18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dunia Maya atau Dunia Nyata? Tren Media Sosial 2025

Petrus Imam Prawoto JatibyPetrus Imam Prawoto Jati
December 28, 2024
inEsai
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

Petrus Imam Prawoto Jati

PARA pembaca yang budiman, sebentar lagi kita meninggalkan tahun 2024 menuju 2025. Media sosial akan terus menjadi panggung utama bagi dinamika kehidupan kita, masyarakat modern, dengan tren yang mendominasi yaitu konten berbasis FOMO (Fear of Missing Out) dan YOLO (You Only Live Once).

Algoritma platform digital selama ini telah memanjakan audiens dengan suguhan gaya hidup hedonis dan konsumtif. Konten perjalanan dan trip liburan yang mewah, sampai pada tantangan viral yang sering kali tidak masuk di akal. Misalnya, tantangan travel goals di TikTok yang menampilkan video liburan ke destinasi mahal macam Maldives atau Swiss. Sebagai pemanis, dibumbui dengan narasi “hidup hanya sekali.”

Meski menarik perhatian, tren ini justru memunculkan tekanan bagi mereka yang merasa hidupnya kurang “sempurna”, karena selalu dibandingkan dengan apa yang dilihat pada konten. Jadi di balik konten-konten menarik itu, mulai muncul hantu baru modern, yaitu tekanan mental dan budaya konsumsi berlebihan yang menjangkiti masyarakat.

Mengapa tren ini perlu kita cermati dan evaluasi? Karena media sosial bukan hanya cerminan aspirasi manusia, tetapi sekaligus adalah pembentuk pola pikir dan gaya hidup. Ketika seseorang terus menerus disuguhi konten atau dengan sengaja mencari konten seperti unboxing barang-barang mewah atau video day in the life dengan aktivitas yang serba eksklusif, standar kebahagiaannya bias. Misalnya nih, seorang remaja yang belum memiliki penghasilan, mungkin merasa ada tuntutan harus memiliki barang-barang dengan merek tertentu agar bisa”diterima” di lingkungannya.

 Platform media sosial yang mengutamakan interaksi berbasis like dan share, secara halus dan bawah sadar akan mendorong pengguna untuk memposting sesuatu yang dianggap menarik oleh masyarakat luas, meskipun itu bukan representasi kehidupan mereka yang sesungguhnya. Dampaknya tidak hanya berhenti pada soal membuat konten, tetapi juga meluas hingga pada cara kita memandang kebahagiaan, pencapaian, dan relasi sosial.

Kita mulai mengukur kebahagiaan berdasarkan jumlah likes, dan hubungan sosial diwarnai oleh keinginan untuk menunjukkan citra yang sempurna.  Inilah hantu baru kita semua. Oleh karena itu, diperlukan adanya kesadaran kolektif untuk menggunakan media sosial dengan bijak, mengingat dampaknya yang sangat signifikan terhadap kesejahteraan mental dan sosial masyarakat.

Tren Media Sosial 2024 dan Pergeseran di Tahun 2025

FOMO adalah suatu perasaan ketakutan ketinggalan momen, sedangkan YOLO menekankan pada prinsip hidup sekali yang sering kali diterjemahkan sebagai pembenaran suatu keputusan impulsif. Dalam media sosial, keduanya menjelma menjadi fenomena konten yang mendominasi, seperti pamer liburan eksotis, belanja barang bermerek, hingga tantangan viral yang memikat perhatian.

Namun, konsekuensinya jelas, meningkatnya tekanan sosial untuk selalu relevan di media sosial. Pengguna merasa harus mengikuti tren, jika tidak, akan berisiko dianggap ketinggalan zaman. Lonjakan perilaku konsumtif dan instan pun tak terhindarkan. Generasi muda, khususnya, sering terjebak dalam spiral pembandingan sosial yang melelahkan, bahkan mengganggu kesehatan mental mereka.

Media sosial, yang selama ini menjadi pusat interaksi digital, sepertinya kini akan menghadapi momen penting. Tahun 2025 diprediksi menjadi era transformasi besar, di mana kelelahan digital, digital fatigue, akan adanya suatu mendorong perubahan cara kita berinteraksi dengan dunia maya.

Tren-tren baru yang lebih sadar, reflektif, dan harmonis, mulai menarik perhatian msyarakat luas seperti JOMO (Joy of Missing Out), hidup hemat (frugal living), dan hidup lambat (slow living).  Pergeseran ini akan lebih mengarahkan cara pandang tentang siapa kita sebagai manusia di era modern, dan bagaimana kita mencari makna baru dalam kehidupan.

JOMO bisa dianggap sebagai simbol perayaan atas ketidakhadiran. Hal ini menarik, karena di tengah obsesi untuk terus terkoneksi dan mengikuti setiap tren, JOMO justru mengajak kita untuk menemukan kebahagiaan dalam kesendirian dan melakukan detoks digital.

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Guy Debord. Dalam The Society of the Spectacle, buku lama tahun 1967, Debord telah membahas bagaimana masyarakat modern, relate seperti kita ini, telah beralih dari pengalaman langsung ke pengalaman gambar dan representasi. Media sosial saat ini membuktikan gagasan lama ini, di mana “kehadiran” seseorang sering kali hanya berupa citra yang dipoles, sementara kehidupan yang senyatanya bisa jadi, lebih sunyi atau bahkan penuh dengan ketidakhadiran yang bermakna.

 Coba para pembaca yang budiman bayangkan, betapa damainya menikmati pagi dengan secangkir kopi tanpa distraksi notifikasi atau hiruk-pikuk media sosial.  Kita terkoneksi dengan diri, lingkungan dan waktu yang dialami.  Pesan dari JOMO sangat sederhana, kebahagiaan bukan tentang menjadi bagian dari segalanya, tetapi tentang menemukan momen-momen kecil yang berarti, yang jauh dari hiruk-pikuk dunia maya.

Hidup hemat kini juga bukan sekadar strategi bertahan di tengah krisis ekonomi global. Lebih jauh lagi, merupakan suatu bentuk pemberontakan terhadap gaya hidup konsumtif yang selama ini dipromosikan media sosial. Frugal living mengajarkan bahwa kesederhanaan dan efisiensi adalah sumber kebahagiaan yang autentik.

Dalam tren ini, orang merayakan kreativitas melalui DIY, Do It Yourself, seperti mengubah pakaian lama menjadi sesuatu yang baru atau menciptakan dekorasi rumah dari bahan daur ulang. Tidak hanya sekadar mengurangi beban finansial biar irit, hidup hemat juga menyuarakan pentingnya keberlanjutan lingkungan. Dengan langkah-langkah kecil itu, kita bisa merasakn hidup yang lebih bermakna, sekaligus menjaga bumi.

Hidup lambat adalah ajakan untuk melambat, kembali menghargai waktu dan menikmatinya. Filosofi ini menawarkan cara pandang baru tentang bagaimana menikmati hidup tanpa terburu-buru. Di era yang serba cepat, slow living adalah undangan untuk menjalani rutinitas sederhana seperti membaca buku, berkebun, atau menikmati alam tanpa gangguan teknologi. Ini adalah tentang kembali pada kesadaran penuh akan momen, menghargai proses, dan melepaskan tekanan untuk selalu bergerak maju.

Slow living mengingatkan kita bahwa hidup bukanlah perlombaan, melainkan perjalanan yang layak dinikmati. Søren Kierkegaard seorang filsuf Denmark, menilik hal ini dengan jitu.Kierkegaard menekankan pentingnya keheningan dan introspeksi sebagai cara untuk memahami diri sendiri. Dalam konteks modern, ketidakhadiran di media sosial dapat dilihat sebagai ruang untuk merenung dan menghindari tekanan sosial yang sering kali dangkal. Suatu tantangan sebenarnya jika kita melihat tren masyarakat selama beberapa tahun belakangan ini.

Transformasi ini tidak datang begitu saja tanpa alasan. Kelelahan digital telah membuat banyak orang mulai merasa jenuh dan membutuhkan jeda dari layar. Di sisi lain, kesadaran akan krisis ekonomi global yang mengancam dan pentingnya keberlanjutan lingkungan juga memainkan peran penting.

 Lebih dari itu, akan ada perubahan mendasar dalam cara kita memandang kebahagiaan. Orang mulai menyadari bahwa keseimbangan emosional dan mental jauh lebih berarti dibandingkan pencapaian material atau sekadar hal sepele seperti jumlah “like” di media sosial.

Resolusi Tahun Depan

Tren-tren ini adalah cerminan dari kebutuhan kita untuk kembali ke hal-hal yang esensial dalam hidup ini. Tahun 2025 bisa jadi menjadi awal dari perjalanan kita menuju kehidupan yang lebih autentik dan seimbang.  

Transformasi tren dari FOMO dan YOLO ke JOMO, frugal living, dan slow living bukan sekadar perubahan gaya hidup, tetapi cerminan evolusi kebutuhan emosional dan sosial masyarakat. Ke depan, diperlukan kolaborasi antara platform media sosial dan penggunanya untuk menciptakan ekosistem konten yang lebih sehat, berkelanjutan, dan bermakna.

 Media sosial harus ditempatkan sebagai sarana memperkuat kesejahteraan kolektif, bukan sekadar arena untuk mengejar pengakuan semu. Musti muncul adanya kesadaran bahwa teknologi hanyalah alat, dan kita adalah pengemudi dari perjalanan fana ini. Tahun baru adalah undangan untuk kembali ke inti dari siapa kita sebenarnya, yaitu manusia yang berdaya upaya untuk menciptakan suatu kehidupan yang bermakna.

Mencoba untuk tidak selalu hadir di media sosial, bisa menjadi cara untuk merebut kembali kontrol atas hidup dan lebih memprioritaskan pengalaman nyata. Pilihan akan selalu ada di tangan Anda. Selamat tinggal tahun 2024, selamat menyongsong tahun baru 2025. [T]

BACA artikel lain dari penulis PETRUS IMAM PRAWOTO JATI

Renungan Natal: Membunuh Tuhan dengan Algoritma
Dunia Tanpa Ampun: Ketika Jejak Digital Menghakimi Anda
TikTok, Generasi Muda, dan Identitas Digital yang Terkonstruksi
Memaknai Foto sebagai Narasi Identitas, Sosial, dan Budaya
ASMR: Hiburan, Manipulasi, dan Refleksi atas Kehidupan Modern
Merandai Cakrawala Sinema: Membangun Karakter Generasi Milenial hingga Alpha
Tags: Dunia Mayamedia sosial
Previous Post

Aktivisme Mahasiswa dan Judi Online

Next Post

I Made Putra Wijaya, Seniman Tari dari Desa Peliatan: Antara Pengabdian dan Penghargaan

Petrus Imam Prawoto Jati

Petrus Imam Prawoto Jati

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

Next Post
I Made Putra Wijaya, Seniman Tari dari Desa Peliatan: Antara Pengabdian dan Penghargaan

I Made Putra Wijaya, Seniman Tari dari Desa Peliatan: Antara Pengabdian dan Penghargaan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co