26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Satu Juni & Misteri Waktu

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
June 1, 2019
in Esai
202
SHARES


“… aku Mahakala… Aku waktu, aku kehidupan dan kematian…”, demikianlah penggalan wejangan Krishna kepada Arjuna yang masih ragu-ragu di medan perang Kurusetra.

Medan perang bukanlah tempat yang tepat untuk bimbang. Kebimbangan adalah kekalahan itu sendiri. Dan kemenangan bukanlah saat tubuh musuh binasa, ditinggalkan jiwanya yang tak lagi suka. Kemenangan adalah, saat seorang prajurit menerjang musuh tanpa setitik pun keraguan menodai jiwanya, setulus pasukan kamikaze. Sebuah passion!

Waktu, ia tentu saja telah dilecehkan oleh satu kebimbangan dan keragu-raguan. Sebab ia bergerak lurus ke depan bahkan tanpa rasa belas kasihan sedikit pun. Ia, mendatangkan kematian, musibah, namun juga detik-detik indah pernikahan atau kelahiran. Jika setiap hal ditentukan oleh waktu, maka ialah Tuhan itu, Sang Maha Penentu. Patutlah kita harus pahami sabda Krishna di senja yang penuh dengan kematian itu. Seperti halnya Tuhan yang tak pernah lebih atau kurang, yang abadi di mana dan kapan saja, maka untaian waktu pun seharusnya takkan pernah berbeda nilai dan maknanya. Ia bebas dari keragu-raguan, dari pujian, dari laknat atau pun belas kasihan, terus melaju ke depan, bergeming.

Itulah kenapa seharusnya 1 Juni, 31 Desember atau 21 April, itu semua sama saja. Ia sebuah keniscayaan dalam hukum fisika jagat raya. Sebatas itu. Umat manusialah yang kemudian memberinya segala makna dan hakikat.

Lalu ia dapat memberi keceriaan hari lahir, semangat heroisme kemerdekaan, momentum inspiratif kesetaraan, namun juga ingatan kebencian yang mengintai menghancurkan. Manusia adalah mahluk simbolis. Mereka bahkan dapat menyematkan simbol-simbol imajiner yang sedemikian kuat pada untaian waktu yang sesungguhnya tak terlihat, seperti halnya seakan-akan mampu memberi identitas pada pikiran-pikiran yang tersembunyi.

Di situlah kemudian manusia punya sebuah peluang dan panggung. Berbaik-baik dengan waktu adalah bersekutu dengan Sang Penentu. Jika waktu adalah Tuhan, maka memberi rasa hormat dan dedikasi adalah ibadah tanpa kuil dan ritual.

Ia begitu mudah, begitu sederhana. Menyadari setiap detik adalah peluang, tiada lain dan tiada bukan itu adalah sikap takwa. Risau, entah kapan waktu kita akan berakhir, adalah kerendahan hati dan mawas diri. Tak perlu diragukan lagi, Ia selalu bersama kita melaju ke arah yang sama. Yang tertinggal cukuplah sekilas romantika.

Berbaik-baik dengan waktu, ia akan mengabadikan manusia pada sebuah karya yang diberkati. Bukanlah karena pembawaan sejati kala itu sendiri. Melainkan berkat kecakapan dan kebijaksanaan dari pikiran dan tangan manusia yang mengagumkan.

Begitulah tanggal 1 Juni ini, selamanya akan dihormati, setidaknya oleh bangsa Indonesia yang jamak dan tersebar ini. Ir Sukarno, pendiri bangsa dan negara ini, berkat intuisiya yang tajam, kepekaan visionernya dan kehangatan jiwa pluralismenya telah mempersembahkan Pancasila yang selalu hidup. Azas dan falsafah yang menjaga roh bangsa ini dan membuat dunia terpukau. Merangkul lima agama dan sederet aliran kepercayaan, ribuan pulau, ratusan suku bangsa dan bahasa, juga puluhan partai politik, Pancasila selalu mengingatkan anak-anak bangsa ini akan satu persatuan yang bersahaja geraknya namun maha agung hakikatnya.

Pun 17 Agustus, mahakarya lainnya bersama seluruh anak bangsa di masa revolusi yang selalu meninggalkan haru dalam perasaan dan detak jantung heroisme menggebrak-gebrak. Tetes air mata yang tak kuasa kita bendung saat Sang Dwi Warna dikibarkan dan lagu kebangsaan Indonesia Raya membelah langit. Tanpa aksi yang gagah berani dan dedikasi yang sempurna untuk seluruh rakyat, bangsa dan negara, 17 Agustus akan lewat begitu saja bagai desiran angin yang kering di gurun pasir yang luas dan sepi. Begitulah setiap detik waktu berlalu di sana, cuma akan berlalu.

Waktu, juga ruang, akan selalu begitu. Senyap namun senantiasa terbuka untuk setiap kecemerlangan buah pikiran dan gerak tubuh kita. Ia, dapat saja menjadi satu peringatan kelam menghitam dari segala dendam dan kebencian seperti 30 September, atau ia selalu diperingati dalam rasa hormat yang sedemikian membanggakan layaknya 1 Juni. Dapat saja, kita juga lahir pada tanggal 1 Juni ini, namun ia tak pernah membawa apapun, sampai kita mengukir sebuah kecemerlangan.

PANCASILA

  1. Ketuhanan yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebjaksanaan dalam                                                               Permusyawaratan/Perwakilan
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Tags: Bung KarnopancasilaperayaanSoekarno
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Eka Yanthi
Esai

Pimpinan Membuat Kami Bisa Berubah

Penulis: Eka Yanthi ________ Perubahan sudah mulai masuk dan merambah sel-sel birokrat. Perlahan tapi pasti mulai nampak ada progres terhadap ...

December 27, 2020
Esai

Bissu; Waria Sebagai Pemuka Agama Dalam Novel Tiba Sebelum Berangkat

Beberapa hari lalu saya dikagetkan oleh aksi seorang rektor yang memecat seluruh pengurus pers mahasiswanya karena persoalan cerpen yang disinyalir ...

April 4, 2019
Doni Wijaya [Ilustrasi oleh Nana Partha]
Esai

Mempertanyakan Bencana Alam

Banjir, kekeringan, abrasi, longsor, gempa bumi, gunung meletus bahkan tsunami sering disebut bencana alam sehingga saat jatuh korban pemerintah memberi ...

October 16, 2020
Istimewa
Peristiwa

In Memoriam Agus Sadikin Bakti: Santailah ke Nirwana, Ingat “Menang Kalah Sehat”

SAYA tak ingat turnamen jenis apa itu. Yang jelas ada pertandingan sepakbola. Tempatnya di  Stadion Mayor Metra, sekira tahun 2002/2003. ...

February 2, 2018
Seorang warga selfie di depan gapura TPS 8 Desa Pedawa Buleleng
Kilas

Dekorasi Ala Acara Pernikahan di TPS Desa Pedawa – Usai Nyoblos Bisa Selfie

Panitia Pemungutan Suara (PPS) di Banjar Dinas Asah, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, punya cara sendiri untuk menarik perhatian warga ...

April 16, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In