11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dia Dipa, Dia Barista, Dia Tunarungu: Tetes Kopi Racikan Cerita Hidupnya

Arix Wahyudhi Jana PutrabyArix Wahyudhi Jana Putra
April 17, 2025
inPersona
Dia Dipa, Dia Barista, Dia Tunarungu: Tetes Kopi Racikan Cerita Hidupnya

Dipa sedang meracik kopi | Foto: Arix

DI tepi hilir sungai Tukad Banyuasri—sebuah sungai yang membentang di bagian barat kota Singaraja—terciumlah aroma air payau. Cukup menyengat. Meski begitu, tak surut niat saya untuk jenak di tepi sungai itu, di sebuah tempat yang asri, di bawah rimbun pohon besar.

Tempat ini berada di pinggir kota, di antara gemuruh Jalan Ahmad Yani Singaraja dan riuh Pasar Banyuasri. Saya ke tempat itu hendak minum kopi sembari duduk-duduk, karena seorang teman pernah memberitahu: di tepi sungai itu ada tempat ngopi yang asyik.

Di tempat itu ada gedung cukup besar. PLUT—Pusat Layanan Usaha Terpadu. Dari namanya kita tahu gedung itu milik Pemerintah Kabupaten Buleleng. Di sebelah baratnya ada kolam renang, tempat atlet-atlet renang baku latihan sehari-hari.

Nah, pada bagian tipis dari Gedung PLUT itu terdapat kafe, tempat ngopi—tempat yang ditata cukup apik. Charity Café Coffee Talk, begitu namanya. Ngopi di Charity Coffee, kata seorang teman, kita tak hanya menghirup kopi, melainkan juga menghirup udara ang agak lebih segar dari tempat-tempat lain di kota Singaraja.

Saya datang ke tempat itu bersama Nyoman Suyasa, seorang teman dari Buleleng Social Community (BSC), sebuah lembaga dengan orang-orang yang selalu memiliki gerakan sosial kemanusiaan di Buleleng. Kami duduk di kursi, di kafe itu, di ruang terbuka dengan aroma alam yang masih terasa.

Seorang lelaki menghampiri kami, memberikan selampir daftar menu.  Ia tidak berbicara, hanya menyodorkan daftar menu sembari sedikit tersenyum. Lelaki itu, sebagai penjual, sebagai barista sekaligus juga sebagai pelanan, tampak berbeda, tampak istimewa.

Satu kopi americano saya pesan, tanpa gula. Dan secangkor espresso dipesan oleh Suyasa, teman saya.

“Dia memang berbeda!” kata Suyasa berbisik kepada saya.

Suyasa menggesera sedikit duduknya untuk bisa dekat dengan saya. Ia bicara tentang lelaki itu, barista itu.

Suyasa menjelaskan, barista itu adalah anak binaan dari BSC, yang berarti memang sudah dikenal dengan baik oleh Suyasa.

“Barista itu binaan Eka Tirta, pemilik BSC,” lanjut Suyasa.

Suyasa kemudian menjelaskan, lelaki barista itu bernama Gede Saputra Suandipa. Akrab dipanggil Dipa. Lelaki itu punya rahasia kecil dalam hidupnya. Ia tunarungu. Tapi ia adalah pejuang.

Dipa sedang meracik kopi | Foto: Arix

Tunarungu, sebuah kondisi yang di mata banyak orang sering dianggap sebagai kekurangan yang sangat sulit untuk ditutupi. Namun, bagi Dipa, itu bukan akhir, melainkan awal perjalanan dia menghidupi dirinya lewat kesehariannya yang ditemani wangi kopi. Tempat di areal PLUT itu menjadi saksi bisu perjalanan Dipa untuk meraih masa depan.

Dipa bukanlah nama yang dikenal banyak orang. Ia tak lahir dari cerita gemilang yang sering terpampang di layar ponsel kita. Ia adalah potret nyata dari kegigihan dan usaha seorang anak yang terbungkus dalam keheningan.

Dipa berusia 21 tahun, lulusan Sekolah Luar Biasa (SLB). Seperti kopi yang baru diseduh, mungkin pernah terbesit dalam pikirannya, bahwa hidup terasa pahit. Namun, siapa sangka, pahit itu justru menjadi bahan bakar yang menggerakkan langkahnya.

Akan terdengar aneh dibayangkan, apalagi dilihat, kini Dipa berdiri gagah di balik meja barista, melayani pelanggan dengan senyum sumringahnya sisi paling tipis dari Gedung PLUT Singaraja.

Hening Bukan Berarti Diam

Saya mengajak Dipa ngobrol, Kesan pertama, ia hanya diam, dan saya kebingungan, apa yang harus saya lakukan, apa yang harus aku tanggapi.

Dipa dengan gestur lincahnya kemudian mengajak berbicara tanpa kata. Ia memainkan tangannya untuk memberi isyarat. Dan itulah bahasa dia. Saya tak begitu paham, maka Suyasa kemudian menjadi sukarelawan penerjemah.

Dari bahasa isyarat Dipa mengatakan banyak hal. Misalnya, bagi dia, dunia adalah kanvas kosong yang sering dia tulis tanpa adanya suara. Sejak kecil, ia tumbuh dalam hening, tapi bukan berarti tanpa cerita. Ia belajar memahami dunia dengan caranya sendiri melalui sentuhan, gerakan, dan tatapan.

Walaupun ia sedikit malu setiap berbicara dengan orang lain, tapi niat dia untuk belajar hal baru itulah bekal dia untuk menghadapi kekurangannya. 

Saya tidak ingin diam saja. Dengan konyolnya saya menodongkan gawai untuk bisa berbicara dengannya. Saya menulis di gawai, lalu gawai saya sodorkan agar ia membacanya.

Terlihat konyol. Tapi setidaknya sudah saya temukan celah untuk ngobrol. Saya bertanya, “Bagaimana kamu bisa terpikir untuk menjadi barista kopi?”

Dia hanya tersenyum, tanpa menjawab pertanyaan itu. Saya tanya lagi, “Yang paling sederhana deh, bagaimana cara kamu untuk menjajakan kopimu ini?”

Kedua kalinya saya tidak mendapatkan jawaban.

Namun seorang perempuan, yang berdiri di samping Dipa, yang juga seorang pelayan di kafe itu, menyahut.

“Dia bisa menjajakan kopi itu tanpa sepatah kata pun,” perempuan itu. Namanya Reka. Saya tersenyum, memandang perempuan itu. Rasanya seperti sudah akrab.

“Awalnya memang susah untuk menyuruhnya melayani pelanggan, aku ajari dia perlahan, dan sekarang justru aku yang bisa bahasa isyarat,” kata Reka sedikit tertawa.

Saya (penulis) ngobrol dengan Dipa lewat perantara gawai | Foto: Arix

Dunia tak perlu mendengar suaranya, tetapi dunia perlu tahu bahwa orang seperti dia ada. Di tengah keterbatasannya, Dipa menemukan cara untuk berbicara. Lewat gerakan tangannya, lewat senyum yang tulus, dan gawai yang selalu ia bawa bagaikan buku tulis digital, ia mengungkapkan lebih banyak hal daripada yang bisa dijelaskan lewat suara.

Namun, dunia luar tak selalu ramah. Dipa tahu bagaimana rasanya dilihat hanya sebagai “yang berbeda.” Tapi ia memilih untuk tak menyerah pada pandangan sempit itu. 

Hal-hal yang Menuntunnya

Perjalanan Dipa menuju dunia kopi dimulai dari tangan Eka Tirta, pengelola BSC itu. Ekat melihat potensi di balik keheningan Dipa. Yakin, tidak mudah untuk menjelaskan dan menuntun, tafsirku, mungkin Eka Tirta percaya bahwa setiap individu memiliki ceritanya sendiri untuk diceritakan, tak peduli seberapa sunyi hidup mereka.

Pertanyaan saya tadi justru terjawab oleh Suyasa, teman ngopi saya itu, tentang bagaimana Dipa bisa menjadi barista.

“Dipa itu awalnya berbekal pelatihan pembuatan kopi yang lahir dari kerjasama antara BSC tempat kerja saya dengan UMKM Buleleng,” kata Suyasa.

Tanpa ragu, kata Suyasa, berbekal rasa ingin tahu dan ingin belajar, Dipa mengikuti kegiatan itu.

Belajar dari kegiatan itu, diimbangi dengan ikut sertanya dia di setiap event yang ada di Buleleng, seperti Buleleng UMKM Expo, sampai akhitrnya ia menemukan panggungnya di Charity Cafe.

Dipa belajar bagaimana meracik kopi, memilih biji terbaik, dan menyajikan rasa yang melekat di lidah setiap pelanggan. Di balik meja barista, Dipa bukan hanya seorang pekerja. Ia adalah seorang peramu kopi dengan rasa dan harapan mendapat umpan balik senyuman pelanggan yang menyapanya. 

Setiap kali ia menuang kopi ke dalam cangkir, terlihat polos seolah-olah ia sedang menuangkan kisah hidupnya. Ada ketekunan, dan ada cinta. Ini tidak adil, karena ia bisa mendengar setiap tetes kopi yang jatuh dari mesin kopi itu.

Tapi, meski tak ia dengar, suara tetes kopi yang jatuh dari mesin kopi itu  barangkali jadi refleksi dirinya yang akan berubah jadi tetesan kebahagiaan di tengah dunia luas yang ia ciptakan sendiri.

Dari Senyumnya, Harapan Itu Muncul

Kini, Dipa tak ragu untuk menjalani hari-harinya dengan senyum hasil tempaan hatinya yang tulus itu. Ia menyeduh kopi dengan keuletan yang tak terbatas saat memutar sendok kopi.

Saya kira, saya tidak akan bisa mendapatkan jawaban apapun dari Dipa. Namun saat ingin pulang, dia menodongkan gawainya. Di layar gawai tertulis apa yang hendak dia katakan.

 “Aku ingin membuat coffeshop sendiri suatu saat nanti!” Begitu tulisnya.

Terbayang pelanggan yang datang ke kedai itu nanti, selain menikmati kopi, tetapi juga melihat bagaimana kerja, sebagai kata benda, tidak memandang siapa. Kalimat yang ia berikan itu seketika membuat saya lupa akan pertanyaan-pertanyaan saya yang tidak dijawabnya.

Dari Dipa kita belajar satu hal, bahwa hidup bukan tentang apa yang kita miliki atau apa yang kita dengar, melainkan tentang bagaimana kita memilih untuk melangkah. Setiap orang punya tempat di dunia ini, meski jalan mereka terlihat berbeda. [T]

Reporter/Penulis: Arix Wahyudhi Jana Putra
Editor; Adnyana Ole

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

  • BACA JUGA:
3 Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan: Kuliah, Bisnis Kopi “Mai Nongki”, dan Hadapi Tantangannya
Mahasiswi Undiksha Ajak Disabilitas Lantunkan Gamelan Mulut dan Menari Pendet
Farm Brew & Co, Menikmati Kopi di Tanah Legendanya
Tags: baristakopitunarungu
Previous Post

METASTOMATA: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin di Neka Art Museum, Ubud

Next Post

Sredek, Makanan Pokok, dan Bagaimana Ia Nyaris Dilupakan

Arix Wahyudhi Jana Putra

Arix Wahyudhi Jana Putra

Gede Arix Wahyudhi Jana Putra. Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Sredek, Makanan Pokok, dan Bagaimana Ia Nyaris Dilupakan

Sredek, Makanan Pokok, dan Bagaimana Ia Nyaris Dilupakan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co