11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyepi di Gumi Delod Ceking Dekade 1970-an

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
March 28, 2025
inKhas
Nyepi di Gumi Delod Ceking Dekade 1970-an

Pantai Bias Tugel Nusa Dua | Foto: Nyyoman Tingkat

NYEPI di Gumi Delod Ceking kawasan Nusa Dua, Jimaran, dan sekitarnya, pada dekade 1970-an sangat berbeda dengan Nyepi kini era 2020-an. Pada era 1970-an, meski tanda-tanda perubahan sudah di depan mata akibat pemblokiran tanah-tanah penduduk di Kawasan Nusa Dua oleh BTDC (kini : ITDC) pada zaman awal Orde Baru dengan Presiden Soeharto, tapi suasana hening masih terasa begitu dalam dan khusyuk.

Terlepas dari riak-riak politik kala itu,  guyub masyarakat masih sangat kuat terasa dalam bergotong royong dengan sebutan ngidih olas.  Tradisi ngidih olas biasanya berhubungan dengan kegiatan membajak di kebun, membangun pelinggih, membangun rumah, memindahkan rumah. Semuanya dilakukan tanpa bayaran, cukup diganti dengan kopi-jaja kukus dan makan siang. Obrolan pun mengalir dan mengalur penuh suka cita.

Menjelang dekade 1990-an, tradisi ngidih olas mulai ditinggalkan. Orang dari Gumi Delod Ceking mulai dengan sistem kerja harian/borongan. Mula-mula berlaku bagi keluarga terdekat, lambat laun ke tetangga jauh. Anehnya, banyak yang memercayakan kepada tetangga jauh dengan penawaran serendah-rendahnya, tetapi pekerjaan belum selesai dan upah sudah dilunasi, lalu ditinggal tanpa pesan.

Mereka terlalu percaya dengan omongan bualan janji manis orang yang tidak dikenal sebelumnya, penyesalan pun menyusul. Orang setempat menyebutnya, kacangkik tukang alias dibohongi tukang. Hal itu terjadi karena rapuhnya ikatan kekeluargaan, tetapi menguatnya ilmu “kebatinan” dalam arti mencari banyak keuntungan (ngalih bati) menjadi penguat  manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus).

Apa hubungannya dengan Hari Suci Nyepi Saka 1947, yang jatuh bersamaan dengan Tumpek Wariga, Sabtu Kliwon 29 Maret 2025 ini?

Dengan menggunakan pendekatan trisemaya atita (masa lalu),  wartamana (masa kini), dan  anagata (masa depan), kita dapat menarik garis linearitas keterhubungan antarwaktu, dengan segala dinamikanya.   Sebelum dekade 1980-an, orang-orang Delod Ceking adalah orang-orang yang homogen. Mereka amat bergantung pada alam (laut dan darat/abian). Bila Nyepi tiba, keguyuban mereka amat terasa.

Nyepi adalah ajang bersilaturahmi antarguyub. Pagi hingga siang mereka saling bersilaturahmi dengan hidangan kue yang dibuat bergadang semalam sebelum Nyepi. Persis setelah Ngerupuk di tengah kegelapan dapur dengan kayu bakar. Mengapa gelap? Listrik belum ada, air pun susah, makanya dihemat.

Kala itu, orang-orang Delod Ceking bersilturahmi pada hari Nyepi dari pagi hingga siang. Saling mengunjungi sanak saudara dengan cerita kisah agraris dan maritim berteman kopi, jongkong tabu (jaja waluh, ini ada lagunya pula dari A.A. Made Cakra), sumping, jaja kukus, pulung-pulung ubi (ada lagunya pula dari A.A. Made Cakra), orog-orog (ubi diurab dipulung dan ditaburi gula bali). Semua bahannya dari abian, bukan swalayan yang dikenal kini.

Oleh karena mereka juga pangangon, maka pakan sapi pun disiapkan sehari menjelang Nyepi dengan ngarit padang untuk stok saat Nyepi. Aneh juga kalau dipikir, saat Nyepi sapi dikandangkan. Majikannya melayani dan memberikan padang hijau yang khusus disiapkan, Sementara itu, si majikan bersenang-senang dalam bungkus silaturahmi (masima krama). Dengan kalimat lain, majikan membatasi ruang gerak buat sapi untuk terikat di kandang.

Sore harinya, mereka nyelisib mengunjungi situs-situs dekat pantai dan melaut. Krama Desa Adat Kutuh, misalnya mengunjungi Pura/situs-situs di tebing ngampan seperti Pura Batu Pageh, Pura Batu Madinding, atau Song Bintang. Situs Song Bintang terletak beberapa meter di utara tebing ngampan sekitar 600 meter di Barat Pura Gunung Payung. Song Bintang  konon terhubung langsung ke goa yang tembus ke laut. Apresiasi mereka berkecenderungan  mendekat ke laut, dengan berjalan kaki.

Dekade sebelum 1970-an, Nyepi sore hari rerata orang-orang Delod Ceking ke pantai. Krama Desa Adat Bualu, Peminge, Jimbaran, bahkan krama Kuta juga masliahan ke pantai setelah paginya mereka masima krama. Maklumlah sore hari saat Nyepi adalah pananggal apisan dan air laut surut. Mereka bukan sekadar mandi ke laut saat Nyepi, melainkan juga mencari isin payuk untuk lauk.

Setiba di pondok masing-masing, mereka membuat soup ikan. Nyala api dari kayu bakar tak terhindarkan. Saya yang saat itu sudah diingatkan guru tentang Catur Brata Nyepi ketakutan, jangan-jangan diendus guru dilaporkan terus dihukum. Ketakutan pada guru begitu kuat padahal tidaklah mungkin para guru itu tahu, apa yang kami kerjakan di rumah saat Nyepi karena pondok sangat jauh di leke-leke posisinya.

Tempat di leke-leke dulu, kini sudah menyala dan berbinar diincar wong sunantra (orang asing). Entah dari mana mereka berasal. Tertutup dan terasing dari alam lingkungan dengan tembok tinggi tiadalah ramah lingkungan. Paradoks di tengah-tengah penghuni aslinya yag terkenal ramah tamah. Memang kata “ramah” sama fonem pembentuknya dengan kata “marah” sehingga orang marah juga mudah ditemukan di balik orang ramah yang bersembunyi, nyineb wangsa. Koh ngomong.

Begitulah, zaman berubah. Orang dari negeri jauh datang dan pergi. Ada yang tinggal sekejap seperti juru foto sekadar memotret lalu diviralkan. Tidak sedikit pula yang lama tinggalnya bahkan masa tinggalnya sudah habis dan kadaluwarsa. Anehnya, mereka bikin onar susah diatur. Bila ditertibkan saat Nyepi mereka pura-pura tidak tahu dengan alasan orang baru dan tidak faham. Pecalang pun dibuat repot. Inilah tantangan Nyepi kini, memerlukan penyadaran ke dalam dan ke luar. Ke dalam dengan krama Hindu sendiri dan ke luar dengan semeton non-Hindu yang jumlahnya kian banyak dengan kultur, agama, dan tingkat sosial ekonomi yang beragam. Tidaklah mudah mengelola mereka. Namun, kita tidak boleh menyerah apalagi mengeluh.

Berbeda dengan dekade 1970-an ketika penduduk Gumi Delod Ceking  masih relatif homogen. Kendaraan dan sepeda motor tidak banyak. Jalanan tidak macet pikiran orang-orannya pun tidak mumet. Ogoh-ogoh  belum sepopuler kini. Ogoh-ogoh mulai dikenal awal 1980-an.  Ogoh-ogoh dibuat dengan kekuatan dan kemandirian penuh, tanpa bansos. Bahan-bahannya pun seadanya. Ogoh-ogoh diarak keliling desa diikuti pasukan obor dari sekaa teruna dan anak sekolah. Setelahnya mereka kembali ke banjar masing-masing menikmati makanan seadanya dalam guyub bermasyarakat. Jadi, tujuh kebiasaan Anak Indonesia Hebat gagasan Mendikdasmen Abdul Mu’ti sudah dilaksanakan anak-anak muda Bali sejak dahulu kala.

Mengenang Nyepi era 1970-an saat saya masih SD adalah sebuah nostalgia rindu dengan masa kanak-kanak. Rindu mendapat  kue dari rumah ke rumah. Makanan rakyat yang bentuk, jenis, dan bahannya seragam sebagai simbol ketahanan pangan. Masyarakat di tengah kesulitan, begitu cerdas matakeh untuk bisa bertahan hidup yang kini lebih diproyekkan sebagai Proyek Ketahanan Pangan. Hasilnya pun belum optimal. Berbeda dengan era 1970-an, semuanya bertahan dengan laku guna dusun. Semua hasil abian dimakan penuh rasa syukur dengan ngobrol kangin kauh sambil menyeruput kopi.

Rahajeng Rahina Suci Nyepi Saka 1947. Mogi rahayu sekala-niskala. [T]

Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole

Ogoh-Ogoh, Nyepi, dan Idulfitri
Uniknya “Nyepi Desa” di Desa Adat Kintamani: Dilaksanakan 3 Hari, Diawali “Maboros”, Tanpa Ogoh-ogoh
Refleksi Spiritual Nyepi, Tumpek Wariga, dan Idulfitri dalam Pendidikan Pertanian
Di Nusa Penida, Nyepi Tanpa Bantal Bleleng seperti Nggak Nyepi
Tags: Desa Adat JimbaranGumi Delod CekingHari Raya NyepiJimbaranNusa Dua
Previous Post

Nyepi, Lawar Godel, Hipertensi

Next Post

Panggung, Napas, dan Keberanian Ketika Seorang Perempuan Menjadi Dirinya Sendiri

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Panggung, Napas, dan Keberanian Ketika Seorang Perempuan Menjadi Dirinya Sendiri

Panggung, Napas, dan Keberanian Ketika Seorang Perempuan Menjadi Dirinya Sendiri

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co