3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ranty | Cerpen Rastiti Era

Rastiti ErabyRastiti Era
October 23, 2021
inCerpen
Ranty | Cerpen Rastiti Era

Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna

Kematian datang menjemput tanpa undangan, kadang tanpa tanda-tanda. Seperti roda, kehidupan terus berputar hingga menemukan batasnya. Jika bisa memilih, manusia akan merencanakan kapan hari kematian itu tiba. Jika bisa memilih, manusia akan semakin semena-mena, apalagi jika bisa memutuskan kapan berhentinya kehidupan seseorang. Beruntunglah manusia tak tahu kapan hari kematian itu tiba. Walaupun begitu, ada kalanya, manusia mempunyai ego untuk mengatur kematian orang-orang termasuk dirinya sendiri.

***

Anak perempuan sepertiku tentu menyukai boneka beruang. Si beruang cokelat pemberian mama itu kunamakan Bobo, seperti nama majalah kesukaanku. Bobo menjadi pelipur lara bagiku. Ranty yang kesepian, Ranty yang selalu ditinggal bekerja, dan Ranty yang tak tahu kapan mama dan papa bisa mengajaknya bermain lagi. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, begitulah hal yang aku tahu setiap kali aku mengajak bermain walau hanya sebentar. Kadang aku lelah menunggu mereka pulang, ingin rasanya aku bisa menghilang dan mereka bingung mencariku.

Bobo menjadi temanku selama di rumah. Aku melakukan apa saja bersamanya. Kadang aku hanya diam dan menghayal jika Bobo bisa berbicara dan mengajakku bercerita apa saja. Aku ingin mengeluhkan bagaimana mama dan papa yang tak pernah peduli lagi denganku semenjak kesibukan mereka semakin banyak. Aku ingin Bobo menceritakan bagaimana enaknya menjadi boneka yang memiliki banyak teman karena mama membelikanku banyak boneka.

Aku ingin mengatakan betapa bosannya menjadi orang yang kesepian, kenapa mama dan papa selalu sibuk? Aku benci mereka! Bahkan untuk bermain denganku saja mereka tidak bisa. Apa gunanya aku buat mereka? Kenapa mereka melakukan ini padaku? Apakah aku bukan anak mereka?

Suatu hari pembantuku mengatakan bahwa ia berhenti bekerja menjadi pembantu di rumahku. Ibunya sakit keras, ia memerlukan perhatian yang lebih banyak sehingga pembantuku memilih untuk kembali ke kampungnya. Mama sudah menemukan pengganti, namanya Minah. Dia lebih muda dan cantik.

Dia sepertinya sangat akrab dengan mama, mereka terlihat seperti teman yang tak terpisahkan. Mereka mengobrol tentang banyak hal saat Minah baru sampai rumah. Minah tersenyum ramah padaku dan langsung mengajakku bermain. Dia berkata akan bekerja besok namun hari ini sudah pindah ke rumahku. Hari-hariku yang menyebalkan mulai terisi karena Minah selalu mau diajak bermain, entah di halaman atau hanya di kamar bermain boneka.

Suatu hari Minah tidak mau diganggu, katanya dia sibuk sekali dengan pekerjaannya. Aku pun hanya bisa diam bersama Bobo di dalam kamar. Hari itu aku mendengar suara mobil mama. Jarang sekali mama pulang secepat ini, pikirku. Aku pun menghampiri mama di pintu masuk, berharap ia akan mengajakku membeli boneka atau sekedar bermain di kamar.

Sayangnya, mama berkata dia sangat lelah dengan pekerjaannya. Aku disuruh kembali masuk ke kamarku dan bermain dengan Bobo. Aku hanya bisa mendengus kesal dan mengiyakan perkataan mama. Tak berselang berapa lama, mama kembali memacu mobilnya ke jalan. Aku bergegas keluar, ingin melihat apakah benar mama pergi dengan mobilnya. Di tengah ruang tamu berbentuk persegi ini Minah berada di dekat jendela yang menghadap jalanan yang dilewati mobil mama.

“Minah, ngapain?” tanyaku yang sontak membuatnya terkejut. Muka Minah pucat tapi segera dia menyuruhku makan siang. Badan Minah terlihat sangat lelah seperti habis mengerjakan sebuah pekerjaan yang berat.

Beberapa hari setelahnya, mama sempat pulang siang hari tapi tak lama setelahnya ia kembali memacu mobilnya ke jalanan. Sepertinya mama makan siang di rumah, pikirku. Tapi kenapa dia tidak mengajakku? Apa masalahnya untuk makan siang bersama anaknya sendiri?

Aku pun bertanya pada Minah apa yang mama lakukan saat dia berada di rumah. Minah hanya berkata mama ingin makan siang sendiri dan mengambil dokumen yang ketinggalan. Ah, baiklah mama memang jahat padaku dan aku malas sekali mempermasalahkan hal ini.

Suatu hari papa pulang lebih cepat dari hari biasanya. Aku bergegas menyambutnya dan papa ternyata membelikan boneka baru untukku. Ini akan menjadi teman baru kamu, katanya. Boneka baru ini mirip sekali dengan bobo, boneka kesayanganku. Papa menyuruhku untuk bermain di dalam kamar dan tidak mengganggunya karena dia akan mengerjakan pekerjaan di rumah.

Aku hanya bisa mendengus kesal dan kembali masuk ke kamarku. Ternyata papa juga terlalu sibuk walaupun bisa pulang lebih cepat, tak ada bedanya dengan mama.

Papa mengetuk pintu kamarku dan mengajakku makan siang. Aku mengiyakan dan segera mengikuti papa ke meja makan. Di meja makan hanya ada nugget dan nasi putih dengan jus jeruk yang papa ambil di kulkas.

Cerita tentang mama yang sempat pulang tapi kembali memacu mobilnya ke jalanan aku ungkapkan ke papa. Ia mendengarkan dengan seksama dan aku mulai bercerita kemana-mana. Aku senang papa mau makan siang bersamaku, aku sangat jarang bertemu dengannya.

Aku melihat ada bercak merah di beberapa bagian kemeja papa.

“Papa kok kemejanya merah? Papa buka sambal sampai muncrat?” Papa melihat kemejanya.

“Iya sayang tadi botol sambelnya susah banget dibuka, Papa jadi ngga sengaja muncratin deh.”

“Oh trus mana botolnya, Pa? Kok ngga dibawa kesini?” Muka Papa yang terlihat kelelahan itu segera mengambil botol sambal ke dapur.

“Ini sayang, kamu mau?”

“Mau, Pa, eh tapi kok ini keliatannya belum pernah dikeluarin sih, Pa?”

“Nih papa tuangin ke makananmu, udah ya, papa capek mending makan makanannya biar ngga cepet dingin.” Aku hanya mengiyakan dan melanjutkan ritual makanku yang sempat tertunda.

Sampai malam aku tak melihat keberadaan Minah. Papa menemaniku bermain seharian dan aku benar-benar senang hari itu. Suara mobil mama terdengar dan aku mengajak papa untuk melihat mama. Papa mengiyakan dan berjalan bersamaku.

Aku ingin mengajak mama bermain, segera aku pergi ke pintu dan menyambut mama. Muka mama sangat lelah dan tanpa melihat ke arah papa, ia bergegas menuju kamarnya. Papa menyusul mama dan menyuruhku untuk masuk ke kamarku dan segera tidur. Aku kesal, lagi (dan lagi) mengiyakan perkataan mama karena mataku juga sudah mengantuk.

Di kamarku yang besar ini aku tidur bersama Bobo dan boneka baru yang belum kuberi nama. Tak berselang berapa lama, aku mendengar mama dan papa beradu mulut, entah apa yang mereka ributkan. Aku berusaha tak peduli dengan urusan orang-orang dewasa itu. Tubuhku sudah terlalu lelah karena main kejar-kejaran bersama papa sore tadi. Sebenarnya aku masih bertanya-tanya, di mana Minah?

***

Tubuhku terasa sedikit bergoyang, entah ini mimpi atau tidak. Aku merasa berada di tempat yang bukan kasur empukku. Mataku mulai sedikit terbuka, dan aku tidur di dalam mobil bersama Bobo dan boneka baru yang belum aku beri nama.

“Udah bangun, Sayang?” sebuah suara datang dari kursi pengemudi.

“Papa,” kataku lemah.

“Iya, ini Papa. Kamu tidur lagi sana, ini udah malam.”

“Papa mau ngajak aku ke mana?”

“Ngga ke mana-mana kok sayang, Kamu tidur aja lagi.”

“Ngga mau, Udah nggak ngantuk.”

“Yaudah kalau ngga mau tidur, kamu diem aja di sana.”

Aku menegakkan badan dan duduk sambil melepaskan selimut yang melapisi tubuhku. Aku duduk di kursi penumpang dan aku melihat di bagasi belakang ada dua plastik hitam besar.

“Itu plastik apa, Pa?” tanyaku pada papa yang masih fokus mengemudikan mobilnya.

“Itu Mama sama Minah sayang,” jawab papa singkat. Ketakutan seketika menyelimutiku.

“Kenapa, Pa?” tanyaku gemetar.

“Karena mereka saling menyukai,” kata papa. Aku diam, tak berani mengungkapkan apa-apa. Papa tak berbicara sepatah kata pun. Aku memberanikan untuk bertanya lagi

“Lalu kita akan kemana, Pa?”

“Ke neraka,” katanya singkat.

Aku bisa merasakan mobil papa tak lagi menyentuh tanah. Aku merasakan sensasi ketakutan yang menjadi-jadi di sekitar angin yang tak mampu menahan laju mobil ini. Suara terakhir yang aku dengar adalah deburan ombak yang keras, lalu air masuk dari sela-sela mobil dan menenggelamkan kami di tengah kegelapan malam. [T]

__________

KLIK CERPEN LAIN

Petak Umpet-Umpetan | Cerpen Indra Putra

__________

Tags: Cerpen
Previous Post

Peran Kecil dengan Pelajaran Besar | Ikut-ikutan Main Teater di Komunitas Mahima untuk Festival Bali Jani 2021

Next Post

Puisi-puisi Winar Ramelan | Kelir Sunyi, Ziarah Angin

Rastiti Era

Rastiti Era

Biasa dipanggil Era, adalah penikmat teh, kopi, susu, dan buku. Mengulas buku melalui Podcast Sahabat Buku. Kini tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Undiksha. Punya hobi unik: berteman dengan siapa saja. Silakan hubungi di Instagram @rastiti_era.

Next Post
Puisi-puisi Winar Ramelan | Kelir Sunyi, Ziarah Angin

Puisi-puisi Winar Ramelan | Kelir Sunyi, Ziarah Angin

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co