4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membawa Musikalisasi Puisi ke Ruang yang Berbeda-beda

Bayu SuwiarthabyBayu Suwiartha
February 2, 2018
inEsai

Foto: http://wulandewisaraswati.blogspot.co.id

71
SHARES

SEBENTAR lagi akan dilangsungkan lomba “Menyanyikan Puisi” oleh Komunitas Kertas Budaya di Rompyok Kopi, Jembrana, Bali. Lomba yang digelar dari tanggal 3-4 Februari 2017 ini akan menampilkan puluhan peserta yang berasal dari berbagai daerah di Bali.

Bagi saya dan kawan-kawan yang dulu sempat mencecap manis pahit ber-muspus ria di Teater Angin SMA N 1 Denpasar, acara lomba musikalisasi puisi (kini menyanyikan puisi) yang digelar Komunitas Kertas Budaya ini selalu menyisakan kenangan yang tak habisnya untuk diperbincangkan.

Dalam rangka itulah, saya yang papa dan awam dalam dunia per-muspus-an memberanikan diri urung tulisan untuk menggenapi kemeriahan lomba yang akan digelar nantinya. Seperti pepatah bilang, ada gula, ada semut. Ada yang lomba, tentu mesti ada tukang sorak-sorainya. Betul?

Bila boleh jujur, dapat dikatakan bahwa musikalisasi puisi (mari kita sepakati untuk penyebutan berikutnya dengan muspus) cenderung sudah menemukan “pakem”nya sendiri. Jika kita melihat karya dari tahun 2000-an hingga sekarang, kebanyakan musikalisasi puisi yang hadir mengambil genre ballad.

Genre ballad mampu mewadahi puisi yang rata-rata menceritakan kisah yang dramatik sehingga sesuai dengan karakter musik ballad yang menceritakan sebuah kisah dan bisa menjadi dramatik. Akibatnya, banyak karya muspus cenderung beraliran ballad.

Untuk alat musik yang digunakan, biasanya menggunakan alat musik non elektrik seperti gitar akustik, jimbe, flute. Beberapa kali, sempat pula saya menonton, ada yang menggunakan benda-benda sekitar seperti tong sampah, besi gelontongan yang dipukul dan barang-barang bekas. Bahkan ada yang menggunakan anggota tubuhnya seperti bibir (bersiul atau format acapela).

Jadi dalam hal penggunaan alat, para penggiat muspus cukup kreatif dalam memadukan berbagai alat musik dan barang-barang yang ada di sekitar mereka untuk proses kreatif mencipta musikalisasi puisi.

Hal yang hampir sama saya alami ketika masih berproses di Teater Angin pada 2009 hingga 2012. Pertama kali berproses, saya rajin didengarkan karya-karya dari album Tentang Angin I dan II. Kesan pertama saya kala itu, musiknya begitu sederhana dan kedengaran seperti lagu tempoe doeloe. Namun, makna dan suasana puisi bisa tersampaikan. Setelah saya perhatikan, ciri khas dari muspus anak TA ialah merinding di beberapa lagu (barangkali karena mendengarnya di lapangan tenis dan ada angin sepoi-sepoi jadinya merinding, kali ya).
Tapi serius, muspus anak TA periode 2000-2009 membuat saya seolah mampu membayangkan suasana dan makna puisi dengan tepat. Mungkin, itulah yang membuat kami selalu juara kala itu.

Mencoba Eksperimen Baru

Tahun 2010, generasi saya mencoba membuat lagu dengan genre ballad dan hasilnya kami gagal total. Singkatnya kami kalah (tidak mendapat juara 1) di berbagai lomba yg diadakan pada periode itu.

Setelah kekalahan yang cenderung menyakitkan, kami tetap berkarya dan mencoba memberi warna baru pada muspus TA. Mayun, Wisnu, Krisna, dan Edo menjadi inisiator perubahan dengan mengubah genre menjadi sedikit pop (easy listening), menambahkan instrumen bass (awalnya bass sangat ditabukan di muspus TA), vokalis wanita hanya 2 (biasanya kalau di TA suara cewek dan cowoknya banyak) namun tetap mempertahankan ciri khas bisa membuat orang “merinding” ketika mendengarkan karya TA.

Awalnya terjadi pro dan kontra ketika kami dengarkan pada alumni yang cenderung mempertahankan muspus itu harus ballad. Mungkin perubahan yang kami lakukan cukup ekstrim pada masa itu. Lagu “Tong Potong Roti” yang kami aransemen (kini bisa diunduh di laman youtube.com) adalah lagu yang diikutsertakan dalam lomba musikalisasi di Jembrana kala itu.

Beberapa orang berpendapat bahwa kami gagal menyampaikan makna dan membangkitkan suasana puisi tersebut. Namun, kami tetap pede dan terus berkarya.

Inipun terus kami lakukan pada aransemen setelahnya yakni, Sajak Kembang Melati (Puisi karya Dhenok Kristianti) dan Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi (karya Goenawan Mohamad). Kami kembali pada “akarnya” muspus TA namun tetap dengan gaya kami sendiri. Alhasil, 3 muspus tersebut sering dinyanyikan oleh generasi TA sekarang.

Dari sinilah kami berpikir, benarkah muspus mesti selalu ditempatkan pada ruang yang ‘seram’? Atau boleh jadi muspus tak ubahnya seperti lagu biasa yang semestinya memuat orang ingin mendengar lagi dan lagi?

Menuju Pemahaman yang Berbeda

Tamat dari SMA, beberapa alumni Teater Angin masih eksis di bidang musikalisasi puisi. Yodie Aryantika (alumni tahun 2004) sering diundang untuk menjadi juri muspus dan memiliki beberapa karya setelah lulus SMA. Hendika (ditambah beberapa alumni tahun 2005-2012) menghimpun diri dalam Komunitas Senang Bertemu Dengan Anda (SBDA).

Mereka tetap dengan jalur ballad, terutama SDBA. Komunitas ini mempertahankan “roh” muspus TA dan membawa kearah yang berbeda. Berbeda yang saya maksud di sini adalah nada-nada mereka sekarang lebih mudah dihafal dan diingat.

Lalu berikutnya, Mayun, kawan angkatan saya yang sedari dulu bingung, selalu gonta-ganti komunitas, kini meneguhkan diri membentuk EUGENIA. Di sinilah ia bebas bereksplorasi dengan paham “easy listening”-nya. Ada beberapa muspusnya yang beraliran pop, jazz, smooth jazz. Yang paling menarik bagi saya adalah aransemen puisi Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono (bisa ditonton via youtube.com dengan keyword Eugenia all I ask).

Dari SDBA maupun EUGENIA, saya melihat mereka membawa musikalisasi puisi kearah yang berbeda. SBDA membawanya ke arah apresiasi sastra yang tetap berpegang teguh pada teks sedangkan EUGENIA menempatkan musikalisasi puisi untuk lebih dekat dengan pendengarnya.


Tujuan Awal

Kalau boleh berpendapat, perkembangan muspus di Bali cenderung mengalami stagnansi. Hal ini disebabkan karena telah terbentuk pakem-pakem yang justru mengancam punahnya masyarakat yang ingin mendalami cabang ini.

Sampai hari ini, hanya beberapa komunitas dan teater yang berani melakukan suatu gebrakan atau inovasi agar musikalisasi puisi bisa diterima di kalangan masyarakat umum dan makin banyak generasi muda yang ingin mencipta musikalisasi puisi.

Pada workshop musik puisi yang mengundang Fileski sebagai pembicara, saya mendapat beberapa poin penting. Pertama, musikalisasi puisi/muspus/musik puisi ibarat sebuah katalisator yang mempercepat pengenalan puisi pada masyarakat. Kasarnya, puisi itu susah dipahami, kata-kata yang cenderung ribet, dan masih ada berjuta alasan mengenai puisi.

Nah, dengan musikalisasi puisi yang tepat dari sisi pemaknaan dan nada yang mudah diingat akan mempermudah “pendekatan” oleh puisi kepada masyarakat luas. Contoh, lagu Panggung Sandiwara yang dipopulerkan oleh God Bless. Itu puisi karya Taufik Ismail.

Kedua, jangan kotak-kotakan atau jangan dipakemkan suatu musikalisasi puisi. Maksudnya biarlah kita bereksplorasi dengan genre yang kita sukai. Dibawa ke jazz boleh, blues boleh asal tetap suasana dan makna puisi bisa tersampaikan secara benar kepada masyarakat.

Kalau mas Jengki bilang (sewaktu lomba musikalisasi puisi yang diselenggarakan oleh Disperindag Kota Denpasar 28-30 Oktober 2016) kurang lebih seperti ini, “jangan kau sakiti puisi itu. Mereka sudah memiliki jiwa sendiri. Dan jangan kau lecehkan dengan aransemen yang tidak tepat”.

Tapi, kalau pendapatku semua orang memiliki interpretasi berbeda tentang puisi. Kalau mau aransemen muspus, tanya juga orang yang mengerti sastra terutama puisi supaya tidak salah makna dan suasana.

Nah, dari hal yang saya sampaikan ini, mungkinkah akan ditemui pada lomba yang akan digelar oleh Komunitas Kertas Budaya? Mengingat, lomba ini bukanlah Musikalisasi Puisi, melainkan Menyanyikan Puisi.

Apakah yang membedakannya? Bisakah lomba ini memberi warna tersendiri jika dibandingkan dengan lomba yang sudah diadakan sebelumnya?

Maka, saudara-saudara, segeralah minta izin kepada ortu, pacar, atau selingkuhan untuk singgah barang dua sampai tiga hari. Tak perlu membawa bekal yang berlebihan, sebab panggung lomba pun bisa menjadi tempat bermukim, menghabiskan malam bersama kawan-kawan Jembrana dan peserta lomba lainnya.

Masalah konsumsi? Tak usah khawatir. Sudah ada rompyok kopi yang senantiasa menyajikan berbagai makanan dan minuman seperti cinta Om Nanoq padamu. Jadi, apalagikah yang mesti ditunggu? (T)

Tags: musikPuisiTeaterTeater Angin
Previous Post

Tes Guru di Karangasem: Menanti Balasan dari Gadis yang Sudah Lama “Ditembak”

Next Post

Liburan Mahasiswa Semester 7 dan Pertanyaan-Pertanyaan yang tak Asyik

Bayu Suwiartha

Bayu Suwiartha

Sarjana Jurusan Matematika, Unud. Menjadi manajer kelompok musikalisasi puisi EUGENIA. Punya studio rekaman Ba’N’ Ba Pro. Alumni Teater Angin SMA N 1 Denpasar.

Next Post

Liburan Mahasiswa Semester 7 dan Pertanyaan-Pertanyaan yang tak Asyik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co