11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Tedak Siten”: Tradisi dan Komunikasi yang Futuristik

ChusmerubyChusmeru
April 20, 2025
inEsai
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Chusmeru

TRADISI seringkali dimaknai sebagai sesuatu yang kuno, klenik, dan tak relevan lagi dengan kemajuan zaman. Tidak heran jika masyarakat Indonesia secara perlahan dan terpaksa meninggalkan beberapa tradisi yang telah berlangsung turun-temurun.

Padahal, tradisi tidak lahir begitu saja. Tradisi muncul melalui proses yang panjang dalam kehidupan manusia. Setiap masyarakat yang memiliki tradisi selalu menganggapnya sebagai bagian dari nilai, harapan, dan cara pandang memaknai kehidupan. Karenanya tradisi sejatinya justru futuristik bagi suatu masyarakat.

Sebelum seseorang memasuki bangku sekolah, tradisi sudah mengajarkan nilai tentang benar dan salah, baik dan buruk, serta elok dan tak elok. Guru di kelas dan bahan bacaan di sekolah hanya melanjutkan deskripsi dan narasi tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun.

Harapan masyarakat akan masa depan juga acapkali terekspresikan lewat tradisi. Hidup yang sehat, bermartabat, dan sejahtera dikomunikasikan lewat tradisi. Hujan dan air adalah simbol kehidupan dan kesejahteraan dalam masyarakat yang dibarengi dengan ritual dalam tradisi. Dan ketika atas nama rasionalitas tradisi itu ditinggalkan, hujan dan air berubah menjadi sumber bencana.

Tradisi juga merupakan pandangan dunia (world view) dan cara pandang masyarakat tentang sesuatu. Oleh sebab itu tradisi menjadi identitas sosial yang khas bagi masyarakatnya. Jangan heran jika krisis identitas, pelanggaran norma sosial dan norma hukum kian marak terjadi saat tradisi ditinggalkan.

Tradisi dianggap menghambat efisiensi dan jalan pintas bagi manusia modern. Perkembangan teknologi dan modernitas memang sering dituding sebagai faktor yang “membunuh” tradisi. Itu terjadi karena nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi dianggap menghambat progresivitas.

Orang lupa, tradisi justru mengandung nilai harmonisasi agar manusia tidak jatuh dalam jurang modernitas. Artinya, tradisi tidak menentang modernitas. Namun modernitas jangan sampai mengorbankan nilai dan cara pandang yang baik, benar, dan elok.

Tedak Siten

Masih banyak tradisi yang bertahan di tengah gempuran modernitas. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan masyarakat adalah Tedak Siten. Tradisi masyarakat Indonesia, utamanya di Jawa, yang merupakan ritual berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak. Tedak berarti turun atau menapaki. Siten berarti tanah atau bumi. Tradisi ini sering juga disebut Turun Tanah.

Anak melewati jadah tujuh warna dalam tradisi Tedak Siten di Purwokerto, Jawa Tengah | Foto Dok.Penulis

Tedak Siten merupakan tradisi yang dilaksanakan ketika seorang anak mulai belajar berjalan atau menginjakkan kaki ke tanah pada usia tujuh atau delapan bulan. Bagi masyarakat Indonesia, tanah memiliki makna kekuatan gaib. Sehingga ketika seorang anak mulai menyentuh dan turun tanah, maka harus dilakukan ritual untuk keselamatan sang anak.

Salah satu keluarga yang masih menjalankan tradisi Tedak Siten adalah Bambang Widodo, warga Purwokerto, Jawa Tengah. Pada hari Sabtu Legi, 19 April 2025 ia melaksanakan Tedak Siten bagi cucunya, Ni Kahiyang Nareswari. Tradisi ini dihadiri sanak keluarga, tetangga, para sesepuh, dan anak-anak. Tentu saja Bambang Widodo sang kakek berharap agar cucunya dapat menapaki kehidupan masa kini dan masa depan dengan lancar dan sukses.

Secara umum Tedak Siten merupakan bentuk komunikasi awal seorang anak kepada bumi atau tanah dengan cara belajar berjalan. Harapan orang tua dan keluarga agar sang anak menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Karenanya, tradisi ini diwarnai dengan doa-doa yang dipanjatkan para sesepuh, kakek, maupun orang tua sang anak.

Berbagai daerah melaksanakan Tedak Siten dengan beragam cara. Namun secara umum tradisi ini dilakukan dengan urutan-urutan yang akan menggambarkan perjalanan anak di masa kini dan masa depan. Maka sesungguhnya tradisi ini bersifat futuristik.

Acara akan diawali dengan ritual membersihkan kaki anak. Orang tua akan menggendong anak untuk kemudian dicuci bersih kakinya sebelum sang anak menapaki tanah. Selanjutnya anak akan dituntun untuk berjalan melewati jadah (jajanan yang terbuat dari ketan) dengan tujuh warna. Jajanan ini dibuat warna-warni yang melambangkan rintangan hidup yang beraneka ragam.

Dengan tuntunan orang tua, sang anak menaiki tangga yang terbuat dari tebu. Tebu bagi masyarakat Jawa bermakna antebing kalbu atau kemantapan jiwa. Tangga tersebut melambangkan tahapan anak melewati jenjang kehidupan dan pendidikan mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Sebelum melakukan sesuatu sang anak diharapkan mengawalinya dengan jiwa yang mantap.

Prosesi menarik dari tradisi Tedak Siten adalah ketika anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam atau sangkar ayam dengan ukuran besar. Di dalam kurungan disediakan berbagai benda untuk dipilih sang anak, seperti perhiasan, uang, beras, buku tulis, dan beragam permainan anak.

Selanjutnya anak akan dimandikan dengan air yang sudah direndam semalaman oleh kedua orang tuanya. Rendaman air lantas diberi aneka bunga untuk mandi. Anak biasanya akan dikenakan pakaian yang baik setelah mandi.

Tahap terakhir dari tradisi ini adalah menyebar udhik-udhik, yaitu beras kuning yang terbuat dari campuran beras dan kunyit serta uang logam. Udhik-udhik ini selanjutnya akan disebar dan diperebutkan oleh anak-anak yang hadir.

Makna Komunikasi

Tradisi Tedak Siten adalah kegiatan simbolik dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk komunikasi tradisional. Untuk memaknai tradisi ini diperlukan pendekatan etnografi komunikasi. Pendekatan ini akan dapat memaknai setiap urutan, pelaku, ritual, tempat, dan perlengkapan yang ada dalam suatu tradisi di masyarakat.

Prosesi awal Tedak Siten dilakukan dengan membasahi kaki sang anak. Secara simbolik prosesi ini bersifat futuristik bagi manusia. Kaki yang bersih merupakan pesan komunikasi tentang perilaku ke depan yang harus disertai jiwa yang bersih. Anak dibiasakan hidup dalam situasi dan kondisi yang bersih, melakukan sesuatu dengan cara yang bersih.

Jika kaki sudah bersih, anak akan melewati rintangan hidup yang disimbolisasikan dengan tujuh jadah warna-warni. Tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu, yang bermakna pitulungan atau pertolongan. Sejak awal anak sudah dingatkan adanya rintangan dalam menapaki kehidupan, dan hanya dengan pertologan Tuhan semua rintangan itu dapat dilalui.

Menaiki tangga yang terbuat dari tebu mengajarkan kepada anak untuk setapak demi setapak meniti kehidupan menuju puncak. Tidak mudah tentunya. Oleh sebab itu diperlukan antebing kalbu, jiwa dan tekad yang matab, tidak patah semangat, dan pantang menyerah.

Sedari kecil anak juga sudah diajarkan untuk memproyeksikan masa depan terkait karir maupun ketertarikan dalam kehidupan. Melalui prosesi masuk dalam kurungan ayam, anak sudah diproyeksikan masa depannya melalui benda-benda yang dipilihnya. Bukankah ini merupakan tradisi dan komunikasi yang futuristik?

Meniti karir di masa depan tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan nama baik keluarga. Prosesi mandi kembang mengandung makna agar anak selalu mengharumkan dan membawa nama baik keluarga dalam setiap tindakannya. Jangan sampai anak tumbuh dan berkembang dengan mencoreng nama baik keluarga.

Kepekaan dan solidaritas sosial anak juga sudah mulai terbangun dalam tradisi Tedak Siten ini. Lewat prosesi udhik-udhik, anak diajarkan untuk saling berbagi kepada orang lain. Anak dididik untuk tidak egois. Harta dan kekayaan bukan hanya dinikmati sendiri, tetapi juga perlu memperhatikan keadaan orang lain yang membutuhkan.

Jika orang tua, leluhur, dan nenek moyang telah mewariskan tradisi dan komunikasi yang futuristik, akankah orang menguburkannya atas dalih modernitas? Sementara banyak perilaku hampa nilai dan abai norma dilakukan mereka yang disebut modern? Seperti korupsi dan memagari laut, misalnya? [T]

Penulis: Chusmeru
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU

Komunikasi “Omon-Omon” dan #KaburAjaDulu
Ilusi Komunikasi dalam Perspektif “Helical Model” [Bagian 1]
Badan Intelijen Keuangan: Urgensi dan Tantangan Komunikasi
Komunikasi untuk Mendukung Organisasi
Tags: ilmu komunikasiJawa TengahkomunikasiTradisi
Previous Post

Harapan itu Bernama Jumbo!

Next Post

Kontemplasi Mewujudkan Kehidupan Shanti Jagadhita

Chusmeru

Chusmeru

Purnatugas dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Anggota Formatur Pendirian Program Studi Pariwisata, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Penulis bidang komunikasi dan pariwisata. Sejak kecil menyukai hal-hal yang berbau mistis.

Next Post
Kontemplasi Mewujudkan Kehidupan Shanti Jagadhita

Kontemplasi Mewujudkan Kehidupan Shanti Jagadhita

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co