14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Harga | Cerpen Geg Ary Suharsani

Geg Ary SuharsanibyGeg Ary Suharsani
March 6, 2021
inCerpen
Harga | Cerpen Geg Ary Suharsani

Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna

“Ayo, pesan apa saja. Bebas.”

“Aku yang bayar.”

“Pilih yang enak-enak.”

‘Hei, Mer, jangan bengong!”

***

Made Gebi membuatku gelagapan. Dia menyodorkan daftar menu. Wangi tubuhnya menyapa hidungku.  Wangi manis nan  lembut. Aku belum pernah mencium wangi seperti ini.

“Jeg, masih bengong.“ Made Gebi menegur. Kini dia menepuk menu yang dia sodorkan. Menu itu sebenarnya sudah kubuka dari tadi. Tapi, ya, begitulah. Daftar menu kubuka tapi pikiran tidak di sana. Melayang jauh. Mencuri pandang pada jemari lentik Made Gebi. Kukunya yang panjang meruncing bercat pastel dengan corak bunga kecil-kecil. Sungguh serasi.

Kulitnya. Oh, aku sampai malu menyandingkan tanganku di sebelah tangan Made Gebi . Tangan yang telungkup di atas daftar menu itu begitu bening. Rangkaian saluran darah yang kebiruan menonjol dengan genitnya. Pelan-pelan tanganku yang kerut keriput cenderung kering, merosot ke bawah meja. Kusembunyikan di antara pahaku yang berdempetan satu sama lain.

“Sini aku bantu pilih. Sepuluh tahun sing ketemu. Jangan pilih es teh,” ujarnya cepat, saat menyadari arah tatapan mataku. Ternyata, aku menatap tulisan ice tea sedari tadi.

Cepat-cepat aku mencegah Made Gebi merebut daftar menu dari tanganku. Dia tersenyum. Bibirnya pink berkilau. Seperti ada kerlip permen fox  di sana. Refleks kuraba bibir. Ah, untungnya masih lembab, tidak ada kulit kering yang mengelupas. Kulirik cermin yang menjadi dinding ruangan ini. Lega, bibir ini tidak pucat-pucat amat. Meski tak ada kilau permen di sana. Tadi pagi ku poles lipstik matte.  Namun, sedetik kemudian pantulan tubuh kami di cermin itu menyadarkanku, kenapa tidak mengenakan pakaian terbaik hari ini. Segera kubuang pandangan dari cermin.

“Cepet juga kamu sampai sini, Mer.”

“Ya, gampanglah nyari tempat ini.”

Sejak kapan aku jadi sombong. Batinku. Aku jarang ke Kuta. Seumur-umur hidup di Bali, belum lebih dari lima kali aku ke Kuta. Apalagi ke tempat ini. Belum pernah. Tapi karena terlanjur menantang Made Gebi untuk bertemu, melalui percakapan di media sosial, aku setuju untuk ketemuan.

“Kita ketemuan di tempat paling hip di Kuta. Mai na’e!”  Made Gebi  memberi gambar senyum lebar pada tulisannya. Tak lama dia mengirimkan pesan melalui pesan pribadi. Lokasi bertemu nanti.

“Mai, na’e!” sahutku, sambil memberikan tanda jempol berderet-deret.

Lagi pula aku memang penasaran untuk bertemu langsung dengannya. Dia teman di Sekolah Menengah Pertama. Foto-foto di akun media sosialnya sungguh membuatku iri. Wajahnya makin lama makin muda dan glowing. Tirus dengan hidung mancung yang proporsional. Aku curiga itu hanya tipuan kamera jahanam. Palingan jika ketemu, tidak jauh beda dengan Made Gebi yang dulu: kulitnya coklat kusam, wajah bintik jerawat dan selera berpakaian yang parah.

Selama berhari-hari perkiraanku ini menemani dan masih bercokol hingga hari yang kami tetapkan. Aku sangat yakin, Made Gebi tidak sekeren yang ada di foto. Namun alamat yang dia berikan ternyata membawaku ke sebuah restoran mewah penuh bule. Aku mulai ragu.

Balon perkiraan itu meletus, pecahannya berpencar ke segala arah,  saat Made Gebi menyambutku di tempat parkir. Terbata aku meletakkan helm, melepaskan jaket, merapikan rambut, di bawah tatapan Made Gebi yang masih sangat aku kenal, namun dalam balutan sosok yang sungguh berbeda. Sosok Made Gebi kini benar-benar seperti yang ada di akun media sosialnya. No filter!

“I Koncreng, mana nih?” Aku celingukan, menatap ke arah pintu masuk, sambil membenahi posisi duduk. Koncreng, salah satu teman SMP yang ikut komentar ingin ketemuan. Nama sebenarnya Anggari.

“Aruh, palingan dia gak datang. Cuma asal komen, aja.” Santai Made Gebi mengibaskan tangannya. Kali ini rambutnya yang dark brown dengan sedikit warna pirang di beberapa bagian ikut terkibas. Rambutnya dulu mengembang kemerahan dan selalu dikepang dua. Sedangkan aku masih setia dengan tampilan lama. Sedari dulu hanya hitam lurus sepinggang, palingan dipotong untuk menghilangkan rambut bercabang. Penampilan yang dulu membuatku  jauh lebih menarik dari Made Gebi.

Seorang wanita muda berpakaian putih hitam hadir di meja kami. Dia membawa dua piring putih besar. Makanan disajikan di meja. Itu steak. Aku memandang Made Gebi, diam-diam dia sudah memesan makanan.

“Kamu kelamaan milih.” Dia nyengir. Sorot matanya, gerak bibirnya, benar-benar masih Made Gebi kawan SMP-ku. Membuatku masih merasa akrab dan merasa nyaman untuk tetap melanjutkan percakapan.

“Semuanya enak-enak. Sampai bingung milih.” Aku memberikan alasan. Mulai keceplosan, padahal mati-matian aku mencoba untuk tidak memuji.

“Ini tempat kesukaanku. Semuanya memang enak. Cocok harga dengan rasanya,” terang Made Gebi sambil mengangsurkan piring steak ke hadapanku. Steak itu hadir dalam wujud daging tebal yang segar dengan lumuran bumbu berwarna coklat dilengkapi merica hitam. Asap tipis masih mengepul di atas daging.

“Coba steak-nya. Nanti boleh nyoba lagi yang lain.” Made Gebi berkata seolah steak ukuran besar ini tetap akan membuatku kelaparan. Aku hanya tertawa sambil mengambil pisau steak. Mengiris daging tebal perlahan, melumuri dengan saos, kemudian memasukkan ke mulutku. Steak itu menyentuh lidahku. Aku mulai mengunyah. Dan … mih, sungguh berbeda dengan steak yang pernah aku makan. Benar-benar lembut, gurih, segar,  dan hangat. Belum pernah kumakan yang seperti ini.

“Enak banget ini. Sering makan di sini sama keluarga, Geb?” Akhirnya aku memuji. Steak ini membuatku jujur.

“Nggak juga, sih.”

“Terus sama siapa biasanya?”

“Tergantung, bisa sama temen, seperti sekarang, bisa juga sendiri.”

“Wih, sendiri makan di sini, nggak merasa sayang,  makan enak sendirian? Hehehe ….” Aku terkekeh.

“Ah, biasa aja. Lama-lama biasa.” Made Gebi berujar pelan, sambil melempar pandangannya ke pot bunga, menghindari tatapanku.

“Suamimu sibuk, ya?”

“Steve, nggak sibuk. Tapi sibuk banget! Sekarang di Jakarta, besok di Kalimantan, tiga hari kemudian di Singapura. Aku bahkan udah lupa gimana rasanya dipeluk dia. Hahahaha ….” Made Gebi tergelak. Sepintas seperti menertawai diri sendiri. Aku memilih berkata o yang panjang.

“Anak-anak, di mana?” Dasar, mulut ini tidak bisa diam.

“Di kampungnya Steve. Study di sana, supaya tetap gaul sama orang-orang bule.” Made Gebi mencomot kentang dari piring putih di hadapannya.

“Keren.” Aku bergumam. Terbayang dua anakku yang sekolah di kampung. Teringat dulu Made Gebi begitu kampungan. Heran juga, kenapa Steve mau menjadikannya istri.

“Hehehe … keren, ya, Mer? Kadang aku merasa aneh. Orang-orang merasa ini keren. Keren dimananya, ya? Tapi aku terima aja, deh dibilang keren … hahaha ….” Tawa Made Gebi kembali berderai. Kali ini aku ikut tertawa. Lebih karena aku bingung melihat dia yang bingung.

“Semuanya ada harganya, Mer. Steak yang kamu makan tadi. Ada harga ada rasa. Menu yang lain,  cobain deh. Harganya sebanding dengan rasanya.”

“Kamu bilang aku keren, keren juga ada harganya. Sing ade ane cuma-cuma.” Kali ini dia menyandarkan tubuhnya. Sinar lampu restoran ini membuat tubuhnya makin berkilau.

“Steve, jarang banget di rumah. Palingan di rumah hanya setengah hari. Habis itu pergi. Sibuk ngurus usaha yang ada di mana-mana.” Kali ini Made Gebi mengalihkan pandangan ke sekelompok bule di seberang meja kami.

“Yang penting kartu ATM dan kartu kredit selalu ready. Nggak masalah sendirian kemana-mana. Aku ke salon, perawatan wajah dan badan. Menicure pedicure. Aku juga harus menghargai diriku sendiri.” Made Gebi bicara sambil menatap lurus ke arahku. Aku jengah, memilih untuk menunduk sambil mengaduk minumanku.

Tiba-tiba Made Gebi melambaikan tangan. Seorang laki-laki muda datang mendekat. Dia sama wanginya dengan teman lamaku ini. Wangi yang begitu maskulin.

Made Gebi berdiri, menyambut laki-laki itu. Mereka duduk bersebelahan, tangan laki-laki itu masih memeluk mesra pinggang kawan lamaku ini.

Mataku sepertinya tak mampu menyembunyikan rasa penasaran.

“Kesepian juga ada harganya.” Made Gebi mengerling.

Aku menunduk, melanjutkan mengiris steak yang sudah dingin. Sembari mengira-ngira seberapa dalam kesepian Made Gebi. [T]

  • Denpasar, Maret 2021

____

BACA CERPEN LAIN

Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Tags: Cerpen
Previous Post

Kupetik Puisi di Langit | Buku Puisi dari SMAK Harapan

Next Post

Puisi-puisi Eny Sukreni | Lima Macam Kecemasan

Geg Ary Suharsani

Geg Ary Suharsani

penulis karya jurnalistik dan sastra

Next Post
Puisi-puisi Eny Sukreni | Lima Macam Kecemasan

Puisi-puisi Eny Sukreni | Lima Macam Kecemasan

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co