IKLAN sekarang ini sudah menjadi bagian wajib dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak hanya sekadar promosi produk, tapi iklan sudah menjadi bagian dari keseharian kita yang berpengaruh sekali kepada cara kita memandang dunia dan membuat keputusan dalam urusan belanja.
Di tengah persaingan bisnis yang keras, iklan jadi senjata andalan untuk merayu konsumen dan meyakinkan mereka agar memilih produk atau jasa tertentu. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan dunia kreatif, iklan tidak hanya terpaku pada cara konvensional saja.
Berbagai teknik sinematografi canggih sampai penggunaan AI dan CGI digunakan. Saat ini, iklan mampu menawarkan janji-janji sampai pada tingkat yang luar biasa, terkadang bahkan sampai melewati batas imajinasi kita. Bayangkan saja, mulai dari pasta gigi yang klaimnya bikin gigi kinclong hanya dalam 2 kali sikat, lotion yang janjinya membuat kulit jadi glowing hanya dalam 3 kali pakai, sampai serum wajah yang dibilang bisa membuat kulit muda dalam semalam.
Ada juga minuman yang diklaim mampu memberi energi dadakan, dan produk diet yang menjanjikan turun berat badan drastis tanpa usaha yang berat. Dunia iklan ini seperti tempat, di mana mimpi bertemu kenyataan, memasuki dunia di mana segala kemungkinan jadi kenyataan.
Berawal dari jaman revolusi industri, iklan ikut tumbuh seiring dengan membludaknya produksi, perkembangan teknologi dan komunikasi saat itu. Tujuan iklan sesungguhnya sederhana saja, mempengaruhi cara pandang konsumen tentang produk atau jasa tertentu, agar mereka bersedia membeli.
Dari iklan cetak di surat kabar dan majalah (Bell, 2003), kita sekarang dibanjiri iklan di media sosial, televisi, dan internet. Lewat iklan, produsen bisa membangun citra merek, menciptakan keinginan, dan bahkan kebutuhan , serta mempengaruhi perilaku konsumen.
Seiring waktu, teknologi dan kreativitas terus berkembang, mengubah bagaimana cara iklan untuk dipresentasikan dan menjangkau audiens. Dari mulai banner ads, influencer marketing, hingga programmatic advertising (Ducoffe, 1996) , semua itu bertujuan membuat brand awareness, mempengaruhi preferensi konsumen, dan ujung-ujungnya meningkatkan penjualan. Sejarah membuktikan, bahwa betapa kuatnya iklan berpengaruh dalam membentuk pola pikir dan gaya hidup masyarakat.
Kekuatan Iklan
Iklan sering dikritisi sebagai suatu bentuk pemasaran yang manipulatif, karena sering menggunakan strategi psikologis yang mereduksi keputusan pembelian konsumen hanya pada faktor emosional dan impulsif.
Kekuatan iklan terutama terletak pada kemampuannya mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen, bahkan tanpa disadari. Tidak jarang pihak konsumen lalu ditempatkan sebagai pihak korban.
Memang bila dicermati, konsumen rentan percaya, karena dalam iklan produk sering dipresentasikan secara meyakinkan dan biasa menonjolkan kelebihan produk tanpa menyebutkan kelemahan atau kekurangan dari produk yang dijual.
Konsumen menjadi sering mudah terpengaruh, karena kekurangan literasi mengenai teknik iklan yang digunakan dan kurangnya kesadaran akan upaya manipulatif di balik iklan (Wells et al., 2011). Selain itu, kekuatan media sebagai saluran iklan yang masif dan merata, dari media konvensional sampai media sosial, juga turut menyumbang dalam keberhasilan iklan mencapai target pasar.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang informasi dalam iklan juga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk meningkatkan literasi media, dan kritis dalam menilai setiap informasi iklan yang diterima.
Perlunya Daya Kritis Konsumen
Menghadapi iklan yang berseliweran memang diperlukan keterampilan dalam melihat di balik pesan yang disampaikan oleh iklan. Kita perlu mampu mengidentifikasi teknik manipulatif yang digunakan, seperti pembelokan pada kebutuhan konsumen yang sebenarnya atau stereotip yang digunakan (Beverland & Farrelly, 2010). Selain itu, kita juga perlu mengasah kemampuan dalam menganalisis pesan-pesan yang disembunyikan di balik kata-kata dan gambar yang ditampilkan dalam iklan.
Untuk mengasah kemampuan dalam menganalisa pesan yang disembunyikan di balik kata dan gambar yang digunakan dalam iklan; pertama-tama, orang perlu melatih diri dalam analisis kritis. Misalnya mau mengamati dengan teliti setiap elemen dalam iklan, baik itu kata-kata yang digunakan, gambar-gambar, warna, dan layout secara keseluruhan.
Selanjutnya adalah menafsirkan konteks di balik iklan tersebut. Coba untuk mencari tahu siapa target audiensnya? Apa tujuan iklan tersebut? Apa pesan yang ingin disampaikan? Bahasa juga memegang peranan penting dalam iklan yang harus dikritisi.
Perhatikan kata-kata yang digunakan dalam iklan tersebut. Kadang-kadang, makna sebenarnya tersembunyi di balik pilihan kata atau frasa tertentu. Interpretasi visual sungguh diperlukan dalam melihat gambar dan warna yang mengandung pesan tersirat. Tak kalah penting, adalah elemen emosi, karena Iklan sering kali dirancang untuk mempengaruhi emosi kita.
Coba identifikasi apakah iklan tersebut mencoba membangkitkan rasa tertentu pada diri kita sebagai audiens. Kemampuan kritis ini tentu saja harus dilatih. Semakin sering orang melatih kemampuan menganalisis iklan, semakin terasah kemampuannya dalam melihat pesan yang mungkin disembunyikan di balik kata dan gambar.
Dengan meningkatnya literasi dan daya kritis dalam menghadapi iklan, kita dapat menjadi konsumen yang lebih cerdas dan tidak mudah terpengaruh. Ingatlah untuk selalu mempertanyakan informasi yang disajikan dalam iklan dan tidak ragu untuk mencari sumber informasi tambahan sebelum membuat keputusan pembelian.
Dengan demikian, kita dapat menikmati manfaat dari iklan tanpa terjebak dalam perangkap manipulatif yang disuguhkan. Mari kita sadari bahwa iklan memang dibuat untuk menjadi iklan. Selamat menikmati. [T]
BACA artikel lain dari penulisPETRUS IMAM PRAWOTO JATI