24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Kiri” Ayah

Angga WijayabyAngga Wijaya
February 6, 2025
inEsai
Telenovela

Angga Wijaya

SEWAKTU film GIE (2005) aku ingin putar di rumah, ayah angkatku terlihat tidak suka. Soe Hok-Gie dianggapnya sebagai tokoh penyebab kejatuhan Sukarno, yang kala itu adalah presiden Republik Indonesia. Meski begitu, film itu tetap aku tonton bersama keponakanku; berharap ia melek sejarah, betapa pentingnya buku-buku dan kebiasaan menulis. Dari sana ia terinspirasi untuk kuliah di Yogyakarta. Selanjutnya dia mendapat beasiswa studi ke luar negeri.

Ayah angkat saya pengagum berat Sukarno. Tidak aneh kemudian, ia membenci segala hal yang ‘anti-Sukarno’, termasuk film GIE yang berhasil dan sangat baik menggambarkan tokoh mahasiswa dan aktivis muda Soe-Hok Gie. Ayah tidak mau tahu. Mungkin beliau tahu melalui buku atau bacaan tentang kekecewaan Soe-Hok Gie—meskipun telah turut berhasil menumbangkan Orde Lama, Orde Baru kemudian tidak kalah ‘rusak’, bobrok, dan buruk juga.

Dari ayah, aku mengetahui banyak cerita masa lalu, termasuk soal tragedi 1965/66 yang mana Jembrana, kampung halamanku, korban ‘genosida’ paling banyak di Bali. Aku yang saat itu masih duduk di sekolah dasar bergidik ngeri mendengar cerita pembunuhan orang-orang tidak bersalah yang karena hasutan dituduh anggota maupun simpatisan partai yang berhalauan ‘kiri’.

Keluarga besar kami bukan bagian dari partai tersebut, tidak juga terlibat dalam huru-hara politik masa itu. Salah seorang paman yang menjadi kepala desa waktu itu, bahkan banyak “menyelamatkan” warga yang masuk daftar orang yang “kena garis”—pantas dihabisi, tanpa pengadilan, apalagi kesempatan untuk membela diri di depan hukum.

Dengan setengah berbisik, ayah angkat saya seperti takut untuk berbicara tentang tragedi 1965/66. Itu pula yang saya rasakan saat beliau diwawancarai oleh kakak kelas saya pada jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Sastra Universitas Udayana, yang melakukan penelitian tentang kekerasan di Bali untuk tugas akhirnya. Saya pun waktu itu mengantarnya bertemu beberapa informan yang telah berusia lanjut untuk diwawancarai perihal tragedi yang dalam hitungan ‘kasar’ telah menewaskan sebanyak 80.000 orang di Pulau Bali.

Secara tidak langsung, ayah angkat saya banyak menyematkan pemikiran-pemikiran ‘kiri’. Tentu yang dimaksud tidak selalu berkonotasi misalnya pada komunisme atau sosialisme. Ayah seperti ingin mengajarkan saya sejak dini tentang nilai-nilai keadilan, yang perlu terus untuk diperjuangkan dalam hidup manusia.

Meski tidak menyebut nama penulis atau pemikir seperti Pramoedya Ananta Toer atau Karl Marx, saya tahu kemudian hari apa yang sering ayah ceritakan pada saya agaknya bersumber dari buku-buku yang pernah beliau baca. Seperti pendongeng, beliau mengambil intisari pemikiran untuk kemudian diolah dan diceritakan kembali dengan bahasa yang mudah dipahami. “Kiri” yang tidak terdengar berat, berbahaya, apalagi perlu diwaspadai karena salah dan “jahat”.

Ayah angkat saya pernah menjadi tenaga administrasi di kantor kelurahan. Beliau juga editor bagi tulisan-tulisan kakaknya yang dikenal sebagai penulis sejarah di Jembrana. Sebelum mengirim tulisan ke koran, paman memperlihatkan pada ayah jikalau ada tanda baca, kata atau kalimat yang perlu diperbaiki, tentu dengan tanpa mengubah isi tulisan.

Pengetahuan beliau luas. Kegemaran membaca dan mendengar radio siaran luar negeri punya andil sehingga beliau selalu tahu apa yang terjadi pada banyak belahan dunia. Lalu menyampaikannya dengan gaya bicara yang meyakinkan dan menarik. Sehingga kami, anak dan cucu-cucunya, selalu ingin tahu apa kelanjutan yang beliau sedang bicarakan.

Generasi “lama” dan kini telah hilang yang hidup pada beberapa zaman bisa jadi hanya tinggal cerita; bagaimana sistem pendidikan di masa lalu berhasil membentuk pribadi yang kritis juga cerdas. Pola pendidikan Belanda turut berperan menghasilkan generasi yang berpikiran terbuka, suka akan pengetahuan baru, dan kerelaan serta kesukaan untuk berbagi ilmu.

Hal-hal tersebut yang kini sulit ditemui pada generasi sekarang di Indonesia. Minat baca buku menurun, kecanduan media sosial, kemampuan analisa yang rendah menjadi PR bersama tidak hanya bagi pendidik tapi juga para orang tua di rumah.

Hidup di dunia digital menjadi pilihan anak-anak dan remaja kita. Pengetahuan bahkan “banjir informasi” membuat berbagai penyakit mental menghantui seperti overthinking, stress, gangguan panik/cemas, depresi bahkan gangguan jiwa berat seperti skizofrenia kini kian menjadi biasa.

Meski demikian, terdapat harapan jika kita melihat konten-konten baik itu teks atau video tentang ilmu dan buku-buku filsafat yang disajikan oleh anak-anak muda di media sosial. Itu akan menjadi bekal yang baik sehingga generasi muda kita mampu berpikir dan bersikap kritis tentang hal-hal yang ada di sekitar kehidupan mereka, misalnya saja tentang identitas, krisis jiwa, atau kesadaran akan hidup yang lebih berarti sebagai manusia. Filsafat juga bahkan akan mempertanyakan apa yang kita pikirkan karena ia berangkat dari keraguan. Sehingga, orang tidak mudah melabeli mereka yang membaca buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer sebagai “orang kiri” apalagi “komunis” hanya karena buku-buku tersebut pernah dilarang di Indonesia. Tuduhan dan hasutan yang bercampur sentimen pribadi dan kelompok, hanya akan membawa duka dan air mata; sesama saudara saling tikam dan bunuh, seperti tragedi 1965/66. Semoga kita semua mau belajar dari kejadian masa lalu. [T]

Penulis: Angga Wijaya
Editor: Adnyana Ole


BACA artikel lain dari penulis ANGGA WIJAYA

Kita Semua Berdagang
Ibu Menemaniku Saat Skizofrenia Mendera
Pekerja Anak Dalam Kenangan
“Galbay” di Negeri “Wakanda”: Sebuah Renungan
Setelah Suami Berpulang
Enam Bulan Kerinduan
Tags: KiriKomunisPramoedya Ananta ToerPramudya Ananta ToerSoe Hok Gie
Previous Post

“Culture Shock” Mahasiswa Bali di Yogyakarta: Makanan Murah yang Bisa Bikin Boros dan Lain-lain

Next Post

Kampusku Sarang Hantu [6]: Akik Keramat Dosen

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [6]: Akik Keramat Dosen

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Storynomics Tourism”: Tutur Cerita dalam Wisata

by Chusmeru
May 24, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

BANYAK pertimbangan wisatawan berkunjung ke satu destinasi wisata. Selain potensi alam dan budayanya, daya tarik destinasi wisata terletak pada kelengkapan...

Read more

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co