SETELAH dipentaskan pada hari Rabu 21 Agustus 2024 di Living World, drama tari berjudul “Kesempatan Kedua” kembali memukau penonton di Banyuwangi Festival di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat, 11 Oktober 2024 malam.
Drama ini mengisahkan sejarah kehidupan Ajamila, seorang tokoh dalam kitab Purana Srimad Bhagavatam skanda 6.1, dengan paduan tari tradisional dan inovasi modern yang menyentuh hati.
Diseminasi P2DSD (Penelitian, Penciptaan, Diseminasi, Seni – Desain) drama tari ini diselenggarakan pada Festival Alas Purwo Ekstravaganza, rangkaian acara dari 79 event Banyuwangi Festival 2024 yang diselenggarakan di wilayah selatan yakni di daerah pemangku hutan Alas Purwo.
Sebagai pelaksana kegiatan Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir dan ketua pelaksana Punjul Ismuwardoyo S.Sn, yang menjadi mitra kegiatan diseminasi ini. Alas purwo ekstravaganza digelar selama sepekan dari 6-12 Oktober 2024 di RTH (Ruang Terbuka Hijau) Purwoasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.
“Penonton sangat puas menyaksiakan drama tari ini yang susunan dramatik per adegan dan musik iringannya di garap dengan apik,” kata Punjul.
Drama tari ini digarap oleh Ni Wayan Mudiasih sebagai penulis naskah, Ketut Sumerjana sebagai komposer, dan Diah Pramanasari sebagai koreografer. Karya ini melibatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan (PSP) Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar serta alumni Program Studi Seni Program Magister ISI Denpasar, dan dosen. Karya ini didanai oleh dari DIPA ISI Denpasar melalui program P2DSD (Penelitian, Penciptaan, Diseminasi, Seni – Desain).
“Kesempatan Kedua” adalah sebuah kisah yang menggugah tentang pengkhianatan Ajamila terhadap istrinya, Visvajyoti. Dalam perjalanan hidupnya yang penuh kesalahan, Ajamila menemukan harapan baru saat di ambang kematian ia memanggil nama putranya, Narayana. Seruan ini, yang juga didengar oleh Sri Narayana, menjadi titik balik bagi Ajamila, mengajarkan kita bahwa meskipun manusia sering terjerat dalam kesalahan, dengan tulus memanggil nama Tuhan, pertobatan yang tulus, dan tekad untuk memperbaiki diri, kita bisa meraih kemuliaan.
Pementasan ini tidak hanya menggambarkan perjalanan Ajamila yang mendalam, tetapi juga menyampaikan pesan universal tentang pentingnya kesempatan untuk memperbaiki diri dan mencari pengampunan.
Sambutan hangat dari penonton menunjukkan bahwa karya ini berhasil menyentuh hati banyak orang. Keberhasilan acara ini diharapkan dapat memicu lebih banyak pementasan seni yang menyentuh, menginspirasi, dan memberikan kesempatan bagi generasi mendatang untuk mengeksplorasi dunia seni pertunjukan, terutama dalam tema spiritual yang sarat makna. [T]