NAMANYA Dodot Widiono. Dosen mata kuliah Komunikasi Tradisional yang sudah lebih dari 30 tahun mengabdi sebagai pengajar di perguruan tinggi. Mata kuliah itu sudah diampunya sejak lama, karena memang sulit mencari dosen yang berminat mengajar bidang kajian komunikasi tradisional.
Di banyak perguruan tinggi, mata kuliah ini sudah tidak diajarkan lagi. Atau bahkan banyak perguruan tinggi yang tidak mencantumkan mata kuliah ini dalam kurikulum mereka. Alasannya sangat sederhana. Mata kuliah Komunikasi Tradisional sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman.
Namun di tangan Dodot Widiono, mata kuliah Komunikasi Tradisional menjadi menarik bagi mahasiswa. Meski perkembangan media digital begitu pesat, antusias mahasiswa untuk mempelajari tradisi masih tinggi. Itu lantaran Dodot berhasil menjelaskan dan mengaplikasikan tradisi dalam konteks kekinian.
Sumber bacaan Dodot dalam menjelaskan komunikasi tradisional tidak terlalu muluk. Apalagi literatur tentang komunikasi dan tradisi masih sulit dicari. Oleh karenanya Dodot mengunakan Primbon Jawa sebagai sumber bacaan kuliah. Primbon Jawa sudah menjadi referensi nenek moyang sejak dulu. Segala macam urusan tradisi, baik yang berkaitan dengan kehidupan, kelahiran, pernikahan, dan kematian dapat disimak dalam Primbon Jawa.
Salah satu pokok bahasan yang menarik mahasiswa adalah ilmu katuranggan yang disampaikan Dodot. Katuranggan adalah ilmu dalam masyarakat Jawa yang mempelajari ekspresi nonverbal, gerak tubuh, dan bentuk tubuh seseorang dikaitkan dengan kecenderungan perilakunya. Misalnya saja, perempuan yang berjalan seperti blarak sempal (daun kelapa jatuh) memiliki pribadi yang sabar dan anggun.
Tak kalah menarik yang disampaikan Dodot di kelas adalah tentang khodam. Dalam pandangannya, khodam sesungguhnya adalah entitas selain tubuh manusia yang terhubung dengan seseorang. Khodam dalam perspektif Jawa hampir mirip dengan yang disebut sedulur papat lima pancer. Konsepsi Jawa tentang hal itu berkaitan dengan empat “saudara” yang mendiami tubuh seseorang.
Sedulur papat lima pancer terdiri dari adi ari-ari atau plasenta, puser atau tali plasenta, kakang kawah atau air ketuban, dan getih atau darah. Keempat “saudara” manusia itu menyatu dalam pancer atau diri sendiri. Semuanya itu dipercaya yang akan melindungi perjalanan hidup manusia.
Sementara itu, khodam adalah semacam makhluk gaib yang juga dipercaya melindungi seseorang. Ia berada di dalam maupun di sisi tubuh manusia. Khodam bisa berasal dari manifestasi empat “saudara”, leluhur, maupun trah seseorang di masa lalu. Untuk mengetahui siapa khodam seseorang dapat dilakukan penelusurannya melalui cek khodam. Inilah daya tarik mata kuliah Komunikasi Tradisional yang membuat mahasiswa penasaran dan ingin dicek khodamnya.
***
Dodot Widiono menjelaskan kepada mahasiswa, bahwa sesungguhnya setiap orang memiliki khodam. Banyak orang yang tidak mengetahui khodamnya. Namun dengan ritual tertentu, orang dapat mengenali khodamnya. Dodot pun menawarkan kepada mahasiswa, apakah ada yang berniat untuk dicek khodamnya.
Tentu saja tawaran Dodot disambut antusias mahasiswa. Apalagi belakangan ini viral di media sosial tentang cek khodam secara online. Bahkan ada lagu berjudul Cek Khodam yang dinyanyikan oleh artis Anwar BAB. Kebanyakan mahasiswa penasaran ingin mengetahui apa dan siapa khodam mereka.
Ada empat syarat yang disampaikan Dodot agar mahasiswa dapat terbaca khodamnya. Pertama ia harus menuliskan tanggal, hari, dan weton kelahirannya. Kedua, nama kedua orang tuanya; untuk melacak leluhur seseorang. Ketiga, sebelum cek khodam mahasiswa harus mandi keramas. Keempat, tidak boleh makan unsur daging dan telor menjelang cek khodam.
Dodot menjelaskan alasan syarat-syarat tersebut. Cek khodam itu ibarat orang akan masuk laboratorium untuk rontgen. Kondisi tubuh harus bersih agar tampak jelas khodamnya. Unsur telor dan daging yang dimakan akan membuat khodam tidak tampak, ibarat foto rontgen menjadi kabur.
Sebagai media untuk memanggil dan berkomunikasi dengan khodam seseorang, Dodot akan membakar dupa merah lima buah. Asap dupa yang mengepul akan menjadi media dan mengirimkan sinyal kepada khodam yang hidup di alam lain.
Beberapa mahasiswa sudah mendaftar untuk cek khodam, baik yang laki-laki maupun perempuan. Suasana mulai agak menegangkan ketika Dodot membakar dupa merah di dalam kelas. Aroma cendana yang keluar dari asap dupa menimbulkan kesan magis. Mulut Dodot komat-kamit membaca mantra yang berisi pesan untuk memanggil roh leluhur para mahasiswa.
Urutan pertama mahasiswa yang akan dicek khodam adalah Septio Permana. Ia duduk di depan kelas menghadap ke arah Dodot yang hari itu menggunakan ikat kepala hitam khas daerah Banyumas, Jawa Tengah. Dodot bertanya apakah Septio sudah melakukan syarat-syarat cek khodam yang diberikan. Setelah Septio mengiyakan, ritual pemanggilan khodam pun dilaksanakan. Dodot memejamkan mata agak lama.
“Khodam kamu laki-laki, masih ada trah Ki Ageng Giring dari Mataram,” kata Dodot menjelaskan khodam Septio.
Disebut memiliki khodam dari zaman Kerajaan Mataram tentu saja membuat Septio senang.
Giliran berikutnya, Puspita Anggraini. Ia juga ditanyakan tentang syarat-syarat cek khodam. Semua yang disyaratkan Dodot sudah diturutinya. Ia tidak makan daging dan telor sejak malam. Sebelum kuliah ia juga mandi keramas.
Dodot kembali membakar lima dupa merah. Puspita Anggraini menunggu berdebar-debar untuk tahu siapa khodamnya. Awalnya ia hanya iseng. Namun ketika diberitahu Dodot bahwa khodam juga dapat menjadi penjaga diri, maka Puspita memberanikan diri cek khodam.
Dodot memejamkan mata agak lama, seolah ia sedang berkomunikasi dengan leluhur Puspita. Sesekali Dodot memandang wajah Puspita sambil mengibaskan asap dupa dengan tangannya agar dapat menerpa wajahnya.
“Hmmm… bagus… khodam Puspita bernama Hyang Janawati dari Kerajaan Galuh,” kata Dodot.
“Kerajaan Galuh di mana itu, Pak?” tanya Puspita penasaran.
“Di daerah Jawa Barat. Apa orang tuamu yang dari Jawa Barat?” kata Dodot sambil menanyakan leluhur Puspita.
Puspita mengangguk. Neneknya memang berasal dari Ciamis, Jawa Barat. Ia memiliki darah Sunda dari garis ibunya. Puspita tidak menanyakan lebih jauh khodamnya. Baginya mengetahui khodamnya berhubungan dengan leluhurnya sudah cukup.
Dodot istirahat sejenak. Ia menegak air putih yang dibawa dari rumah. Tenaganya terkuras untuk berkomunikasi dengan khodam mahasiswanya. Kemudian ia memanggil mahasiswa urutan berikutnya untuk dicek khodamnya. Kali ini giliran Aji Sukmono. Seperti yang lain, Dodot menanyakan syarat cek khodam. Aji mengatakan sudah melakukan syarat itu.
Dupa merah kembali dibakar Dodot. Ia konsentrasi untuk memanggil khodam Aji Sukmono. Berkali-kali Dodot memejamkan mata, menahan napas, dan konsentrasi. Namun khodam Aji belum juga muncul dalam pandangan mata batin Dodot. Cukup lama Dodot berkomunikasi di alam gaib, khodam itu tak kunjung datang. Ia mulai curiga. Jangan-jangan ada syarat yang tidak dipenuhi Aji.
Saat Dodot merasa curiga, mendadak terjadi kehebohan di kelas. Muncul sosok pocong laki-laki berbalut kain kafan putih di samping Aji. Wajah pocong itu sangat menyeramkan. Matanya hanya terlihat satu. Mukanya berlumuran darah. Semua mahasiswa menjerit histeris. Dodot buru-buru mematikan dupa. Berbarengan dengan itu, pocong laki-laki seram itu pun lenyap.
“Kamu pasti bohong. Tidak melakukan syarat-syarat cek khodam..!” kata Dodot kesal.
Aji hanya tertunduk ketakutan. Ia memang melanggar syarat cek khodam. Sebelum kuliah ia sarapan nasi gudeg ayam. Padahal untuk cek khodam syaratnya tidak boleh makan unsur daging.
Selanjutnya Dodot memanggil Endah Cahyani untuk dicek khodam. Dodot tidak menanyakan apakah Endah sudah melakukan persyaratan cek khodam. Ia langsung membakar dupa merah untuk memanggil khodam Endah. Dodot juga menghabiskan waktu cukup lama untuk berkomunikasi dengan leluhur Endah.
Kehebohan kembali terjadi. Semua mahasiswa tercekam takut. Pocong perempuan muncul di samping Endah. Pocong itu melompat ke kanan dan ke kiri. Wajahnya lebih menyeramkan dari pocong lali-laki tadi. Hidungnya mengeluarkan darah. Mukanya penuh luka, seolah pocong perempuan itu korban pembunuhan. Bau anyir darah tercium ke penjuru kelas. Seluruh mahasiswa kembali menjerit histeris. Endah juga menjerit ketakutan. Suasana kelas menjadi kacau-balau. Ada mahasiswa yang sangat ketakutan sampai terjatuh dari tempat duduknya.
Dodot pun merasa kesal bercampur takut juga. Ia segera mematikan dupa agar pocong itu kembali ke alamnya. Setelah itu ia berkata kesal kepada Endah.
“Kamu juga bohong. Syarat apa yang kamu langgar?” tanya Dodot kepada Endah.
“Mohon maaf, Pak… tadi saya tidak mandi keramas,” jawab Endah sambil menunduk ketakutan.
Kuliah sudah tidak nyaman lagi. Mahasiswa yang sudah terdaftar juga mebatalkan untuk cek khodam. Mereka takut akan muncul pocong atau hantu lain di kelas. Dodot pun memutuskan untuk menghentikan perkuliahan.
***
Aji Sukmono dan Endah Cahyani sangat menyesal berbohong kepada Dodot Widiono saat cek khodam. Mereka sama sekali tidak menyangka jika yang muncul bukan khodamnya, tetapi pocong yang sangat menyeramkan. Hingga sampai di rumah rasa ketakutan itu masih terbawa.
Ketika Aji sedang mengerjakan tugas kuliah di kamarnya tiba-tiba tercium bau busuk yang sangat menusuk hidung. Ia mencoba mencari-cari sumber bau itu. Dia pikir ada tikus atau cicak yang mati di kolong ranjang tempat tidurnya. Namun betapa terkejut dia. Sosok pocong yang muncul di kelas kembali muncul di kamarnya. Pocong laki-laki berdiri di sudut kamar sambil menatapnya. Sungguh menyeramkan. Aji nyaris tak bisa berteriak. Ia segera berlari ke luar dari kamarnya.
Kejadian serupa dialami Endah Cahyani. Baru saja ia selesai mandi. Bukan harum sabun atau bedak yang tercium di kamarnya. Endah mencium bau anyir darah. Ia mencoba mengamati seisi kamar. Tidak ada tanda-tanda darah binatang di kamarnya. Saat ia menatap ke arah jendela, detak jantungnya nyaris terhenti. Pocong perempuan berdiri di depan jendela kamar. Sangat menyeramkan. Kain kafan putih yang membungkus pocong itu berlumuran darah.
Mulut Endah terasa terkunci. Ia mau berteriak minta tolong, namun kerongkongannya kering tak mampu bersuara. Endah mencoba berlari, namun kakinya seperti terikat tak bisa bergerak. Sementara pocong itu terus memandanginya. Ketika pocong perempuan itu mendekatinya, tubuh Endah terasa lunglai. Ia pingsan di sisi tempat tidurnya.
Saat perkuliahan Komunikasi Tradisional, Aji dan Endah menceritakan apa yang mereka alami kepada Dodot Widiono. Tentu saja Dodot kaget dan kasihan kepada mereka. Gara-gara cek khodam, mereka harus mengalami peristiwa yang menyeramkan.
Dodot menjelaskan bahwa pocong yang muncul saat cek khodam adalah hantu yang menghuni kampus. Bukan khodam Aji dan Endah. Pocong itu hadir karena aroma dupa yang dibakar Dodot saat memanggil khodam. Namun karena Aji dan Endah melanggar persyaratan, maka pocong itu memanfaatkan situasi untuk menampakkan diri.
Aji dan Endah disarankan untuk menjalani ritual agar tidak lagi didatangi pocong itu. Mereka harus puasa ngrowot dan mandi keramas selama tiga hari. Puasa ngrowot di Jawa adalah semacam tradisi untuk membersihkan jiwa dan raga dari hal-hal yang buruk. Puasa ini dilakukan dengan cara tidak memakan semua yang berasal dari unsur beras. Aji dan Endah harus makan umbi-umbian dan sayuran selama tiga hari.
Apa yang disarankan Dodot Widiono terbukti. Selama puasa ngrowot tiga hari dan mandi keramas, Aji dan Endah tidak lagi didatangi pocong menyeramkan. Mereka sangat menyesal telah berbohong kepada dosen. Ternyata untuk mengetahui khodamnya orang memang harus melakukan beberapa syarat.
Kejadian yang menimpa Aji dan Endah membuat Dodot memutuskan untuk menghentikan cek khodam dalam perkuliahan. Dodot tidak ingin mahasiswa menyepelekan tradisi dengan berbohong. Dodot juga tak ingin leluhur mahasiswa nantinya akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Padahal selama ini Dodot sangat menghormati tradisi dan leluhurnya. [T]
- Ini adalah cerita fiksi misteri bersambung. Jika terdapat kesamaan nama, tempat, dan peristiwa hanyalah kebetulan dan rekaan penulis semata
Penulis: Chusmeru
Editor: Adnyana Ole