3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gie dan Dinamisnya Gerakan Mahasiswa Angkatan ‘66

JaswantobyJaswanto
December 22, 2018
inEsai
Gie dan Dinamisnya Gerakan Mahasiswa Angkatan ‘66

Foto: Putik

39
SHARES

Lagi-lagi Soe Hok Gie. Ya, saya tidak akan pernah merasa bosan untuk terus menuliskan tentang Gie. Sebab, bagi saya, riwayat hidup Soe Hok Gie adalah oase di tengah-tengah gerakan mahasiswa yang tidak jelas arahnya ini.

Selama saya menjadi mahasiswa, khususnya di kampus saya, gerakan mahasiswa sangat statis. Serba formal. Tidak dinamis sama sekali. Mungkin ada beberapa yang mencoba bergerak secara dinamis, tapi karena saking sedikitnya, dan tidak kuat dibilang lain dari yang lain (aneh, nyeleneh, dll), sedikit demi sedikit gerakan itu mulai memudar. Hilang. Kemudian muncul kembali dengan gaya yang sama. Angin-anginan pokoknya.

Keadaan ini membuat saya teringat sosok Soe Hok Gie ketika ia masih menjadi mahasiswa. Gerakan Gie dan mahasiswa angkatan ’66, bagi saya sangat dinamis. Sangat bisa dijadikan panutan. Visioner, tujuannya jelas, dan tidak melulu tentang formalitas. Khususnya sosok Soe Hok Gie. Gie sebagai salah seorang mahasiswa yang sangat disegani di UI, perannya sebagai pelopor tidak bisa diremehkan lagi. Seorang mahasiswa yang tidak hanya idealis, tapi juga berpengetahuan luas. Semua ia pelajari. Filsafat, sastra, politik nasional maupun internasional. Kalau sekarang, mungkin ia akan dijuluki sebagai Wikipediaberjalan.

Selain aktif berkegiatan dan mendorong hal-hal yang berkaitan dengan ranah kognitif; meningkatkan kompetensi melalui forum-forum diskusi—Gie bersama dengan Ciil (panggilan Dr. Sjahrir) adalah pendiri GDUI (Grup Diskusi UI)—ia juga sangat aktif di dunia gerakan—aksi demonstrasi menuntut turunnya Soekarno (rezim Orde Lama), pembubaran PKI, dan turunnya harga BBM. Dan jangan lupakan tentang keaktifannya di dunia pecinta alam, di Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) Pradjna Paramita.

Hok Gie-lah yang menghidupkan kegiatan kampus. Ia mendorong mahasiswa bergairah mengikuti berbagai aktivitas kampus. Ia mengajak kawan-kawannya untuk menikmati pembacaan puisi, panggung teater, musik, dan diskusi film juga buku. Bahkan, ia pernah mendatangkan W.S. Rendra ke kampus di Rawamangun untuk berdiskusi.

Gie bagi saya adalah sosok yang ambisius tapi sangat dinamis. Jauh dari fundamentalis. Gerakan-gerakannya sangat tidak membosankan. Ia bisa melakukan apa saja. Hobinya menonton film pun ditularkannya pula kepada kawan mahasiswa. Baik menonton di gedung bioskop umum, atau hanya sekadar menonton di sebuah ruangan, yang penting melakukannya beramai-ramai. Dan Gie juga sering mengajak kawan-kawannya untuk menjelajahi kedutaan-kedutaan asing untuk menonton film, seperti Kedutaan Ceko, Kedutaan Rumania, Kedutaan Perancis, dll. Biasanya Gie akan mengajak mereka untuk menonton The Secret of Life, yang bercerita tentang proses bayi, atau The Graduate-nya Dustin Hoffman dan film-film yang lain.

Selain menonton film, kadang Gie hanya berkumpul di rumah seorang kawan hanya untuk mendengarkan lagu-lagu The Beatles, misalnya, dan kemudian membahasnya bersama. Gie sangat suka mendengarkan lagu-lagu protes, seperti lagu Dona Dona yang dinyanyikan Joan Baez, lagu-lagu Bob Dylan, dan juga lagu-lagu perjuangan antridiskriminasi kaum kulit hitam di Amerika Serikat.

Pergerakan mahasiswa angkatan ’66 yang dimotori oleh Soe Hok Gie saya pikir sangat dinamis. Artinya tidak hanya bergelut di bidang akademis, tapi juga bergerak di ranah non-akademis. Tidak hanya formalitas saja. Selogan “buku, pesta, dan cinta” sangat populer waktu itu. Selain aktif di internal kampus, Soe Hok Gie juga sangat aktif di eksternal kampus. Bahkan, ia adalah salah satu otak terpilihnya Herman Lantang sebagai Ketua SM-FSUI yang mengalahkan calon-calon dari organisasi mahasiswa besar kala itu—HMI dan GMNI.

Pada masa Herman menjadi ketua Senat, Soe Hok Gie menduduki posisi pembantu staf SM-FSUI.

“Pokoknya waktu gua ketua Senat itu, Hok-gie otaknya. Pidato gua waktu jadi ketua Senat aja Hok-gie yang bikin. Juga waktu nyusun organisasi SM-FSUI, Hok-gie yang ngatur semua,” ucap Herman Lantang.

Hampir semua kawan yang pernah dekat dengan Gie, atau beberapa orang yang kemudian ikut serta berkomentar dalam buku Soe Hok-gie Sekali Lagi, misalnya, mengatakan bahwa sosok Gie mampu mewakili pemuda pada zamannya. Ia begitu sangat istimewa. Berani, jujur, dan sangat idealis.

Pada tahun 1967, ketika mendapat dukungan dari kelompok independen—mereka yang tidak tergabung di HMI, PMII, PMKRI, dan GMKI—Soe Hok Gie kembali memenangkan pemilihan ketua SM-FSUI. Sejak itu, suasana fakultas kembali meriah. Berbagai kegiatan berjalan dengan baik. Ada olah raga, penanaman pohon, pendkian gunung, ada klub buku, film, musik, dan tentu saja demonstrasi. Bahkan, teater Populer pimpinan Teguh Karya dan Teater Kecil Arifin C. Noor pernah didatangkan Gie untuk pentas di FS-UI. Tidak ketinggalan W.S. Rendra juga pernah ia datangkan sebagai pembicara.

Pada masa Gie menjabat sebagai ketua Senat, terbentuk Ikmasi (Ikatan Mahasiswa Sastra se-Indonesia) yang beranggotakan fakultas-fakultas sastra budaya dari berbagai universitas negeri se-Indonesia.

***

Saya mencoba belajar dari Gie dalam pergerakan mahasiswa. Dengan semboyan “Buku, Pesta, dan Cinta” seperti mahasiswa FS-UI yang diharapkan tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Hok-gie dengan penuh kesadaran mencoba membangun watak para mahasiswa bukan dengan cara memprovokasi atau mengkader secara kasat mata, tetapi lebih mengajak secara halus untuk berpartisipasi membesarkan bangsa lewat pengalaman kehidupan mahasiswa di fakultas.

Mahasiswa FS-UI juga diajak untuk bersikap kritis terhadap pengelolaan pendidikan di fakultas, termasuk kritis terhadap dosen yang tidak cakap, yang tidak disiplin karena sering terlambat mengajar atau bahkan sering bolos. Menciptakan gerakan mahasiswa yang tidak kaku. Sof- fun. Elegan. Tidak perlu kerusuhan, frontal, atau membabi buta.

Saya membayangkan gerakan mahasiswa sekarang ini sedinamis angkatan ’66 itu. Di samping meningkatkan kognitif, juga sangat aktif meningkatkan afektif dan psikomotorik. Selain belajar di dalam kelas, juga mencoba aktif belajar di luar kelas; berorganisasi, bersosialisasi, dll. Di samping banyak membaca buku, sesekali juga mendengarkan puisi, diskusi film, menonton panggung-panggung teater, menulis, dan demontrasi tentu saja.

Namun saya melihat mahasiswa sekarang tidak sedinamis itu. Banyak mahasiswa yang sudah disibukkan dengan tugas-tugas dosen, rapat-rapat yang tak kunjung menemukan solusi untuk segera bergerak, atau urusan yang berkaitan dengan kemalasan. Hingga sepertinya mereka tidak punya waktu untuk sekadar gelisah terhadap permasalahan di sekitarnya. Jangankan gelisah terhadap permasalahan sekitar, hanya sekadar nonton film bareng saja mereka tak punya waktu.

Tidak hanya itu. Mahasiswa sekarang sudah banyak sekali yang berpikiran untung-rugi. Ya nggak salah. Cuma dari sanalah saya melihat, bibit-bibit kapitalisme itu muncul. Kemudian, mereka akan bersifat individu, apatis, yang penting mereka dapat untung, kehidupan selesai. Tak perlu memikirkan bagaimana si miskin, atau bagaimana kebijakan pemerintah yang tak pro rakyat, atau dosen yang semena-mena terhadap mahasiswa, dan kebijakan rektorat yang nyeleneh yang merugikan mahasiswa. Yang penting tugas kuliah mereka beres, sok manis di depan dosen, nurut, manut. Itu bukan urusan saya, kata mereka.

Nah, melalui gerakan-gerakan seperti yang dilakukan Soe Hok Gie itulah, saya berharap gerakan mahasiswa saat ini bisa dinamis. Tidak membosankan, dan tentu saja bisa bermanfaat bagi sesama.

Salam pergerakan! (T)

Tags: aktivismahasiswapergerakanSoe Hok Gie
Previous Post

Tidak Sulit Mencari Guru

Next Post

Waktu –Orasi Jun pada Peluncuran Buku Puisi “Saron” di Jatijagat Kampung Puisi

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Waktu –Orasi Jun pada Peluncuran Buku Puisi “Saron” di Jatijagat Kampung Puisi

Waktu --Orasi Jun pada Peluncuran Buku Puisi “Saron” di Jatijagat Kampung Puisi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co