31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ogoh-ogoh “Ulian Manuse” di Kubutambahan, Tentang Ulah Manusia, Dibuat dari Limbah Plastik

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
March 26, 2025
inKhas
Ogoh-ogoh “Ulian Manuse” di Kubutambahan, Tentang Ulah Manusia, Dibuat dari Limbah Plastik

Ogoh-ogoh "Ulian Manuse" siap diarak dan dilombakan| foto Kadek Satya Saputra

OGOH-ogoh, yang bermuka jahanam bermata melotot—tajam dengan tubuh yang besar, divisualkan begitu mengerikan. Ini makhluk dari liang neraka. Di malam pengrupukan atau sebelum Hari Raya Nyepi, monster-monster itu akan diarak sepanjang jalan di desa-desa, juga di kota-kota.

Seperti tak berkutik, iblis-iblis itu menjadi bulan-bulanan warga, dibuat sebagai patung besar, sebagai simbol kontemplasi diri secara kolektif menyoal sesuatu yang jahat-jahat.

Salah satunya pada ogoh-ogoh bertajuk “Ulian Manuse”, yang dibuat oleh Komunitas Pang-Len Community Banjar Kaja Kangin, Desa Kubutambahan, Buleleng, Bali. Ogoh-ogoh ini secara moralis hendak menyampaikan sesuatu tentang kerusakan alam—akibat ulah manusia.

Melalui ogoh-ogoh mereka, ditunjukkanlah bahwa iblis tak melulu terbuat dari dubur neraka, tetapi bisa terbentuk dari sifat dan rasa angkuh manusia—perilaku hidup manusia kurang ajar pada alam. Perilaku buruk manusia bisa membangkitkan bencana paling besar di dalam diri Bhuana Agung—alias alam semesta.

Bajang-bajang muda Komunitas Pang-Len Community Desa Kubutambahan berfoto di depan ogoh-ogoh “Ulian Manuse”| foto Kadek Satya Saputra

Ogoh-ogoh “Ulian Manuse” menunjukkan kemarahan yang digambarkan melalui murkanya Ibu Pertiwi sehingga terbentuk wujud paling mengerikan.

Gigi tajam keluar, lidah menjulur dan mata seram dengan dua kepala iblis merupa pengganti telinga. Cekernya berkuku panjang dan tajam berwarna hitam gelap. O, begitu horor dan bangsatnya makhluk itu dari liang bumi.

Selaku konseptor, Kadek Sastya Saputra mengatakan ogoh-ogoh yang dibuat itu adalah wujud mengerikan dari makhluk jahat terhadap alam. Makhluk yang bisa bergerak dan ada, dan bentuk itu adalah simbol dari ulah manusia ugal-ugalan dalam memperlakukan punggung bumi, tidak senonoh.

Satya juga menekankan ogoh-ogoh itu bukan lagi sekadar patung besar yang dibuat-buat, lalu diarak sebagai ritual budaya setiap tahunnya di Bali. Tetapi justru sebagai suara kolektif warga yang sadar untuk mengingatkan bahwa bangsa ini sedang sakit—buminya sakit—dan jika dibiarkan akan modar secara perlahan. Kiamat.

Proses pembuatan kepala ogoh-ogoh “Ulian Manuse” dengan detail yang rumit | foto Kadek Satya Saputra

“Ulian Manuse—ini menggambarkan Ibu Pertiwi yang marah sekaligus menangis, melihat bagaimana anak-anaknya (manusia) tanpa ampun merusak keseimbangan yang diwariskan kepadanya,” kata Satya Saputra selaku konseptor dan arsitek ogoh-ogoh “Ulian Manuse” Komunitas Pang-Lan Community Desa Kubutambahan, ketika dihubungi melalui Whatshapp pada Rabu, 26 Maret 2025.

Melalui luka-luka di tubuh monster “Ulian Manuse”, simbol-simbol itu diletakkan sebagai atensi terhadap akar kesakitan yang berasal dari gorong-gorong yang mampet, aliran sungai yang kotor dan bibir pantai yang tak lagi eksotis karena disetubuhi sampah-sampah binal.

Kemudian bagaimana laut biru yang membiru—menggigil dan ikan-ikan di kedalaman terusik oleh limbah plastik dan para nelayan kerap menyiuk tai zaman, limbah, ketimbang ikan. Adalah hasil banalitas manusia dalam memperlakukan bumi tak selayaknya sebagai ibu kandung sendiri. Durhaka.

Dari ular yang tersesat ke gorong-gorong dibawa banjir karena hutan-hutan banyak yang dibabat tanpa ditanam ulang, dan burung-burung terbang kacau balau mencari sarang kesulitan.

Semua itu kekacauan itu menjadikan ogoh-ogoh “Ulian Manuse” ini lebih mendapatkan makna, bernyawa dan memantik perenungan bahwa  kebanalan manusia harus dikurangi, dan harus sadar akan pentingnya berbagi ruang, dan berhenti bersekutu dengan sampah-sampah yang dibuang buta-buta di laut dan di darat, bahkan di udara sekalipun.

Kontemplasi Kuat-Kuat

Tak hanya dari sisi bentuk yang diperjuangkan, tetapi ogoh-ogoh “Ulian Manuse” juga diperjuangkan secara proses yang konsisten. Pemilihan bahan-bahan dari sampah anorganik seperti; botol plastik, sedotan dan tas plastik, dan kaleng bekas, menjadikan kesan kuat tentang akar masalah yang diajukan secara tematik itu begitu serius.

Ogoh-ogoh “Ulian Manuse” siap diarak dan dilombakan| foto Kadek Satya Saputra

Seperti, botol plastik diubah menjadi rambut Ibu Pertiwi yang kusut dan tak terawat. Sedotan dan bungkus makanan menjadi mahkotanya yang mencerminkan polusi visual. Sementara tutup botol dan tas plastik dijadikan perhiasan yang ironis, menggambarkan keindahan palsu di tengah kehancuran. Dan kaleng bekas diolah menjadi ornamen bunga yang mencerminkan kehidupan yang indah tertutupi limbah.

“Dengan memanfaatkan limbah, kami tidak hanya menciptakan sebuah ogoh-ogoh yang megah, tetapi juga memberikan pesan kuat kepada masyarakat bahwa sampah-sampah yang dibuang sembarang, suatu hari akan kembali menghantui kita semua!” kata Satya secara tegas.

Soal kontemplasi, gotong royong warga dari berbagai kalangan dan usia di desa itu juga satu bukti yang jujur dan organik, jika perenungan sudah terjadi sebelum monster ini diciptakan secara fisik—melalui urunan bahan baku sukarela.

Bahan baku pembuatan tidak dibeli, didapatkan dari warga sekitar sebagai bentuk solidaritas. Setiap warga menyumbangkan sampah plastik dan materil bekas tidak terpakai lainnya yang mendukung. Yang kata Satya, ini adalah bukti nyata perubahan besar sebenarnya bisa dimulai dari komunitas kecil. Dan kesadaran kolektif itulah yang dicecar oleh Komunitas Pang-Len Community.

Sampai di sini, Satya juga menjelaskan anggaran pembuatan ogoh-ogoh dari komunitasnya tidak menyundul angka yang besar. Hanya sekitar tiga juta lima ratus rupiah dihabiskan. Tentu angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan karya lain yang justru bisa mencapai puluhan juta bahkan mentok sampai seratus juta.

“Sedang kami mengandalkan kratifitas dalam memanfaatkan barang bekas,” lanjut Satya.

Ada banyak tantangan dan kesulitan dalam proses penciptaan selama satu bulan. Projek ini dikompres secara biaya dan waktu—diselesaikan di sela kesibukan masing-masing, karena nyaris semua yang mengerjakan adalah anak sekolah. Sehingga mereka harus menyesuaikan dengan jadwal masing-masing.

Siang hari, melewati sore, menutup malam—jika ada waktu luang. Begitulah orang-orang itu berkumpul dan bekerja bersama.

Proses pembuatan ogoh-ogoh dari bahan bekas anorganik| foto Kadek Satya Saputra

Dan bagaimana detail dan skala proyek, ogoh-ogoh “Ulan Manuse” juga tidak hanya mementingkan esensi, tetapi estetika juga dipertahankan sekuat tenaga. Detail anatomi tubuh monster itu ditilik secara serius.

Tinggi ogoh-ogoh sekitar 5 meter, dan lebar 3,5 meter dengan berat sekitar 700 Kilogram. Dan bagaimana lidah yang menjulur secara detail dibentuk, juga kuku yang tajam dan serat kulit dari wajah yang mengerikan itu dirapal oleh tangan-tangan terampil anak muda, tanpa intervensi orang dewasa.

“Kami berharap karya ini tidak hanya memukau secara visual saja, tetapi juga bisa mengetuk hati setiap orang yang melihatnya. Jangan sampai kita menunggu hingga bumi benar-benar murka baru kita mulai bergerak!” harap Satya mewakilkan harapan teman-temannya.

Di tanggal 28 Maret mendatang, ogoh-ogoh ini akan diarak dari lapangan Desa Kubutambahan menuju setra di desa itu, dan dibakar setelah hari raya nyepi selesai.

Selamat Hari Raya Nyepi, Semeton. Melalui ogoh-ogoh, selamat membunuh kenasklengan di dalam diri… [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

Ogoh-Ogoh, Nyepi, dan Idulfitri
SOMYA DAN ŚŪNYA: Yang Terlupakan dari Gemuruh Euforia Ogoh-Ogoh
Buleleng pun Punya Seniman Ogoh-ogoh dengan Karya yang Keren : Juni Pariawan dari Bengkala
“Meamuk-amukan” di Padangbulia: Percik Amarah yang Padam oleh Percik Api
Ogoh-Ogoh, Arena Kreativitas Kolektif Anak Muda Bali : Inovasi dari Tahun ke Tahun

Tags: desa kubutambahanHari Raya Nyepiogoh-ogoh
Previous Post

Ini Refleksi, Bukan Ramalan : Catatan Pentas Komunitas Aghumi di “Bali Berkisah 2025”

Next Post

Sutjidra-Supriatna Prioritaskan Pembangunan di Lima Bidang di Buleleng, Bidang Nyata dan Realistis

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Sutjidra-Supriatna Prioritaskan Pembangunan di Lima Bidang di Buleleng, Bidang Nyata dan Realistis

Sutjidra-Supriatna Prioritaskan Pembangunan di Lima Bidang di Buleleng, Bidang Nyata dan Realistis

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co