14 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Aku dan Kemungkinan-Kemungkinan Lain Atas Diriku –Catatan Aktris Sebelum Pentas Sang Guru

Goldyna Rarasari by Goldyna Rarasari
May 17, 2019
in Esai
37
SHARES

Ini adalah catatan aktor sebelum pementasan Komunitas Senja dengan judul  “SANG GURU” adaptasi naskah monolog “Pidato 7 Menit” karya Hendra Utay, Sabtu, 18 Mei 2019 pukul 18:00 WITA. Pementasan ini dalam rangka “Program Penyajian dan Pembangunan Seni UPTD Taman Budaya Art Centre 2019”, di Gedung Ksirarnawa, Art Centre, Taman Budaya Denpasar.

***

Beberapa orang mengatakan, “Senja tidak akan padam, Senja belum terbenam”. Bagiku senja memiliki waktunya sendiri untuk merekah. Setelah terbentuk di akhir tahun 2014 oleh para sepuh (Hendra Utay, Heri Windi Anggara, Legu Adi Wiguna, Angga Tri Prasetyawan, Indra Mpol, dan Ryan Giggs), pementasan tunggal Komunitas Senja akhirnya akan terwujud meskipun masih memboncengi nama Teater Cahaya untuk urusan administrasi.

Pada proses kali ini, kami membawakan Sang Guru adaptasi naskah monolog 7 Menit karya Hendra Utay, mas-ku di teater. Orang yang paling sering ku ajak berselisih paham, tapi juga ku hormati. Mulai dari awal produksi pemilihan naskah, pemilihan tim produksi hingga aktor, terlepas dari seberapa jauh dikecewakan – mengecewakan, kami tetap berproses. Perdebatan-perdebatan yang sering kali terjadi adalah salah satu racikan penyedap yang tidak luput dalam suatu proses.

Bagiku berteater adalah sebuah keikhlasan. Tidak semua orang menjadikannya sebagai prioritas. Banyak prioritas lain yang mereka pilih. Apalagi kami adalah sebuah komunitas berdasarkan hobi yang tidak ada tuntutan seperti ekstrakulikuler zaman sekolah dulu. Jadi sah-sah saja bagiku kalau beberapa kawan-kawanku tidak bergabung dalam garapan kali ini.

Tantangan terbesar bagi sebuah komunitas umum adalah penyesuaian waktu dan jadwal kegiatan kami dengan hiruk pikuk yang berbeda-beda. Waktu selalu jadi tantangan bagi kami, tapi disanalah perjuangannya. Seperti yang selalu aku amini, berjuang untuk hidup, hidup untuk berjuang. Ada banyak yang diperjuangkan dan dikorbankan dalam proses kali ini, mulai dari ego, waktu, jam istirahat, dan kompromi terhadap hal ini-itu.

Pada garapan ini apresiasi terbesar aku tujukan kepada Sutradara, Komang Adi Wiguna. Ia biasa dipanggil Legu. Sebagian besar garapan ia selesaikan dengan merangkap sebagai penulis naskah, sutradara, penata musik, bahkan artistik. Semua kelompok maupun komunitas teater apapun itu pasti tidak terlepas dari rangkap-merangkap.

Begitu pula kawan-kawan lain yang merangkap ya aktor, ya tim produksi, seperti Mpol, Ryan Giggs, Bayu Reinhard, dan Eka WP. Aku pun begitu sebagai tim produksi yang mengurusi beberapa hal terkait pementasan, sekaligus memerankan Ibu Bendahara.

Karakter Ibu Bendahara yang aku mainkan adalah centil, manja, dan suka mencari perhatian. Kalau menurutku pribadi, karakter ini bukan aku banget untuk aku yang sedikit kaku, dan malu-malu. Entah bagaimana pandangan orang lain terhadapku, tapi ini adalah salah satu hal terbesar yang harus kuhadapi untuk memerankannya.

Dengan beberapa referensi yang ditawarkan, aku masih meragukan diriku sendiri. Pertanyaan semacam, “ah cocok ndak ya, ah ndak bes lebay aku ni”, selalu jadi pikiran. Ya… ketidakpercayaandiri selalu jadi penyakitku dari zaman dulu. Lebih mudah sepertinyanya menyampaikan rasa melalui bernyanyi. Sebab aku lebih sering bernyanyi ketimbang sebagai aktor.

Tapi bukan berarti aku ingin menyerah dengan pilihanku, jeg lagasin! Kalau katanya Mas Moch Satrio Welang yang beberapa kali mengarahkan kami ketika latihan, “Kamu selama ini menjadi peran yang sendu, sekarang harus buktikan kalau kamu bisa menjadi ody yang lain”. Semoga aku bisa menemukan dan menjadi segala kemungkinan atas diri-diriku yang lain, setidaknya tidak mengecewakan bagi diriku sendiri dan komunitaskulah.

Ini sudah menghitung hari menjelang pementasan, tulisan ini hanya pemikiran-pemikiran yang sekelebat teringat selama berproses Sang Guru, karena kadang aku adalah seorang yang buruk dalam mengingat, hehe. Yang terpenting, semua proses akan terbayar lunas nanti pada tanggal 18 Mei 2019 di Gedung Ksirarnawa Art Centre. Pementasan ini akan menjadi kali keempat ku menginjakkan kaki di gedung itu, tiga kali sebagai aktor, satu kali untuk bermusikalisasi puisi.

Tentu dengan peran dan sensasi ketegangan yang berbeda. Dan segala kekhawatiran dan keresahanku akan kubayar dengan perayaan pasca pementasan nanti, mungkin sampai ambang batas kesadaranku, mungkin juga tidak. Ah, kita lihat saja nanti. Sampai jumpa. Salam. [T]

Tags: guruKomunitas Senjaseni pertunjukanTeater
Goldyna Rarasari

Goldyna Rarasari

Lebih suka dipanggil Ody. Suka teater dan bermusikalilasi puisi. Tidak memiliki barcode maupun label harga, jadi bukan orang berharga yang ingin dihargai. Bagian dari Komunitas Senja.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Ilustrasi diolah dari sumber gambar di Google
Opini

Simalakama Zonasi – Jangan Mengeluh, Yang Abadi adalah Perubahan

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sudah dimulai. Sistem zonasi masih melahirkan kekacauan, meski sudah dilaksanakan beberapa kali. Direktur Jenderal Pendidikan ...

June 27, 2019
Foto-foto: Adhi Mahardika
Peristiwa

Seni Mural Padmaksara: Merayakan Aksara Bali dan Gantungan Mimpi di Pohon Harapan

BANYAK yang tahu, dalam rangka menyambut hari jadi ke-229 Kota Denpasar, digelar berbagai kegiatan tanggal 27 Februari – 3 Maret ...

February 2, 2018
Esai

Zaman Corona, “Telah Gati Suba Olah-olahane!”

Yen bendan zamane suba maju, raga sing perlu buin ngae penjor ajak banten. Tinggal klik dogen tombole, sruuutt! Pesu be ...

May 14, 2020
pementasan naskah Barabah ini oleh Teater Sadewa dan disutradarai Hendra Utay yang digelar dalam rangka Program Penyajian dan Pengembangan Seni UPTD Taman Budaya Art Center Tahun 2019, Sabtu, 20 Juli malam.  (Foto; Dok Teater Sadewa)
Ulasan

Pentas “Barabah” Teater Sadewa: Hanyut pada Pemanggungan Konteks Lama

Saya tidak tahu pasti bagaimana konteks zaman penulisan naskah “Barabah” karya Motinggo Busye. Saya berusaha melepas pikiran itu untuk menikmati ...

July 21, 2019
Esai

Semua Sekolah Favorit, Zonasi-pun Alami

“Sering aku hitung tahun-tahun yang harus aku jalani sebelum memperoleh kemerdekaan, bagiku seakan-akan sekolah adalah sebuah penjara...” Demikian kerisauan hati ...

June 27, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In