Seorang lelaki, gesit, seakan tak bisa diam. Satu persatu karung berisi sampah plastik itu dinaikkan ke atas mobil pick-up. Jumlah sampah itu hampir 500 kg. Itu sampah plastik jenis PET yang diambil dati Bank Sampah Galang Panji, Desa Panji, untuk dibawa ke Rumah Plastik di Desa Petandakan.
Tidak butuh waktu lama, kurang dari sejam, mobil pick-up sudah siap berangkat. Isinya, sampah plastik tertata rapi, penuh, tapi tak sesak.
Menaikkan dan menata karung-karung sampah plastik ke atas mobil pick-up, di tangan Ketut Robi, lelaki penata sampah itu, tampak seperti pekerjaan mudah. Padahal jika tak berpengalaman, menata sampah di atas pick-up, bisa bikin ngos-ngosan. Tenaga habis, sampah berdesakan tak karuan.
Ketut Robi, lahir tahun 2000 di Karangasem, punya pengalaman matang menata sampah, di atas pick-up atau di dalam gudang. Ia melakukan pekerjaan sejak lima tahun lalu di Rumah Plastik, dan kini ia bisa disebut penata ahli sampah plastic.
Di Rumah Plastik, ia memang bertugas untuk mengambil sampah-sampah dari bank sampah atau tempat lain yang telah bekerjasama dengan Rumah Plastik. Dan untuk pekerjaan itu, ia sangat dipercaya oleh Bos Rumah Plastik, Eka Darmawan.
Kenapa ia dipercaya sedemikian khusus? “Ketut Robi punya kemampuan yang sangat baik dalam menata sampah untuk di mobil pickup. Dan kemampuan jenis ini sangat penting, karena dengan hanya memiliki satu kendaraan penjemput sampah, volume sampah yang bisa diangkut haruslah maksimal dan itulah tugasnya Ketut Robi,” kata Eka Darmawan.
Memang, seperti yang terlihat ketika mengangkut sampah plastik dari Bank Galang Panji, Ketut Robi sungguhlah ahli. Ia menata karung-karung yang berisi sampah plastik sedemikian rupa sehingga pick-up itu bisa berisi banyak karung sampah.
Dulu, Bank Sampah Galang Panji pernah mengirim sampah sendiri dengan jenis pick-up yang sama hanya mampu menaikkan sebanyak 250 kg sampah plastik. Tapi di tangan Ketut Robi, sampah yang bisa ditampung pick-up itu sebanyak lebih dari 500 kg.
Bahkan, kata Robi yang hanya lulusan sekolah dasar ini, dia sebenarnya mampu membawa lebih banyak dari itu, tapi ia takut tumpukannya terlalu tinggi sehingga nanti akan berisiko di jalan raya.
“Kalau jenis plastik bentukan campur yang belum dipres biasanya sampai 600 kg, kalau plastik yang sudah dipres bisa lebih banyak lagi, tapi kalau jenis kertas dan kardus itu bisa saya tata sampai 1 ton,” katanya.
Banyak yang tak percaya tentang kemampuannya itu sebelum melihat secara langsung. Dulu, seorang di tempat pengiriman sampah di Denpasar sempat mempertanyakan, bagaimana bisa dengan mobil pick-up bisa membawa 1 ton kardus. Tapi setelah si bos melihat langsung kiriman sampah dengan berat 1 ton, si bos pun langsung memarahi anak buahnya. Tentu saja, karena mobil operasional tempat pengelola sampah itu sebenarnya lebih besar dari yang dipakai Ketut Robi, tapi tidak pernah mampu membawa sampah sampai 1 ton.
Kemampuan Ketut Robi ini tentu saja tidak lahir begitu saja. Di awal-awal bekerja di Rumah Plastik volume sampah yang bisa diambil juga belum maksimal, tetapi setelah berproses dan belajar dari rekan-rekan yang juga bekerja di tempat sampah ia mampu mengatur strategi untuk memaksimalkan volume sampah yang dibawa.
“Kuncinya adalah mengetahui seberapa besar kendaraan kita dan karakter jenis sampah serta jenis-jenis sampah yang akan diambil di bank sampah atau TPST,” kata Ketut Robi.
Lalu, langkah berikutnya, memastikan setiap ruang di mobil pick-up. Misalnya jika yang dibawa apalah banyak jenis, maka kardus dan jenis kertas akan ditaruh di bawah lalu jenis karung plastik, yang karung berisi plastik paling berat, akan diupayakan ditaruh paling atas untuk memberikan tekanan. Ini dilakukan agar sampah tidak terbang ketika mobil bergerak.
Meski usianya masih terbilang begitu muda, 21 tahun Ketut Robi tampak begitu bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Beban sebagai seorang kepala keluarga dengan istri dan satu orang anak, memberinya semangat untuk bekerja, meskipun pekerjaannya terlihat kotor karena setiap harinya bergelut dengan sampah.
Ya, Ketut Robi sudah menikah di usia yang cukup muda, dan harus memberanikan diri merantau ke Buleleng dari Karangasem untuk bekerja. Di desanya sendiri tidak ada banyak pilihan pekerjaan.
Kemampuan menata ini memang terlihat sepele, tapi sangat berperan besar untuk pengelolaan sampah di Rumah Plastik. Dengan hanya memiliki satu kendaraan operasional, setiap pengambilan sampah harus selalu dipastikan volume yang dibawa itu maksimal, sehingga dengan banyak yang bisa diangkut maka semakin banyak pula sampah plastik yang mampu didaur ulang.
Itu mungkin yang menjadi salah satu penyebab kenapa Rumah Plastik mampu mengelola sampah hingga 30 ton dalam sebulan. [T]
BACA JUGA: