1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pukul 5.15 Pagi

Komang AstiaribyKomang Astiari
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: Komang Astiari

19
SHARES

Cerpen Komang Astiari

PARA ibu berseliweran di pasar pagi ini. Cuaca tidak begitu cerah. Seperti biasa aku menggelar barang daganganku di emperan dekat tangga pasar. Dengan rapi dan penuh suka cita. Diam- diam ada seorang gadis, aku tidak tahu pasti apakah dia masih gadis atau sudah bersuami, tapi parasnya ayu, rambutnya sering digelung, meskipun demikian itu tidak membuatnya terlihat lebih tua. Senyumnya meneduhkan. Ingin rasanya mendekatinya namun tangan ini seperti terpenjara rasa minder, siapakah aku yang pantas mendekati seorang cantik jelita seperti dia. Aku menamainya Ayu.

Aku hanyalah seorang penjual pisau. Daganganku ini cukup penting buat ibu ibu, karena pisau-pisauku ini kelak akan membantu mereka menyelesaikan pekerjaan memasaknya di pagi hari. Aku bekerja semata untuk mencukupi kebutuhanku dan keluarga kecilku; satu anak dan tentu saja satu istri.

Seandainya aku punya cukup uang, ingin rasanya aku mempersunting satu orang istri lagi, yakni gadis cantik yang selalu datang setiap pukul 5.15 pagi di pasar ini. Namun sayang, itu hanya khayalan mas-mas goblok yang bau badan dan bau napas seperti aku ini. Kehidupan rumahtanggaku mulai hambar, meskipun aku cukup setia, karena tidak ada celah bagiku untuk selingkuh. Aku pecundang abadi yang minta ditendang orang-orang kaya.

Bekerja tidak membuatku kaya, hutangku terlalu banyak. Istriku yang bekerja sebagai tukang cuci pun tak kian mampu membuat kami hidup berkecukupan. Sakitku ini menguras uang , menguras tenaga, menguras pikiran. Kami harus membeli obat setiap bulan kalau mau aku tetap sehat. Terlambat sekali saja, sakitku kambuh dan tidak bisa bekerja. Tentu saja itu menjadi ketakutan tersendiri bagi istriku. Kalau aku mati, aku hanya menambah beban hidupnya yang sudah berat, aku tidak punya warisan apapun selain kenangan buruk. Hutang-hutang itu sudah berteriak tepat di sebelah telingaku, minta segera dibayar,

Di kala daganganku sepi pengunjung, aku akan memperhatikan gerak gerik ayu yang telah membiarkan hatiku menari-nari. Jatuh cinta. Seperti biasa dia membawa tentengan tas belanja. Sampai-sampai aku hapal langganannya. Aku tahu di mana Ayu akan berhenti untuk belanja. Mulai dari dagang sayur, buah, kue hingga daging. Sudah dua bulan ini Ayu berhasil menarik perhatianku dan membuatku semangat bekerja.

Aku bak pungguk merindukan bulan, malang nian nasibku. Selama dua bulan ini tak satu kalipun Ayu mampir di daganganku. Apakah daganganku tidak cukup menarik baginya? Ataukah pemandangan dari si penjual pisau yang membuatnya enggan mampir? Yang jelas aku ingin sekali Ayu menghampiri aku, walau cuma sekali saja. Ingin rasanya mendengar suaranya apakah merdu semerdu yang aku bayangkan.

Esok paginya seperti biasa aku menggelar daganganku lagi. Seperti biasa Ayu akan datang, membeli semua kebutuhannya. Ayu memiliki ciri khas, berkaus t-shirt dengan celana pendek yang membuatnya nampak benar benar seksi. Aku hanya bisa berkhayal mampu membelai rambutnya, menciumnya, memeluknya dan ah, aku tidak perlu melanjutkan khayalanku. Aku semakin penasaran dan penasaran pada Ayu. Hari berlalu waktu berganti, Ayu tak kunjung mampir di daganganku, dia sibuk dengan daftar belanjaannya, sibuk memilih-milih sayur daging tapi bukan pisau.

Anehnya tak satu kalipun dia melirikku atau aku memang tak pantas dilirik? Sampah akan selalu diabaikan , tentu saja. Aku merasa kembali jatuh cinta. Pada Ayu. Dia ibarat angin segar yang memaksa masuk ke dalam ruang sumpek pikiranku. Ayu, kenapa tidak satu kalipun kau menghampiri aku. Agar aku bisa mendengar sekadar suaramu.

Jauh di sana, di tempat yang tak terjangkau pikiran si penjual pisau…

Seorang wanita yang diidamkan si penjual pisau tengah larut dalam derita yang berkepanjangan. Bergejolak dalam masalahnya sendiri. Apakah hidup tidak pernah memberi ampun pada rasa cinta? Cinta hanya memunculkan derita.

Kau dan aku adalah sebuah cerita yang mengiba-iba ingin dilanjutkan si empunya. Kau dan aku adalah nyanyian kodok dan hujan yang berharap tiada pernah berakhir. Kau dan aku adalah sebuah dosa yang indah. Hidup membawa kau senantiasa bertemu denganku, lagi. Setelah waktu seolah tak memberikan ijin untuk kisah ini dimulai kembali.

Waktu terkadang amat kejam, dia berlalu terlalu cepat, tergesa gesa. Di sisi lain dia berjalan sangat lambat. Aku merasakan kecepatan waktu dan sering kali ingin kuteriakkan saja: “Hei bisakah kau berhenti satu jam saja atau satu hari saja?” Namun dia tak kian menjawab. Waktu melangkah derapnya begitu cepat dan pasti, berlalu dan berlalu.

Dia pun seenaknya melambatkan geraknya ketika hati ini terlalu lelah menunggu. Bahkan waktu terasa enggan melaju. Bahkan tanpa ragu-ragu dia menghiburku dengan rasa cemas, was was, rasa rindu yang amat dalam. Usia ini sudah bersiap menuju 50 tahun, garis garis di wajah terlihat semakin jelas. Kecantikan yang mulai memudar. Wajah yang menampakkan tanda-tanda mulai lelah, enggan menampakkan kilaunya. Enggan tersenyum. Di usia ini aku masih harus bekerja, sebuah hal yang membosankan bukan? Bagaimana setiap pagi pada pk 5.00, ketika pertama kali aku membuka mata lalu membayangkan kau akan dikejar-kejar oleh waktu, ah, lagi-lagi waktu.

Aku ingin menamparnya, menampar dia yang telah mempermainkan hidupku. Mempersiapkan segala hal, makanan, sarapan, memastikan kebersihan rumah, memastikan kebutuhan suami selama seharian, sebelum akhirnya mempersiapkan diri sendiri yang alakadarnya. Tiba di kantor dengan wajah kusut dan tegang karena takut terlambat dan dipotong gaji. Bagaimana mata-mata jtu memandang aneh pada penampilanku yang tidak pernah rapi.

Dan sakitnya ketika mulut-mulut itu membicarakan kehidupanku yang kacau. Seorang suami yang cacat. Pelengkap penderitaanku. Aku dulu memilihnya bukan karena dia cacat tapi kecakapannya bekerja membuat hatiku kagum. Dia lelaki bertanggungjawab setidaknya itu kesan pertama yang aku dapat, bertubuh tegap dan atletis. Seorang atlit yang sehat. Namun kejadian yang sekejap itu mengubahnya sangat cepat. Menjadi lelaki tak berdaya yang menunggu dilayani menunggu seseorang datang menuntunnya.

Sementara waktu terus berjalan, aku bahkan terlalu lelah untuk meminta lagi dan lagi, hingga pria lain hadir dalam kehidupanku dan suami. Dia adalah seorang pengusaha, kaya raya dan memenuhi kebutuhanku akan materi yang sudah lama tak kunikmati. Dia lembut.

Setidaknya itu yang terlihat. Saat mata-mata memandangku aneh, lelaki ini memiliki sihir yang seolah mengatakan padaku bahwa aku tetap cantik , aku menawan meskipun hatiku tiada berkata demikian. Lelaki ini adalah langitku, yang memberi rasa damai tiap kali mata ini menyelidik ke dalam dalam hatinya yang baik. Aku terpesona, hatiku larut dalam bingkai kisah kami berdua. Bingkai indah yang penuh kesalahan.

Pagi ini, kembali pukul 5.15 pagi.

Pasar tempat di mana si penjual pisau dan Ayu bertemu dalam bisu, akan digusur. Apakah kisah mereka akan usai? Oh, betapa memilukan . Tentu bagi si penjual pisau, tidak akan ada lagi paras ayu yang selalu datang pada pagi hari. Ayu, mungkin Ayu tidak merasakan penderitaan yang dirasakan si penjual pisau. Tapi Ayu juga manusia biasa yang hanya dapat menikmati penderitaannya sendiri. Masing-masing dari mereka memeluk derita itu tiap detik tiap menit dan tiap jam yang berlalu perlahan dihembus-hembuskan sepoi angin.

TIdak ada satu pun yang pernah menjadi kekal, pun pada kisah cinta si penjual pisau pada pukul 5.15 pagi. (T)

Tags: Cerpen
Previous Post

Rai Sri Artini# Cara Mengenangmu, Pohon Puisi, Sungai di Belakang Rumah

Next Post

Jayaprana Layonsari Rasa Rujak Campur – Sebuah Catatan Kecil

Komang Astiari

Komang Astiari

Lahir 28-02-1984. Lulusan Sastra Inggris Universitas Warmadewa Denpasar. Ibu dua anak ini punya ketertarikan besar pada bidang seni, terutama melukis dan menulis. Beberapa lukisannya menjadi ilustrasi di tatkala.co

Next Post

Jayaprana Layonsari Rasa Rujak Campur - Sebuah Catatan Kecil

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co