2 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

Isotopi Kerusakan Lingkungan Hidup dalam Puisi “Dongeng dari Utara” karya Made Adnyana Ole

Juli Sastrawan by Juli Sastrawan
April 25, 2019
in Ulasan
33
SHARES

.

Dongeng dari Utara

.

Di utara, Ibu

Kebun kaktus, hutan bersuara liar

Punggung bukit hitam. Orang-orang Atas

memburu titik lampu

Sembunyi seperti bintang sesat

di atas langit jatuh, puing kota                                                           

yang mati dini hari

Lalu membusuk

di mulut ular!

.

Suara liar, hutan kaktus

Maka simpan suaramu, Ibu!

di goa mati

di tapal batas paling tipis

antara daun peneduh, kayu asam yang rindang

dan kampung pelacur

.

Simpan suaramu!

Desis ular, lolong anjing

atau raung hewan piaraan

di rumah kesayangan peri kota

Senantiasa memburu tumbal

Untuk menyambung pita tenggorokannya

yang terputus

usai mimpi besar, tadi malam

.

Di utara, kita terkenang

Dulu, kebun anggur, rambatan hati petani

Di sisi telaga bening. Ada air terjun

bisu tanpa riak                                                            

Ular-ular jinak memperlihatkan pelangi

Ekornya yang runcing

memanggil bidadari

.

Di utara, Ibu

laut kini menganga

seperti kuali                                                                

lubang matahari

tempat indah

bagi ikan-ikan kecil

bunuh diri!

.

2003

***

Dibukanya Bali bagi pengembangan pariwisata yang cenderung massal berakibat kepada degradasi lingkungan dalam berbagai ranah; seperti berkurangnya ruang terbuka hijau, semakin banyaknya jumlah sampah, rusaknya puluhan sungai akibat dari pembangunan villa yang seringkali dilabel sebagai hunian yang kembali ke alam, padahal senyatanya merusak alam itu sendiri.

Tidak hanya itu, pariwisata juga menjadi stimulan bagi berkurangnya sawah di Bali. Bagimana tidak, di Bali kini lahan produktif yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian semakin menyusut. Setiap tahun ditenggarai sekitar 1000 ha lahan sawah beralih fungsi menjadi peruntukan nonpertanian. Pesatnya perkembangan pusat-pusat pertumbuhan bisnis pariwisata, membuat terdesaknya fungsi alamiah lahan sebagai penyangga daur ekologis.

Tentu ketika kita berbicara perihal pariwisata, tak bisa lepas begitu saja dari kebermanfaatanya. Inilah yang menjadi masalah dilematis bagi Bali sendiri. Di satu sisi pariwisata memberikan banyak sekali pendapatan, di sisi lain, lagi-lagi lingkungan alam harus menjadi tumbal atas keserakahan manusia yang tak pernah berkecukupan. Hal-hal yang dilematis inilah yang dihadirkan Made Adnyana Ole dalam puisinya Dongeng dari Utara.

Membaca puisi Made Adnyana Ole yang berjudul Dongeng dari Utara, kita dihadapkan oleh diksi-diksi yang dilematis. Puisi Dongeng Dari Utara menceritakan tentang seorang anak yang bercerita ke ibunya tentang perubahan lingkungan hidup yang dulunya indah dan damai, tapi kini berubah menjadi sumpek, runyam dan panas. Waktu berlalu, hari berubah, dan perubahan-perubahan tak bisa kita dibendung, pun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia itu sendiri.

Melihat bagaimana Made Adnyana Ole mengungkapkan kerusakan lingkungan beserta kenangan bagaimana keindahan Utara dulu akan saya lihat dari model analisis isotopi.

Menurut Otong Surotong, hahahaa, becanda. Isotopi adalah wilayah atau medan makna yang terbuka di sepanjang wacana. Secara sederhananya, kita (pembaca) dapat menangkap beberapa kata yang memiliki kesamaan makna. Masing-masing isotopi membentuk motif-motif dan motif-motif tersebut menunjukkan tema puisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, puisi ini memperlihat perubahan lingkungan serta gambaran bagaimana Bali dulu dan kini. Asumsi ini pertama-tama dapat diperiksa dengan mencari isotopi. Isotopi “ketakutan” saya peroleh berdasakan adanya leksem: liar, hitam, memburu, sembunyi, sesat, jatuh, mati dan membusuk.

Isotopi “tempat” dijumpai pada bait kedua: hutan, goa, tapal batas, dan kampung pelacur. Pada bait ketiga ini terdapat isotopi “suara”: desis, lolong, raung dan tenggorokan. Pada bait selanjutnya terdapat isotopi “kenangan indah” hal ini bisa dilihat dari leksim: terkenang, dulu, hati, telaga bening, pelangi, bidadari. Bait terakhir isotopi “kerusakan”: menganga, lubang.

Berdasarkan isotopi yang telah ditemukan: isotopi ketakutan, isotopi tempat, isotopi suara, isotopi kenangan indah, dan isotopi kerusakan, maka dapat disimpulkan motif yang ada di dalam puisi di atas adalah motif ketakutan, motif kenangan, dan motif kerusakan.

Hal ini bisa dilihat dari bait pertama motif ketakutan (hutan bersuara liar, Punggung bukit hitam. Orang-orang Atas memburu titik lampu, Sembunyi, puing kota yang mati, membusuk di mulut ular!). Motif kenangan indah (kita terkenang, Dulu, Di sisi telaga bening. memperlihatkan pelangi, memanggil bidadari). Motif kerusakan (laut menganga, lubang matahari).

Buku kumpulan puisi “Dongeng dari Utara” karya Made Adnyana Ole

Puisi “Dongeng dari Utara” merupakan salah satu puisi dari buku kumpulan puisi Made Adnyana Ole yang memanfaatkan perlambangan yang sangat maksimal. Ini bisa dilihat dari bait pertama yang berkisah tentang orang-orang atas yang tinggal di balik perbukitan, yang gelap dan tanpa lampu. Sebuah perbandingan untuk melambangkan bagaimana jomplangnya model dan gaya hidup orang Utara dan Selatan.

Pemaknaan kerusakan lingkungan bisa dilihat pada bait ini juga, hal itu terdapat pada kalimat “Punggung Bukit Hitam” dimana bukit hitam ini memang benar adanya di Bali Utara. Seperti yang dikutip dari pernyataan Bupati Buleleng, Ribuan hektare lahan hutan di Kabupaten Buleleng, Bali, mengalami kerusakan yang cukup parah dan kondisinya sangat memprihatinkan. Ia menyebutkan secara keseluruhan luas hutan di wilayahnya itu mencapai 51.436,21 hektare, sedangkan 8.258,14 hektare di antaranya rusak parah.

Sepanjang tahun ini telah terjadi kebakaran hutan di wilayah Kabupaten Buleleng. Bahkan kebakaran hutan di Pulaki dan Tejakula telah merusak tanaman produktif di atas lahan seluas 56 hektare.

Awalnya ini hanya cocoklogi, mencocokan sana sini hahaha. Tapi ketika dicari, yih.. ade ternyata!

Leksim “ular” juga kita banyak jumpai pada puisi Dongeng dari Utara karya Made Adnyana Ole. Ia menggambarkan bentuk investor atau pengembang pariwisata dengan pemaknaan ular rakus yang main lahap dan pemberi janji-janji indah yang bisa dilihat pada kalimat (Ular-ular jinak memperlihatkan pelangi). Suara yang dibungkam dalam kalimat (simpan suaramu, ibu yang kemudian dilambangkan dengan beberapa jenis suara binatang) adalah perlambang bagaimana aspirasi dari masyarakat yang berbeda latar belakang coba dibungkam hanya untuk posisi aman.

Isotopi kerusakan lingkungan yang paling jelas terlihat terdapat dalam dua bait terakhir. Di bait ke empat, Made Adnyana Ole menggambarkan bagaimana Bali Utara dulu lewat kenangan-kenangan indahnya, kebun anggur, rambatan hati petani, telaga yang bening, air terjun yang bisu dalam artian tenang tergambar jelas dalam bait puisinya.

Leksim “bidadari” dan juga “pelangi” seakan menjadi unsur menambah kesan keindahan yang ingin disampaikan Made Adnyana Ole dalam puisinya. Sampai akhirnya puisi ditutup dengan bait ke lima yang menjelaskan tentang akhir kerusakan lingkungan dan bagaimana Utara kini. Hal ini bisa dilihat dari kalimat “laut kini menganga” dan tempat yang dulunya indah untuk ikan-ikan, hanya menjadi tempat bunuh diri. [T]

Tags: Bukubulelengkumpulan puisilingkunganPuisiresensi buku
Juli Sastrawan

Juli Sastrawan

Pengajar, penggiat literasi, sastrawan kw 5, pustakawan di komunitas Literasi Anak Bangsa

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Puisi

Ida Ayu Putri Adityarini# Cerita Tentang Kelahiran Matahari dan Bulan

CERITA TENTANG KELAHIRAN MATAHARI DAN BULAN /I/ Kelahiran Matahari aku adalah anak mula lahir riang gembira dengan doa menyala dari ...

February 2, 2018
Youtube
Esai

Jokowi Presiden, Ahok Masuk Tahanan – Kisah (Seakan) Drama Sepasang Tokoh

JOKOWI (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) adalah sepasang tokoh yang (tiba-tiba) memenuhi ruang pembicaraan di seantero negeri. Mereka ...

February 2, 2018
Energi solar panel dalam acara Pra Bali Yang Binal di TBK. (Foto by @hadhi kusuma)
Khas

Energi Esok Hari di Acara Pra Bali Yang Binal: Romantisme dan Masa Depan

Taman Baca Kesiman (TBK), Kamis 16 Mei 2019,  sudah tampak ramai. Hari itu adalah hari digelarnya acara Pra Bali Yang ...

May 17, 2019
Opini

Melulu Diskusi Soal Fashion, Pacar dan Uang – Mahasiswa Jangan Melacurkan Idealisme

MAHASISWA kaum intelektual dari akademisi yang unggul terdidik kristis yang mempunyai segudang ilmu pengetahuan untuk selalu menjadi garda terdepan dalam ...

February 2, 2018
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A bersiap pentas monolog
Persona

Menu Hidup Ikhlas Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A – Catatan 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah

Jika anda mendengar nama Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A apa yang terlintas di benak anda? Seorang profesor yang tegas, ...

December 21, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co | Vincent Chandra
Esai

Di Nusa Penida, Ada Gadis Menikah dengan Halilintar

by I Ketut Serawan
March 1, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1418) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In