MADE Astika, atau dengan gelar lengkap Made Astika, S.Pd., M.M., adalah Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) yang pada 1 Januari 2025 mulai menjalani masa purnatugas. Ia sudah 23 tahun mengabdikan diri di lembaga pemerintahan, dari mulai menjadi staf, kepala biro—hingga menjadi kepala dinas tahun 2020, dan 31 Desember 2024—adalah hari terakhirnya dalam tugas. Ia purnatugas dengan sangat hormat.
Sebelum benar-benar out dari ruang kerja, ia mengundang wartawan dalam acara ramah tamah di akhir tahun di kantor tempatnya bertugas, di Dinas Pendidikan Buleleng, Jalan Pahlawan Singaraja, Selasa, 31 Desember 2024.
Di sebuah sofa, ia tampak santai bernyanyi (karaokean) dengan wartawan lain dan beberapa stafnya. Lagu yang ia nyanyikan berjudul “Kemesraan” ciptaan Franky Sahilatua yang dipopulerkan Iwan Fals. Tampaknya, orang-orang yang hadir di sana cukup menikmati suara emas milik Astika.
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin kukenang selalu
Hatiku damai jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai jiwaku tentram bersamamu
Lagu itu dinyanyikannya cukup bisa menghanyutkan suasana. Terasa bagaimana lelaki itu memiliki banyak kenangan selama mengabdikan dirinya bertugas di Disdikpora.
Astika—atau Made Astika lahir di Buleleng, 31 Desember 1964 dan tinggal di Jalan Gunung Rinjani, Kel. Banjar Tegal, Singaraja. Di sana ia tinggal bersama sang istri, Luh Pujiastini dan dua anaknya; Made Yogi Prastika AP dan Komang Wahyu Candra Prastika.
Made Astika sedang diwawancarai wartawan | Foto: tatkala.co/Son
Ia pernah sekolah di SD Banyupoh (1979), SMPN 1 Gerokgak (1982), SMAN 1 Seririt (1985), D-II Matematika Universitas Udayana (1987), dan Pendidikan Matematika IKIP Saraswati Tabanan (1997). Dan, S2 ditamatkan di Universitas Putra Bangsa jurusan Magister Manajemen (2004)
Berbicara karir di dunia pendidikan setelah lulus kuliah, Made Astika cukup beruntung. Pada 1 Maret 1988—atau setahun setelah kelulusannya menjadi awal pengangkatan dirinya sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) dan mendapat tugas pertama di SMPN 3 Banjar. Menjadi seorang pengajar, yang namanya protes wali murid, pula berbagai macam karakter murid itu sendiri, telah menjadi tantangan tersendiri sebagai pengajar waktu itu.
Kemudian Misbar (Mutasi Instansi Baru) ke SMA Negri 1 Gerokgak sampai dengan tahun 2001. Di tahun itu juga, Astika kemudian ditarik ke Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng karena dianggap mumpuni.
“Waktu itu, Dinas Pendidikan itu baru terbentuk, marger dengan Kandepdikbud Kabupaten Buleleng dengan Dinas Pengajaran Pemerintah Kabupaten Buleleng,” katanya.
Dinas pendidikan waktu itu, menjalankan dua urusan yang berbeda. Yaitu urusan pemerintahan di bidang pendidikan, dan urusan pemerintahan di bidang pemuda dan keolahragaan. Selama delapan tahun ia menjadi staf..
Dari mulai menjadi staf GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan) Tetap Pendidikan Dasar serta Pendidikan Menengah, hingga terakhir di bidang Pendidikan Non Formal Pemuda dan Olahraga.
Kemudian di tahun 2008, ia dipercaya oleh kadis baru—yang baru dilantik waktu itu untuk mengemban tugas menjadi kepala Sub Bagian Perencanaan. Posisi itu ia jalankan sampai pada tahun 2013. Sementara di tahun 2017, ia kemudian dinaikkan jabatannya untuk menjadi Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar sampai tahun 2019.
Setelah itu, ia diangkat menjadi sekretaris sekaligus menjadi kadis (semacam PJ), yang akhirnya ditetapkan sebagai kadis secara sah pada masa bakti 2020, hingga bertugas sampai tahun 2024.
Made Astika saat menerima penghargaan | Foto: Ist
Selama menjabat menjadi Kadis, ada banyak perolehan prestasi yang ia raih dalam menahkodai Disdikpora Kabupaten Buleleng dalam kurun lima tahun. Antara lain, Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar tahun 2024, Apresiasi Kategori Pemerintah Daerah Cerdas Berkarakter 2024, Juara 3 Lomba Website Lingkup Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Penghargaan Unit Pelayanan Publik dengan Kualitas Tertinggi dalam Penilaian pelayanan publik yang bekerja sama dengan perwakilan Ombudsman RI Provinsi Bali 2024 dan lain sebagainya.
Apa yang membuatnya meraih itu, tidak terlepas dari kerja kerasnya yang ia sebut tiga kartu AS, yaitu Bekerja Keras, Cerdas, dan Ikhlas.
“Itu moto saya saat bertugas. Tentu, tidak terlepas juga dari para staf yang memiliki etos kerja dan semangat yang sama selama menjalankan tugas,” kata lelaki itu.
Selain dikenal memiliki semangat etos kerja yang mantap. Astika juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang mengayomi, ramah dan tak pernah marah-marah. Baik. Loyal. Sehingga membekas di hati para stafnya, sebagaimana dirasakan oleh Gede Agus Muliawan—salah satu stafnya.
Agus memiliki kesan baik selama empat tahun bertugas dengan Astika, ia mengaku nyaman saat dipimpin oleh Astika, karena ya itu, tidak suka marah-marah. Chill.
“Tapi sing (tidak) main-main dalam hal bekerja,” tegas Agus.
Walaupun kini Made Astika sudah berusia 60 tahun, setelah dipurnakan, ia mengaku akan mencoba menawarkan diri jadi anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng selagi masih ada slot kosong. Di sini, lelaki itu—seperti memberi satu pesan bahwa, mengabdi pada pendidikan tidak ada pensiunnya. Tentu, selagi bisa dan kuat, dan semoga berhasil. Selamat purna tugas, selamat berjuang kembali… [T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole