PERNAHKAH KALIAN BERPIKIR, jika lulus sekolah nanti ke mana harus melanjutkan jenjang pendidikan? Hal itu aku rasakan ketika aku lulus dari jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Ya, memang sih, walaupun ada sekolah yang dekat dengan rumah, akan tetapi ketika mendengar teman-teman membicarakan sekolah favorit dan juga sekolah impian masing-masing, aku hanya bisa terdiam dan mengangguk sambil senyum sedikit.
Ketika mendengar bahwa ada pengumuman penerimaan siswa baru sekolah asrama, pandanganku pun tertuju pada pengumuman itu. Setelah mendengar beberapa ketentuan dan juga persyaratan yang dibutuhkan, aku langsung bergegas untuk menyiapkan syarat-syarat yang dibutuhkan oleh sekolah itu.
Syarat-syarat yang sudah ditentukan aku kumpulkan hari demi hari sebelum seleksi penerimaan siswa baru dimulai, baik itu dari persiapan diri, belajar sampai latihan fisik di rumah.
Sekolah asrama yang aku maksud ialah salah satu sekolah asrama yang baru berdiri pada tahun 2018, bernaung di bawah Yayasan Mandara Sejati dan dinamakan SMA Taruna Mandara. Jadi secara kebetulan aku masuk pada tahun 2018 dan merupakan angkatan pertama yang akan masuk di sekolah tersebut.
Seleksi penerimaan siswa baru akan berlangsung selama tiga hari yang disebut dengan bootcamp dan di sinilah dimulainya awal simulasi menjadi anak asrama baru, Pada hari pertama kami akan melakukan registrasi awal dengan didampingi orang tua sebagai penanggungjawab. Setelah itu calon siswa dipersilakan untuk masuk ke dalam ruangan kecil untuk melakukan tes urine serta pengecekan badan dan kesehatan. Nah pada pengecekan badan ini calon siswa diminta untuk telanjang alias buka baju dan celana untuk mengetahui kondisi fisik dari calon siswa.
Hadirnya lingkungan serta suasana yang baru membuat badanku merasa gemetar dan penuh dengan rasa kekhawatiran karena ini merupakan pengalaman pertamaku memasuki jenjang pendidikan SMA. Dalam hati aku berpikir, “Ini tes untuk mencari polisi atau mencari sekolah sih?”
Tes dan juga seleksi yang diselenggarakan memang benar-benar seperti mencari sekolah kepolisian.
Ternyata ketika aku bertanya kepada guru-guru di SMA Taruna Mandara, mereka mengatakan bahwa sekolah asrama SMA Taruna Mandara adalah salah satu sekolah yang menerapkan sistem kemiliteran dan kepolisian.
“Tidak hanya berpatokan pada pembelajaran, sekolah Taruna Mandara juga membentuk karakter dan pendidikan berbasis kesadaran diri,” ucap Meliani selaku guru dari SMA Taruna Mandara.
Selama bootcamp, aku menjadi banyak mendapatkan pelajaran, pengalaman, serta bagaimana pentingnya memaknai hidup yang sebenarnya. Mulai dari cara berjalan hingga makan pun ada etikanya, memang sulit tetapi jika dijalani dengan teman-teman yang lain akan terasa ringan.
Kami diajarkan untuk hidup dengan jiwa korsa, jadi satu orang yang membuat kesalahan maka yang lain akan ikut salah. Bayangkan saja ketika calon siswa berasal dari daerah yang berbeda-beda tentunya memiliki sifat yang berbeda-beda. Namun hal itu akan terbiasa jika dijalani dengan sepenuh hati dan saling merangkul satu sama lain.
Banyak hal yang lucu terjadi selama bootcamp, mulai dari peraturan mandi berbarengan sampai melihat teman yang lupa memakai handuk dan akhirnya memakai lap motor untuk mengeringkan badannya, hahaha. Maksud dari mandi berbarengan ini bukan laki-laki dan wanita dijadikan satu ya, karena taka da siswa perempuan di sekolah itu.
Seusai mandi kami akan bergegas untuk persiapan apel makan malam. Tidak seperti makan di rumah yang tinggal ambil nasi, lauk dan tinggal makan, melainkan ketika makan seperti anak asrama kita akan diajarkan untuk makan yang benar dan juga cara duduk yang tegak.
Slogannya seperti ini “Sendok yang mencari bibir, bukan bibir yang mencari sendok”. Bukan hanya itu, waktu yang diberikan untuk makan pun terbatas, jadi bayangkan saja bagaimana caranya supaya tidak ada suara lain selain bunyi sendok pada saat makan.
Kegiatan selanjutnya adalah apel untuk istirahat malam, apel ini bertujuan untuk mengabsen semua anggota calon siswa, dan calon siswa akan dibagi menjadi 5 Pleton/kelompok yang berjumlah masing-masing 30 orang. Waktu yang ditunjukkan untuk istirahat malam ialah pukul 21.00 malam.
“Hmm, biasanya sih anak-anak di luar jam segini masih main-main keluar, ini malah udah tidur,” ucapku dalam hati.
Pada pukul 04.15 pagi, calon siswa akan dibangunkan dengan tanda terompet yang menandakan waktu tidur sudah usai. Calon siswa disuruh bergegas untuk mengikuti tes fisik, sebelum melakukan tes fisik seperti biasa gerakan yang dilakukan ialah pemanasan agar badan dan juga tubuh kita menjadi tidak kaku. Setelah itu baru akan diarahkan untuk kumpul di beberapa titik sesuai dengan pleton yang dibagi, tes fisik yang dilaksanakan diantaranya ialah lari 12 menit keliling sekolah, push up, sit up, dan juga back up.
Tes fisik bukan merupakan hal yang sulit bagiku, terlebih lagi di rumah aku sering melakukan aktivitas berolahraga, jadi di dalam tes fisik ini dapat aku lalui dengan lancar dan sempurna. Setelah tes fisik selanjutnya akan ada tes akhir yaitu tes akademik yang akan berlangsung pada pukul 07:30. Nah, di dalam tes akademik ini ada beberapa mata pelajaran di antaranya Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa.
Aku bukan tipe orang yang pandai dalam hal akademik, tapi di dalam pikiran terdapat dorongan yang mengatakan aku harus bisa melewati ini dan membuat orang tua bangga karena masuk sekolah asrama adalah tujuanku.
Pada saat semua tes berakhir, aku hanya berusaha, pasrah, dan berdoa agar diberi kelancaran. Pada saat guru mengumumkan siapa yang akan lolos menjadi siswa, dalam hati hanya bisa pasrah dan rasa deg-degan yang tiada henti. Pada saat satu persatu nama dipanggil, ternyata namaku ada di antara semua calon siswa yang lolos menjadi calon taruna SMA Taruna Mandara.
Perasaan senang, sedih dan haru pecah pada saat itu, mengingat senangnya karena lolos seleksi, dan juga sedihnya akan berpisah dengan orang tua dirumah. Tantangan kedepannya akan lebih berat, aktivitas bootcamp selama tiga hari akan berubah menjadi tiga tahun selama menempuh pendidikan di sekolah asrama.
Dengan hidup di asrama aku akan lebih tahu bagaimana pentingnya memaknai hidup yang sebenarnya, pelajaran yang aku dapatkan selama tiga tahun selalu aku terapkan hingga saat ini, baik itu dari sikap maupun etika. Jadi, sukses bukan berasal dari mana latar belakang orang tersebut, melainkan sukses itu berasal dari bagaimana usaha yang dilakukan oleh orang tersebut, semua orang pastinya memiliki impian dan juga sekolah yang diinginkan jadi semua orang dapat meraihnya. [T]