Mari Berjumpa Selepas Kita Bekerja Keras
: MW
mari berjumpa
selepas kita bekerja
keras. selepas semua
tugas-tugas kita
tuntas. lepas satu-satu
topeng besimu. tunjukan
padaku wajah aslimu:
jenuhmu pada sistem sif
galaumu pada jadwal padat
muakmu pada kapitalisme
yang tengik & sebagainya
& sebagainya. jangan
mengawetkan nota barang
hilang di kepalamu. seperti
uang, utang & barang
bisa dicari. & sebelum besok
kembali terseok-seok
berdansalah salsa
denganku. biar kuputar Sway
versi Michael Bublé. ketika
irama marimba mulai
dimainkan, buatlah tubuhku
bergoyang seperti
lautan malas memeluk
pantai. sampai lutut kita
bergetar-getar. sisanya
kau bisa lepas baju
zirahmu. biar kuciumi
layu payudaramu & kecut
tengkuk lehermu. kata
otakku yang buruh:
bersetubuh adalah sekian
cara murah & ampuh
melipur lelah-kerja
yang telah menubuh.
(2024)
Misal Aku Harus Jujur
:MW
setiap aku memandang
sepasang manula
berwajah keriput
berambut putih bersih
pada pagi yang benderang
di taman bunga
aku selalu terbayang:
seberapa sering
kira-kira
masing-masing
dari mereka
saling memohon maaf?
seberapa banyak
janji tak akan mengulang
tolol yang itu-itu lagi terucap?
& setelaten apa
mereka membonsai
pohon-pohon khilaf
yang terlalu kerap
tumbuh tanpa konsen?
maka aku ingin kau
melupa mitos Yunani
yang usang
sebab separuh diri
barangkali tak ditemukan
tapi dimungkinkan
atau paling-paling
umpama menyemai cinta
yang pontang-panting
disirami kata percaya
& disuburkan sabar
selapang dada
sampai waktu
datang bantai usia
menyiangi sisa janggal
yang pernah
tinggal di sanubari:
tanggal berapa
sehidup semati?
apa tetap bersama
berarti selamanya?
(2024)
Bagaimana Absurditas Bekerja?
: The Trial – Kafka
mula-mula ia datang
di pagi buta
menggedor-gedor kencang
pintu apartemenmu, K
menghampiri-memojokkanmu
seperti kuda menyekak raja
tak terhalangi & tak terduga
dari mana datangnya &
bagaimana & kemudian;
pada gilirannya, K bergumam:
“sial tak mengenal tanggal…
semalam ini, karma belum tiba.
para bajingan secara nonsensikal
lolos dari pengadilannya. &
barangkali hanya dalam fiksi
cerita bisa berakhir seadil-adilnya.”
lalu ia berubah tiba-tiba
mewujud keheningan kosmik
lima oktaf jangkauan vokalnya.
& K, setelahnya, tak pernah
menjadi sosok yang sama.
(2024)
Nyanyi Unta Zarathustra
o gurun tandus & waktu
yang ketus, bersegeralah
taruh semua bedebah
pada tabah punggungku:
segala patah yang telak
gelak yang mencurigakan
frustrasi yang menguliti
sunyi yang lambat-lambat
membedilku, & beban-berat
ilmu pengetahuan.
demi hidup yang kadung redup
& celaka, dengarlah resah-lelah
nyanyiku… o, betapa aku mau
melumat bulat-bulat metamorfosis
sekumpulan rama-rama di perutku!
(2023)
Setelah Omnipotence Paradox
“jika tuhan mahakuasa,
sanggupkah ia mencipta
batu yang dapat membuat
sisifus berbahagia?”
setan tahu rumahku
bukan di Efira. tapi aku
mesti memasak lagi. makan
lagi. mengunyah lagi. minum
lagi. buang hajat lagi. buang
air kecil lagi. mencuci piring
lagi. mandi lagi. mencuci
pakaian lagi. menggosok
gigi lagi. menyisir rambut
lagi. memakai parfum
lagi. menyetrika lagi. tidur
lagi. bangun lagi. bekerja
lagi. migrain lagi. sakit
pinggang lagi. sakit
punggung lagi. pengin
muntah lagi. gajian
lagi. habis lagi. lagi-lagi
yang berulang-ulang
masih tak terhindari.
maka, di bawah pohon Bodhi
dengan suara bariton
aku memohon semoga
warasku tak tandas
& rintik amin
pun turun
deras.
(2022)