SEKAA GONG dari Desa Menyali tampil di panggung Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali di Denpasar, Rabu malam, 28 Juni 2023. Sekaa gong ini tampil memukau seakan-akan menumpahkan kisah dari sejarah panjang sekaa gong itu dari zaman kerajaan, zaman kolonial, hingga zaman modern kini.
Di panggung Ardha Candra itu, sekaa gong dari Desa Menyali itu tampil dengan nama Sekaa Gong Saraswati. Nama itu pun memiliki sejarah yang tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang perjalanan gong kebyar di Bali.
Desa Menyali dipercaya sudah memiliki sekaa gong sejak tahun 1604 pada zaman kerjaaan. Dari zaman kearajaan sekaa gong ini terus berkembang hingga zaman kolonial. Dan, pada masa lahir dan jaya-jayanya gong kebyar di Buleleng, sekaa gong di Desa Menyali terbiasa pentas ke luar daerah Buleleng seperti ke Klungkung.
Desa Menyali memiliki warisan gong gantung lanang, bernama Sekar Gabung. Gong gantung itu adalah anugerah atau pemberian dari Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti, karena kedijayaan penglingsir di Desa Pait Ati (Menyali) yang bernama Pasek Menyali.
Sesuai isi babad Buleleng yang lontarnya tersimpan di Gedong Kirtya Buleleng,.Pasek Menyali pada saat itu ikut membantu Ki Barak Panji Sakti saat melepaskan kapal dagang China Dampu Awang yang kandas di Pantai Penimbangan pada tahun 1640.
Sekaa Gong desa Menyali dari generasi muda hingga generasi tua | Foto: Kominfosanti Buleleng
Selain memiliki warisan gong gantung, Desa Menyali juga memiliki kemong yang berada pada alat gamelan terompong jegogan yang paling besar atau bongkol, yang diberi nama Sekar Taji. Kemong itu merupakan warisan dari Penglingsir Jro Pasek Bulian, Jero Pasek Kubutambahan dan Jero Pasek Menyali.
Sejarah juga mencatat Sekaa Gong Menyali mendapat penghargaan berupa Panji Bendera Saraswati dari Raja Klungkung yang bertahta saat itu, Anak Agung Geg, pada tanggal 10 November 1934. Saat itu Sekaa Gong Menyali berhasil sebagai jayanti atau juara pada saat Parade Gong Mebarung di Puri Klungkung.
Dan sejak saat itu Sekaa Gong itu biasa disebut dengan nama Sekaa Gong Saraswati.
Di Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2023 ini, Sekaa Gong Saraswati, Banjar Dinas Kanginan, Desa Menyali, ini terpilih untuk ikut Parade Gong Kebyar Legendaris sebagai duta dari Kabupaten Buleleng. Saat tampil di panggung Ardha Candra, Saat itu mereka tapil mebarung bersama Sekaa Gong Semadhi Yasa, Banjar Abianjero, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Duta Kabupaten Karangasem.
Masyarakat seni memenuhi panggung yang berkapasitas 8000 itu. bahkan, Gubernur Bali, Wayan Koster didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Arya Sugiartha dari awal hingga sajian berakhir tak beranjak dari tempat duduknya.
Setelah saling tukar cindera mata kedua sekaa gong legendaris ini, lalu foto bersama, masyarakat pecinta kesenian gong kebyar ini bubar. Walau dalam bentuk ploarade, tetapi yang hadir sangat ramai, karena ingin menyaksikan kejayaan gong legendari pada masanya dulu.
Tari Legong Pengeleb | Foto: Kominfosanti Buleleng
Di PKB, Sekaa Gong Saraswati menyajkan Tabuh Lelongoran “Ombak Kaulu” yang sudah ada pada 1915. Tabuh ini diciptakan oleh Kaki Cening dari desa menyali. Tabuh lelongoran dalam pengertian identitas musikal adalah sebuah produk budaya-seni karawitan khas Buleleng yang tidak dimiliki oleh siapapun di daerah lain.
Komposisi ini secara fungsional digunakan dalam multi-konteks kehidupan sosial kultural masyarakat Buleleng. Tabuh ini alunan tabuh menyerupai deburan ombak di sasih kaulu, deburan maha besar, seakan-akan mendengarkan suara gemuruh.
Pada bagian kedua, sekaa Gong Menyali menampilkan Tari Truna Jaya diciptakan pada tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam bentuk Kebyar Legong. Kemudian disempurnakan oleh seniman asal Bali yang bernama I Gede Manik. Tari Truna Jaya menggambarkan gerak-gerik pemuda yang telah beranjak dewasa, sangat emosional yang mana tingkah lakunya senantiasa berusaha memikat hati perempuan.
Tari ini dibawakan oleh tiga generasi wanita, yakni wanita yang masih gadis, wanita sudah menikah dan wanita yang sudah memiliki cucu.
Sajian ketiga adalah Tabuh Kreasi “Sriwijaya” tari ini diciptakan tahun 1915, oleh Guru Cening Britem. Wayan Gede Negara. Tabuh ini sebuah komposisi kekebyaran khas Buleleng.
Tabuh ini diawali dengan tabuh gegenderan klasik, selanjutnya diiringi oleh instrumen-instrumen gamelan lainnya secara berbarengan. Tabuh ini didominasi oleh instrumen reong dan silih berganti dengan instrumen-instrumen lainnya.
Tabuh ini melambangkan suatu persembahan kepada Ida Betara Sri sebagai Dewa Padi yang saat itu para petani padi yang ada di desa Pait Hati (Menyali) sedang panen besar atau panen raya.
Penonton seia sampai akhir | Foto: Kominfosanti Buleleng
Lalu memungkasi sajian dengan, menampilkan Tari Kebyar Legong Pengeleb yang diciptakan pada tahun 1934 oleh penglisingsir Pekak Cening. Tari ini salah satu jenis tari kakebyaran yang tercipta di desa Menyali Buleleng.
Tari ini menggambarkan suasana hati kaum perempuan yang penuh kegembiraan diluapkan dengan ekspresi bahagia, suka cita, dan keagresifan. Tari ini lahir di zaman pergerakan nasional dan emansipasi wanita ketika Raden Ajeng Kartini sedang gencar memperjuangkan kesetaraan derajat wanita dengan kaum laki-laki. [T][Ado]