2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Madura dan Koreografi Pinggirannya yang Menggugat

Arif WibowobyArif Wibowo
December 27, 2024
inUlas Pentas
Madura dan Koreografi Pinggirannya yang Menggugat

Pertunjukan "Meksiko, Meksiko, Meksiko". Koreografer: Shohifur Ridho’i. Foto: Amrita Dharma.

“Kita semua adalah kuli…”

Adalah kata-kata yang melekat di benak kepala saya yang ketika pernyataan ini disampaikan oleh Shohifur Ridho’i melalui speaker megaphone yang dibawanya. Menjelang akhir pertunjukan, Ridho membawakan narasi sejarah panjang tentang sejarah migrasi orang-orang Madura sejak zaman Kolonial, khususnya di Pulau Jawa. Melalui pertujunjukan Meksiko, Meksiko, Meksiko, Ridho berupaya membongkar ulang fenomena koreografi Jamet Kuproy yang berkembang di kalangan anak muda Madura Kontemporer. Di balik tarian Jamet Kuproy tersimpan relik-relik arsip tentang gugatan atas kelas dan identitas yang selama ini dianggap liyan. “Kita semua adalah kuli”, memantik kesadaran para penonton melihat kembali ke-kulian-nya di tengah ketakberdayaanya atas, ketimpangan kelas, hegemoni dan kekuasaan suprastruktur dan kapitalisme akut yang membelenggu.

***

APA yang Anda bayangkan dengan tarian Jamet Kuproy dari Madura yang cukup viral beberapa waktu lalu itu? Tarian ini cukup viral di platform media sosial itu, salah satunya Boger Bajinov dengan follower mencapai 35 ribu. Sambil menonton pertunjukan ini dalam hati saya bergumam, akhirnya orang-orang kota ini juga bisa larut dalam tarian ini melalui pertunjukkan bertajuk Meksiko, Meksiko, Meksiko yang tampil pada B-PART ((Bali Performing Arts Meeting) 2024 pada Sabtu (30/11/2024). Betapa tidak, yang saya tahu tarian Jamet Kuproy ini begitu banyak mengundang cibiran negatif dengan citra ndeso-nya oleh komentar netizen.

Pertunjukan Meksiko, Meksiko, Meksiko digagas oleh Shohifur Ridho’i, seniman asal Madura yang menempa kesenimanan-nya di Yogyakarta.  Karya ini berangkat dari fenomena tarian Jamet Kuproy yang berkembang di kalangan anak muda Madura belakangan ini. Fenomena koreografi ini berkembang secara vernakular di tengah kehidupan anak muda yang dianggap pinggiran. Melalui penyelidikan artistik menggunakan modus salin-tinampil (reenactment), Ridho mencoba mengembangkan tarian ini menyentuh dimensi politis dari kolektifitas Jamet Kuproy.

Karya ini lahir dari proses pengembangan artistik melalui program PAIRING (Performing Arts Incubation Trajectory) salah satu dari rangkaian program Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON) 2024. Ridho mengembangkan pertunjukan ini berkoloborasi bersama Agus Wiratama (Bali) sebagai produser dan Raymizard Alifian Firmansyah sebagai periset. Sedangkan pada pemanggungan pada BPART 2024, ia berkolaborasi  bersama seniman Bali,  Adi Gunawan dan Oka Pratama.

Jamet Kuproy dan Fenomena Kontemporer anak muda Madura

Beberapa waktu lalu, beranda media sosial kita melalui platform TikTok dan Instagram diramaikan oleh video tarian Jamet Kuproy, Pemuda dari Madura bernama Boger Bajinov sapaan populernya. Ia merupakan salah satu sosok yang viral di membawakan tarian ini. Secara rutin, ia dan kawan-kawannya membagikan konten video tarian Jamet di akun pribadanya. Followers dan konten kreator lain pun berdatangan, berkolaborasi membuat konten video sehingga membawanya berada di puncak popularitas. Di tengah popularitasnya itu, juga banyak netizen yang berkomentar miring dengan aksi Boger. Komentar miring itu dilontarkan netizen dengan mengaitkan citra penampilannya yang dinilai pinggiran dalam kacamata standar anak muda perkotaan. Bahkan, komentar stereotype identitas Madura yang dianggap bertolak belakang dengan standar nilai-nilai kejawaan dan perkotaan juga kerap kali hadir mewarnai.

Boger hadir di media sosial tampil apa adanya seperti kebanyakan anak muda di pedesaan Madura. Tampilan dengan kaos over size dan rambut panjang menjadi ciri khasnya yang menonjol. Musik remix DJ dengan beat yang dinamis ala klub malam menjadi pengiring koreografinya yang heroik itu. Penampilan dan cara berpakaian Boger diidentikkan seperti kuli proyek alias “kuproy”.

Ia memanfaatkan ruang-ruang di sekitar tempat tinggalnya untuk menari. Rumah sederhana berdinding batu putih kerap kali mencuri perhatian saya. Batu bata putih itu memang menjadi material bangunan yang umum digunakan oleh masyarakat di Pulau Madura. Bentang alam berkapur menghasilkan material batu bata putih yang melimpah, sehingga masyarakat mudah mendapatkannya. Suasana lansekap pedesaan Madura mewarnai setting pertunjukannya.

Apa hubungan Jamet Kuproy, Madura dan Meksiko?

Tarian Jamet Kuproy merupakan fenomena kontemporer anak muda Madura. Kemudahan akses teknologi informasi dalam genggaman tangan mengakibatkan arus pertukaran informasi begitu cepat melalui media sosial. Latar belakang inilah yang membuat siapa saja bisa menyebarkan ide, gagasan, maupun ekspresi termasuk Boger Bajinov dkk lewat tarian Jamet Kuproy-nya. Julukan Kuproy telah melekat kepada para pegiat koreografi ini. Namun julukan itu sungguh sangat dilematis. Kuproy merujuk stereotyping citra kuli atau pekerja kasar yang merujuk pada pengkategorian kelas sosial sebagai warga kelas dua.

Sejalan dengan itu, Identitas etnis Madura juga kerap kali diidentikkan dengan tatapan negatif baik melalui candaan hingga stigma negatif yang serius. Penggambaran negatif kelompok etnis Madura kerap kali diidentikan dengan karakter yang keras, sulit diatur, udik hingga sering kali menjadi bahan candaan. Fenomena ini terus menerus direproduksi melalui berbagai kanal media dengan beragam medium konten.

Di Surabaya misalnya, stereotyping Madura yang negatif begitu terasa. Surabaya bagian utara yang berhadapan langsung dengan Pulau Madura yang banyak dihuni oleh masyarakat etnis Madura. Surabaya Utara sering disebut sebagai Meksiko-nya Surabaya, atau kadang disebut sebagai blok M yang merujuk pada Madura dan Meksiko. Ada beberapa kesamaan mengapa sebutan Madura ini dikaitkan dengan Meksiko. Antara lain, keberadaan Jembatan Suramadu yang disamakan dengan Golden Gate Bridge di Amerika dimana kawasan ini banyak dihuni warga keturunan Meksiko. Selain itu, Meksiko disamakan dengan Surabaya Utara dengan kondisi kota yang semrawut dipenuhi dengan kendaraan truk yang lalu Lalang[1].

Madura dan Meksiko keduanya sebagai kelompok sosial masyarakat yang memiliki kesamaan latar belakangan sejarah di masa lalu. Di masa kolonial, warga Madura banyak melakukan migrasi ke Jawa tepatnya pada abad 19. Pemerintah Kolonial Belanda memperkerjakan orang-orang Madura sebagai buruh pada industri perkebunan di beberapa wilayah di Jawa Timur[2]. Kehadiran masyarakat etnis Madura di Jawa Timur ini akhirnya juga membentuk formasi etnis Pendhalungan yang muncul atas interaksi sosial dan budaya antara masyarakat Jawa dan Madura[3].

Fenomena rasisme dan diskriminasi juga banyak terjadi di Amerika. Masyarakat Amerika keturunan Meksiko kerap kali menjadi sasaran rasisme dan diskriminasi di negara ini. Gelombang migrasi besar-besaran masyarakat Meksiko ke Amerika terjadi dalam beberapa dekade belakangan. Bahkan, kelompok masyarakat Meksiko menduduki peringkat migran terbesar menduduki angka 23 persen dari total kelompok migran lain[4]. Kedatangan orang-orang Meksiko ke negara adi daya ini juga dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi untuk kehidupan yang lebih baik daripada di negara asalnya.  Kehadiran orang-orang Meksiko yang kemudian mengalami integrasi sosial melalui perkawinan dengan masyarakat kulit putih menghasilkan generasi campuran.

Rasisme dan diskriminasi umumnya terjadi karena adanya sentimen negatif masyarakat kulit putih kepada kelompok diluarnya. Ketidaksetaraan pendidikan juga mempengaruhi masyarakat keturunan Meksiko mendapatkan askes ekonomi dan kesempatannya berpartisipasi pada sektor strategis. Fenomena ini telah melanggengan fenomena diskriminasi dan rasisme terhadap kelompok masyarakat keturunan Meksiko[5].

Sebagai orang Jawa Timur, saya perlu meluruskan tatapan kita tentang Madura. Superioritas Jawa yang selama ini menghegemoni kerap kali menempatkan posisi suborndinat Madura sebagai objek inferior. Walaupun hubungan Jawa – Madura telah terbangun lama, namun pada sebagian masyarakat konservatif masih saja muncul segregasi kebudayaan di antara keduanya. Wacana sejarah yang selama ini diamini juga turut membentuk pandangan inferior terhadap Madura dan para perantaunya. Di kalangan sejarahwan-antropolog seperti Kuntowijoyo misalnya pada karya Madura (2002) yang menulis sejarah Madura dalam bayang-bayang Jawa. Ia menempatkan Jawa pada posisi hirarkis yang lebih tinggi turut membentuk asumsi terhadap sejarah Madura sehingga terjebak dalam kolonialisasi historigrafis. Sebuah problem utama dalam penulisan sejarah di negara pasca-kolonial[6].

Kodifikasi Koreografi Vernakular dan Ruang Negosiasi

Pertunjukan “Meksiko, Meksiko, Meksiko”. Koreografer: Shohifur Ridho’i | Foto: Amrita Dharma

Fenomena tari Jamet Kuproy yang berkembang di kalangan anak muda Madura itu merupakan fenomena tari yang berkembang secara vernakular. Kata vernakular berasal dari bahasa latin “vernaculus” yang berarti lokal, asli atau domestik. Istilah vernakular banyak digunakan di bidang arsitektur, seperti istilah “arsitektur vernakular” yang merujuk pada sistem pengetahuan arsitektur yang diciptakan tanpa tenaga ahli arsitek profesional melainkan tumbuh dari pengetahun masyarakat. Arsitektur vernakular diyakini mamapu beradaptasi pada konteks kesetempatan baik iklim, ekologi maupun nilai ekonomi, sosial dan budaya masyarakat[7].

Meminjam kacamata pengetahuan arsitektur seperti diatas, maka tari Jamet Kuproy merupakan bagian dari produk koreografi vernakular yang tumbuh dari masyarakat yang tidak berlatar belakang pendidikan koreografi secara formal dibawah bimbingan profesional. Namun, justru menjadi fenomena koreografi yang berkembang secara organik di tengah masyarakat.

Ridho sebagai seniman pertunjukan mencoba untuk “meminjam” koreografi ini untuk kemudian dibaca ulang dan direkonstruksi menjadi sebuah pertunjukan yang mampu berbicara secara gamblang hingga menyentuh pada aspek politis-estetis. Jika koreografi Jamet Kuproy yang dibawakan Boger Bajinov tumbuh untuk memenuhi kepentingan praktis kelompok pendukungnya di akar rumput. Maka Koreografi Jamet Kuproy pada pertunjukan Meksiko, Meksiko, Meksiko ini berusaha untuk menegosiasikan kepentingan yang bersifat konstruktif dalam rangka menyusun ulang aspek-aspek yang hadir berkelindan dibalik kemunculan fenomena koreografi Jamet Kuproy. Baik itu pada aspek bentuk dan kosa gerak maupun-aspek “politis-estetis” seperti pesan tentang ketimpangan kelas dan marginalisasi identitas kebudayaan yang selama ini dialami oleh etnis Madura.

Ridho memiliki pengalaman ketubuhan yang melekat sebagai orang Madura (insider) ditengah persinggungannya dengan kehidupan kosmopolitan urban Jogja. Dengan membawa koreografi Jamet Kuproy kepada khalayak yang lebih luas, telah menjembatani koreografi Jamet Kuproy yang selama ini dianggap pinggiran kemudian dapat diterima oleh khalayak urban-terdidik. Tak hanya itu, hadirnya koreografi vernakular yang pinggiran ini ditengah kultur urban ini juga menjadi tamparan atas realitas ketimpangan yang menganga lebar. Karya ini menjadi ruang negosiasi untuk menghadirkan pertunjukan yang menampar dengan mengkompromikan estetika kota-desa, terdidik-tak terdidik, Jawa-Madura, elit-pinggiran.

Sebagai catatan, alangkah menariknya jika pertunjukan juga menghadirkan representasi penari atau penampil yang berakar. Misalnya Boger Bajinov sebagai pelaku utama yang bersuara dalam pertunjukan ini. Selain itu, sebagai upaya kodifikasi, perlu adanya babak yang membongkar anatomi kosa gerak koreografi Jamet Kuproy yang dipresentasikan kepada khalayak untuk memahami dan mengiterpretasi tarian Jamet Kuproy ini secara komprehensif.

Terlepas dari catatan diatas, karya ini memberikan keseriuasan dalam upaya membaca peluang koreografi kontemporer yang dianggap pinggiran atau koreografi vernakular menjadi sebuah rangkaian repertoar yang mampu menegosiasikan posisinya sebagai gagasan artistik yang diterima khalayak lebih luas. Lebih dari itu, penonton diajak lebih dekat memahami Madura ditengah tatapan bias yang selama ini dihadapi oleh komunitasnya. [T]

  • Ulasan pertunjukan ini ditulis dibawah program Arts Equator Fellowship 2024

[1] “Dilema Surabaya Utara : Dijuluki Meksikonya Surabaya dan Identik dengan Hal Negatif” : https://mojok.co/terminal/dilema-kawasan-surabaya-utara/

[2] Muji Hartanto, “Migarsi Orang-Orang Madura di Ujung Timur Jawa Timur: Suatu Kajian Sosial-Ekonomi”, Jurnal ISTORIA, Vol.8 No.1 (2010).

[3] Mochamad Ilham, Orang Pendalungan (Jakarta: Penerbit BRIN, 2024), hlm.35-39.

[4] Mexican Immigrants in the United States : https://www.migrationpolicy.org/article/mexican-immigrants-united-states

[5] Vilma Ortiz dan Edward Telles, “Racial Indentity and Racial Treatment of Mexican Americans”, National Institite of Health, Race Soc Probl. 2012 April ; 4(1): . doi:10.1007/s12552-012-9064-8.

[6] Syaiful Anam, Demaduralogi: Manusia Madura, Kemewaktuan, dan Memori (Malang: Edisi Mori, 2023), hlm. 8.

[7] Ira Mentayani, Ikaputra dan Putri Rahima Muthia, “Menggali Makna Arsitektur Vernakular: Ranah, Unsur, dan Aspek-Aspek Vernakularitas”, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017, hlm. 109.

  • BACA artikel lain dariARIF WIBOWO
Performance “Batu” : Ketika Perempuan Menatap Tubuhnya Sendiri
Ritus Tari Seblang Bakungan dan Imaji Kontemporer Masyarakat Pedesaan di Masa Lalu
Menghidupkan Spirit Marya dan Pernik Estetika Festival sebagai Ruang Alternatif Seni Pertunjukan Bali
Pandangan Atas Tanah Dulu dan Kini : Catatan Repertoar Tari “Sejak Padi Mengakar”

Tags: B-PartMadurapeformance artseni pertunjukanseni tari
Previous Post

“Peta Tanpa Arah”, Pameran Seni Rupa Mahasiswa Undiksha dengan Beragam Gagasan Kritis

Next Post

Benarkah Laki-Laki Tidak Perlu Bercerita?

Arif Wibowo

Arif Wibowo

Lulusan Sarjana Arsitektur yang tertarik dengan isu-isu ketimpangan sosial dan lingkungan perkotaan sehingga lebih memilih untuk terlibat pada praktik arsitektur lansekap yang berfokus pada perancangan ruang publik dengan harapan semakin banyak ruang hijau di kawasan kota. Selain itu ia juga gemar menikmati seni tari, pertunjukan dan musik tradisi khususnya di Jawa dan Bali.

Next Post
Benarkah Laki-Laki Tidak Perlu Bercerita?

Benarkah Laki-Laki Tidak Perlu Bercerita?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co