BELAKANGAN ini, Denpasar setiap hari selalu diguyur hujan deras seharian penuh. Tetapi pada hari Jumat, 13 Desember 2024 berbeda dari biasanya, hari itu hanya ada awan mendung menyelimuti langit Denpasar. Sepertinya awan sedang bimbang, ingin menurunkan hujan atau tidak.
Saat itu, cuaca di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali) sedang sejuk-sejuknya. Dalam suasana kesejukan yang jarang terjadi di kota, UPMI Bali kala itu menggelar kuliah umum untuk kesekian kalinya. Kuliah umum kali ini merupakan program yang dikolaborasikan dengan program Penyerapan Aspirasi Masyarakat oleh MPR RI.
UPMI Bali sudah biasa menggelar kegiatan kuliah umum, khususnya yang bertemakan tentang pendidikan. Namun kali ini berbeda dari sebelum-sebelumnya, kuliah umum kali ini membahas tentang demokrasi dan politik.
Kuliah umum yang dilangsungkan pada pukul 10.00 Wita di Auditorium Redha Gunawan, UPMI Bali tersebut menghadirkan dua narasumber yang sudah malang melintang di dunia perpolitikan Indonesia, yaitu I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan S.T., M.Si. selaku anggota DPR RI yang juga menjadi anggota Badan Pengkajian MPR RI dan I Gusti Agung Dian Hendrawan, S.H., M.H. selaku anggota staf khusus bidang hukum Gubernur Bali. Selain itu, kuliah umum ini juga turut dipandu dengan hangat oleh I Made Adnyana, S.H., M.H. selaku dosen UPMI Bali, jurnalis, sekaligus podcaster ulung di kanal Youtube Oke Made.
I Made Adnyana, S.H., M.H. saat membuka Kuliah Umum | Foto: tatkala.co/Dede
Topik yang dibahas dan didiskusikan kali ini cukup berat dan serius, yaitu “Penguatan Sistem Demokrasi Indonesia”. Meskipun mengangkat topik yang cukup berat, diskusi yang berlangsung selama satu jam itu mengalir cair dan santai. Para dosen dan mahasiswa juga tampak menyimak pemaparan narasumber dengan saksama, beberapa mahasiswa juga aktif berpartisipasi dengan bertanya dalam sesi tanya jawab. Sayangnya, sesi tanya jawab hanya dibatasi tiga penanya oleh Made Adnyana, dikarenakan waktu yang terbatas.
Terlihat hanya beberapa mahasiswa yang berani mengacungkan tangan untuk bertanya. Sisanya terlihat hanya bengang-bengong, entah mereka mengerti atau tidak, yang jelas mereka amat memperhatikan apa yang disampaikan oleh kedua narasumber. Barangkali karena topik yang cukup berat, membuat otak mereka harus bekerja ekstra untuk bisa mencernanya.
Para mahasiswa saat menyimak Kuliah Umum | Foto: tatkala.co/Dede
Kegiatan kuliah umum pada hari itu dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor III UPMI Bali, Dr. I Wayan Sumandya, S.Pd., M.Pd. yang pada kesempatan ini mewakili Rektor UPMI Bali yang berhalangan hadir.
“Demokrasi bukan hanya sekadar pemilihan Presiden dan Kepala Daerah. Namun, demokrasi adalah suatu keharusan yang harus kita bangun bersama-sama. Tentunya, demokrasi yang baik tidak akan datang begitu saja, tetapi perlu kerja sama agar demokrasi bisa berjalan dengan baik,” ujar Sumandya dalam sambutannya.
I Wayan Sumandya juga turut berharap, melalui program kuliah umum ini, UPMI Bali akan semakin dikenal luas oleh masyarakat lewat para narasumber yang telah hadir di UPMI Bali. Ia juga berpesan agar senantiasa membawa nama UPMI Bali dan jangan sekali-kali kapok berkunjung ke UPMI Bali.
“UPMI Bali akan selalu menjadi ruang yang terbuka bagi masyarakat,” tegas Sumandya.
I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan S.T., M.Si. saat memaparkan materi | Foto: tatkala.co/Dede
Ketika sesi pemaparan materi, I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan S.T., M.Si. dan I Gusti Agung Dian Hendrawan, S.H., M.H. menyampaikan berbagai hal tentang politik secara singkat dan padat.
Menurut I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan, demokrasi itu adalah kesetaraan dan kebebasan. Namun, esensi kebebasan tidak berarti sebebas itu. “Tetapi juga ada konsensus, aturan, serta Undang-Undang sebagai alat hukum demokrasi. Jika tidak mengindahkan itu, maka sama saja mengabaikan demokrasi,” katanya.
Sejalan dengan I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan, I Gusti Agung Dian Hendrawan berpendapat, “Jika berbicara tentang demokrasi, masih banyak hal yang perlu ditingkatkan. Berbagai aturan seperti dilarang membawa handphone saat mencoblos di bilik suara, itu digunakan untuk mencegah demokrasi yang salah, terutama money politic dan lain sebagainya.”
I Gusti Agung Dian Hendrawan, S.H., M.H. saat memaparkan materi | Foto: tatkala.co/Dede
Setelah satu jam berlalu, ketika waktu tepat menunjukkan jam 12 siang, Made Adnyana menutup kuliah umum dengan meminta closing statement dari kedua narasumber.
I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan menutup dengan mengingatkan para dosen dan mahasiswa untuk senantiasa menggunakan media sosial dengan bijak, karena media sosial itu adalah sarana demokrasi yang paling terbuka, jadi harus dipergunakan dengan baik. “Manfaatkanlah ruang-ruang diskusi publik dan ruang-ruang di media sosial secara bijak, dan mari kita bersama-sama membangun demokrasi yang kuat,” tegas Kelakan.
Kemudian, I Gusti Agung Dian Hendrawan juga turut mengingatkan untuk saling meningkatkan sinergi dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan demokrasi. Ia juga mengingatkan agar senantiasa menghindari hoax dan hate speech. “Untuk para mahasiswa, jangan pernah takut bersentuhan dengan dunia politik. Karena anak muda itu sangat dibutuhkan, untuk menciptakan demokrasi yang berkelanjutan,” tandas Dian Hendrawan.
Setelah kedua narasumber menyampaikan closing statement-nya, Made Adnyana kemudian menutup kuliah umum dengan menyampaikan secarik pantun yang dibuatnya secara spontan.
“Pacar saya zodiaknya gemini,
Begitu diputus rasanya sakit gigi,
Terima kasih atas diskusi hari ini,
Semoga kita bisa berjumpa lagi.”
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole
“