Puisi-puisi Jong Santiasa Putra | Ayam Tepung Sambel Wijen

AYAM TEPUNG SAMBEL WIJEN Menjelang Nyepi 1944, malam mampir ke rumahseluruh keramaian sudah kutitipkankepada pemuda-pemuda setengah kepayang di pinggir jalanmereka sedang membakar waktu, satu persatuisi kepalaku bisa jadi puisi, jika api sisa bakaran itumenerangi penyap-panjang dan lengang. “Lapar Jong? kami masak, tunggu saja sebentar,” kata ayahmu Sepasang suami istri, menumis cemas di atas teplonsuami mengulek … Continue reading Puisi-puisi Jong Santiasa Putra | Ayam Tepung Sambel Wijen