22 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Foto-foto: Kardian Narayana

Foto-foto: Kardian Narayana

Selalu Suka ke Pegayaman: Rancak Budrah, Nyanyian Muslim dengan Nada Kidung Bali

Kardian Narayana by Kardian Narayana
February 2, 2018
in Khas
567
SHARES

SUDAH sering kali saya ke Desa Pegayaman di Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, baik untuk urusan jalan-jalan maupun mengemban tugas jurnalistik. Dan, entah kenapa, saya selalu senang memasuki desa di kaki perbukitan hijau itu.

Masuk ke desa dengan jalan-jalan kecil yang dijepit persawahan dan kebun cengkeh itu, perasaan seperti dibawa ke negeri entah yang unik, tidak biasa, terkesan asing tapi sekaligus akrab. Warga desa itu penganut Muslim yang taat, tapi di sisi lain ditemukan sisi-sisi penting dari kebudayaan Bali. Kita tahu, Bali sebagian besar penganut Hindu, termasuk warga desa di sekeliling Pegayaman.

Desa Pegayaman adalah desa muslim tua yang ada di Buleleng. Desa Pegayaman dipercaya ada sejak tahun 1639. Leluhur mereka diajak ke Bali dari Blambangan oleh Raja Panji Sakti. Di Bali, mereka ditempatkan di sebuah desa di kaki bukit di sebelah selatan kerajaan Buleleng.

Yang membuat perasaan jadi nyaman, kerukunan antara umat Muslim dan Hindu, di desa itu dan di desa sekitarnya terjalin dengan baik. Orang Bali menyebut warga Muslim itu dengan sebutan Nyama Slam (Saudara Islam), begitu sebaliknya orang Bali disebut Nyama Bali.

Empat abad sudah keberadaan Desa Pegayaman di Buleleng. Namun kerukunan itu tetap terjalin. Dalam pergaulan sehari-hari, warga Pegayaman masih tetap menggunakan bahasa Bali alus. Jangan heran jika berkunjung ke Pegayaman, kita mendengar kata-kata tiang (saya), nike (itu) meriki (ke sini), ragane (Anda), ring dije (di mana) dan sebagainya. Nama-nama warga Pegayaman juga menggunakan nama Bali di depan nama Jawa atau Arab, seperti Wayan, Made, Nyoman dan Ketut.

Tentang hal itu, sepertinya sudah banyak diteliti dan ditulis orang di media umum. Namun saya selalu seperti menemukan hal baru di Pegayaman. Apalagi, pemuka-pemuka desa amat ramah dan bersedia diajak ngobrol panjang lebar tentang apa saja yang berkaitan dengan kondisi desa.

Terus terang, hal yang membuat saya paling betah berlama-lama di Pegayaman, terutama pada saat ada perayaan agama atau hajatan desa, adalah suara rancak-merdu dari kesenian budrah, atau biasa juga disebut burdah.

Perangkat musiknya memang tak jauh beda dengan alat musik dari komunitas Muslim lain. Namun warga Pegayaman meramu seni budrah dengan bumbu-bumbu akulturasi yang sedap, sehingga adonan kesenian itu begitu enak didengar, baik oleh Nyama Slam maupun Nyama Bali.

Kesenian Budrah di Pegayaman adalah satu bentuk kesenian yang menggabungkan suara pukulan rebana yang rancak dengan suara nyayian ayat suci Kitab Albarzanji yang dilantunkan seperti lantunan cengkok tembang kidung di Bali. Jika kita membayangkan mungkin akan terasa agak aneh, setelah kita mendengarkan semua rasa aneh yang kita bayangkan akan sirna. Alunan ayat-ayat suci yang ditembangkan dengan nada kidung terasa sangat menakjubkan. Reng (resonansi) kidung Bali sangat terasa di setiap alunan ayat suci yang berbahasa Arab.

Budrah dipadu seni pencak silat

Kesenian Budrah mengunakan rebana khusus budrah. Bentuknya bulat-bulan terbuat dari batang pohon kelapa dan kulit binatang seperti sapi atau kambing. Ukuran rebananya pun bervariasi dari berdiameter tiga puluh centimeter hingga lima puluh sentimeter. Rebana Budrah dibuat dengan cara manual.

Yang menarik, selain mampu memainkan rebana budrah, warga yang masuk dalam sekaa (kelompok) budrah juga mampu membuat rebana budrah. Dan hampir semua anggota sekaa mampu membuat rebana budrah.

Ketut Mohamad Suharto, Ketua Sekaa Budrah Pengayaman, menyatakan kata budrah berasal dari kata Arab yang berarti salju atau angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Kesenian ini telah diterima dan diwariskan secara turun-temurun, dan akan tetap dipertahankan. Budrah ini merupakan bukti alkuturasi dan toleransi yang diajarkan oleh para leluhur Desa Pegayaman.

Keunikan lain yang ada pada kesenian Budrah Pegayaman terdapat pada kostum saat tampil. Anggota sekaa budrah saat tampil mengunakan pakaian adat Bali. Bagaian kepala menggunakan udeng batik, baju kemeja yang utama putih, dan menggunakan kamen lelancingan. Kekhasan kostum ini pun merupakan warisan yang diteruskan dan tidak akan penah diganti. “Amen sube budrah, pasti pun care niki, meudeng, baju kemeja putih, kamen lenjingan, ten pun meubah-ubah,” kata Mohamad Suharto.

Terkait dengan kaderisasi, Sekaa Budrah tidak sulit lagi untuk mencari anggota. Anggota sekaa budrah Pegayaman silih berganti dari muda hingga tua. Kesenian budrah telah menjadi kesenian yang mengakar bagi Nyame Selam di Pegayaman. Saat latihan, anak-anak kecil Desa Pegayaman, selalu datang untuk sekedar melihat orang latihan, tak jarang mereka mencuri-curi kesempatan untuk ikut memainkan rebana budrah, para tetua pun membiarkan anak-anak mereka belajar.

Anak-anak Pegayaman penerus seni budrah

Mohamad Masidi adalah anggota termuda yang bergabung di Sekaan Budrah Pegayaman. Masidi telah bergabung Sekaa Budrah Pegayaman dari satu tahun lalu. Alasannya bergabung di sekaa budrah karena suka budra sejak kecil. Terkait dengan kostum Masidi mengatakan, “Sudah dari leluhur seperti ini ya saya terima saja dan enak menggunakannya.”

Kesenian Budrah sering tampil di acara yang dilaksanakan di Desa Pegayaman maupun di luar Desa Pegayaman. Dalam penampilan kesenian budrah sering dipadukan dengan menampilkan Pencak Silat Blebet dari Desa Pegayaman. Blebet merupakan kata lain dari rotan. Blebet dalam pencak silat Pegayaman menjadi senjata utama dalam penampilan pencak silat. Jika mahir memainkan, blelet mampu digunakan untuk mematikan lawan.

Saya selalu suka menyaksikan pencak silat Blebet itu. Meski terkesan sebagai permainan fisik yang keras, namun warga Pegayaman sesekali memainkannya dengan atraksi lucu yang bisa mengundang tawa. Tak percaya? Mainlah ke Pegayaman. (T)

Tags: balibulelenghinduMuslimSenitoleransi
Kardian Narayana

Kardian Narayana

Hobinya serabutan, dari teater, menari, musik, pramuka, fotografi, film, hingga dunia tulis-menulis. Kini bekerja agak tetap menjadi video jurnalis di sebuah TV nasional

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Khas

“Ngerebeg”, Tradisi Desa Adat Tegal, Abiansemal : Berkah dan Meriah

Barong dan Rangda Sasuhunan masyarakat Desa Adat Tegal melinggih di Bale Agung pada saat ritual Ngerebeg {foti Adi Gunarta] Wraspati ...

March 9, 2020
Make Plastic A History Bulan Januari 2020
Khas

Lima Pameran Seni yang Paling Berkesan di Bali

Sejak pertama kali berkunjung ke Taman Baca Kesiman di pertengahan bulan Oktober tahun 2018, saya mendapat informasi mengenai tempat tempat ...

July 9, 2020
MONOCHROME - KARYA WAHYU AMALIA PUTRI dalam Pameran Seni Rupa mahasiswa Undiksha Singaraja, Desember 2019. [Foto-foto Eka Prasetya]
Ulasan

Menanti Kritik yang Lebih Tajam – Catatan Pameran Seni Rupa Mahasiswa Undiksha

SEEKOR paus terlihat mencolok. Tubuhnya dipenuhi tombak. Paus itu meregang nyawa. Menunggu waktu sebelum akhirnya takluk di tangan para nelayan. ...

January 2, 2020
Lima Menit Dalam Perburuan Magis/ Oleh: Nyoman Sukaya Sukawati -- Denpasar
Esai

Di Rumah Saja, Lima Menit Dalam Perburuan Magis

Oleh: Nyoman Sukaya Sukawati -- Denpasar Saya melihat jam di tembok. Malam menunjuk pukul dua dini hari.  Saya sedang menyendiri ...

March 28, 2020
Kain Tenun Loloan, Jembara, Bali (Foto-foto Eka Sabara)
Khas

Tradisi Kain Tenun Khas Loloan yang Tetap Bertahan dari Zaman ke Zaman

Kain tenun saat ini sangat diminati oleh masyarakat, walau dari segi harga cukup lumayan mahal. Di tengah semaraknya berbagai macam ...

October 14, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Bulelang Barat

by Sugi Lanus
January 21, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In