisi yang berjudul Lawar Buatan Nenek yang dibuat dalam tiga bait karya Wayan Esa Bhaskara memiliki makna bahwa lawar itu penyembuh rasa kerinduan akan Bali. Jika makan lawar dimana pun kita berada, kita akan selalu ingat yang namanya Bali. Karena lawar merupakan makanan khas daerah Bali yang biasanya dibuat dari daun pakis, nangka muda, dan juga daun belimbing yang dipadukan dengan daging cincang.

Ditinjau dari bahannya masing-masing lawar mempunyai rasa yang berbeda seperti kelapa parut dengan rasa manisnya, garam dengan rasa asinnya, terasi dengan aroma yang agak busuk, darah ayam atau babi yang amis serta dengan bumbu pedas lainnya. Namun setelah bumbu-bumbu itu dicampur jadilah sebuah makanan yang amat digemari dan dapat membuat kenangan tersendiri dengan pulau Bali, sehingga tak ragu lagi untuk kembali ke Bali.

Mungkin di luar sana tidak banyak yang mengetahui bahwa lawar merupakan salah satu makanan khas Bali yang menjadi sarana dalam upacara adat dan keagamaan di Bali. Bisa dibilang lawar Bali ini tidak akan hilang selama kebudayaan Bali masih melekat erat dalam diri masyarakat Bali, bahkan semakin lama semakin populer keberadaannya.

Dalam kumpulan-kumpulan puisi yang ditulis oleh Wayan Esa Bhaskara dalam buku “Menanam Puisi di Emperan Matamu” menyajikan banyak hal sederhana mengenai budaya Bali. Kita sering lupa bahwa Bali begitu indah sehingga orang lokal ataupun wisatawan asing senang berkunjung ke Bali karena Bali memiliki berbagai ragam budaya, adat istiadat, dan hari raya.

Setelah membaca buku kumpulan puisi karya Wayan Esa Bhaskara kita dapat merasakan bagaimana kentalnya budaya Bali. Kata-kata sederhana yang digunakan penulis sehingga terkesan menarik untuk dibaca. Warga asli Bali yang membaca buku kumpulan puisi karya Wayan Esa Bhaskara ini pun akan diselimuti dengan rasa bangga. [T]

Puisi-puisi Jong Santiasa Putra | Ayam Tepung Sambel Wijen
Yang Nyata dan Tidak Nyata Dalam Buku Cerpen “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci”
Analisis Psikologi Kepribadian Tokoh Dalam Novel “Hanya Nestapa” Karya Sunaryono Basuki Ks
Tags: Budaya Balibuku puisikumpulan puisiPuisisastraSastra IndonesiaWayan Esa Bhaskara
Previous Post

Putu Mara, Transmigrasi dari Buleleng ke Sumatera: Tantangan Awalnya, Sukses Akhirnya…

Next Post

Betapa “Insecure”-nya Aku Dulu — Kini Kuciptakan Panggung Untuk Diriku Sendiri

Ni Made Wina Utari

Ni Made Wina Utari

Mahasiswa Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, jurusan Pendidikkan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Next Post
Betapa “Insecure”-nya Aku Dulu — Kini Kuciptakan Panggung Untuk Diriku Sendiri

Betapa “Insecure”-nya Aku Dulu -- Kini Kuciptakan Panggung Untuk Diriku Sendiri

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co