RABU, 3 Juli 2024, pukul 19.00 WITA seharusnya menjadi waktu dimulainya pementasan dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi, Br. Belumbang Kaja, Desa Belumbang, Kec. Kerambitan – Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Tabanan di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), pukul. Namun, gerimis-gerimis tipis yang terus mericis sedari pagi memaksa semuanya untuk bersabar lebih sedikit. Sebentar lagi, hujan pasti reda. Amin paling serius.
Para penonton telah berkumpul di sekitar panggung. Mereka mencari tempat yang teduh. Sebagian berlindung di bawah payung, sebagian lagi mengenakan jas hujan. Beberapa dari mereka juga melindungi kepala menggunakan apa saja yang bisa mereka gunakan: kardus, jaket, dan sebagainya. Meski begitu, mereka sangat antusias untuk bersama-sama menyaksikan pementasan yang sudah dijadwalkan malam itu.
Sekitar pukul 20.00 WITA, barulah hujan reda dengan sempurna. Para penonton bergegas merapat menempati tempat duduk yang tersedia. Mereka berusaha mencari posisi yang bagus agar dapat menonton dengan nyaman, pun mengambil gambar atau video dengan angel foto yang sesuai. Suasana yang semula dingin seketika berubah menjadi hangat penuh rasa semangat. Mereka semua tidak sabar menantikan pementasan dimulai. Barulah, tepuk tangan serta sorak sorai para penonton pecah saat para penampil memasuki panggung.
Yayasan Lilanjani Kerta Bumi – Gong Kebyar Dewasa Duta tabanan 2024 menempati panggung sebelah selatan | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Gong Kebyar Duta Kabupaten Tabanan menempati panggung sebelah selatan, sementara di panggung sebelah utara, Paguyuban Seniman Muda Jembrana – Gong Kebyar Duta Kabupaten Jembrana juga sudah bersiap-siap. Dua Sekaa Gong tersebut akan tampil mebarung memeriahkan perhelatan tahunan bergengsi Pesta Kesenian Bali XLVI Tahun 2024. Setelah pembawa acara menyapa para undangan dan penonton serta memperkenalkan masing-masing sekaa gong, barulah Utsawa (Parade) Gong Kebyar dimulai.
Sunar Genjong – Membaca Kembali Proses Kreatif Gamelan Bali
Malam itu, Yayasan Lilanjani Kerta Bumi bersama seniman muda Tabanan lainnya unjuk kebolehan dan keluwesan mereka dalam menabuh dan menari. Mereka membuka Utsawa (Parade) Gong Kebyar dengan menampilkan Tabuh Kreasi Pepanggulan “Sunar Genjong”, sebuah karya yang dibuat untuk membaca dan memaknai kembali proses kreatif yang ada dalam dunia musik tradisional Bali, khususnya dalam memainkan intrumen gamelan.
Ada inspirasi menarik yang terkandung dalam Tabuh Kreasi Pepanggulan “Sunar Genjong” tersebut. Manusia yang unggul mampu mewujudkan ide-ide imajinatif menjadi nyata. Pemikiran dan budaya manusia berkembang melalui kreativitas, serta teks dan konteks yang ada dari para seniman mewarnai perjalanan gamelan itu sendiri. Adanya perubahan pada gamelan terjadi karena peran maestro, penggiat, cendikiawan, dan masyarakat umum yang mendukung budaya tersebut. Proses interaksi dan reaksi pun terus terjadi, kemudian memengaruhi aspek kognitif dan psikomotor para pelakunya. Gamelan pun menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, mulai dari zaman non-literasi hingga era modern.
Proses interaksi budaya gamelan terus berlangsung dalam hubungan sosial dan internalisasi pribadi, meskipun ada sikap apatis, protektif, dan konservatif, serta berbagai konsep dominasi yang bisa jadi sangat menganggu. Kreativitas dalam memainkan gamelan tetap berkembang, baik secara bertahap maupun secara radikal.
Yayasan Lilanjani Kerta Bumi – Gong Kebyar Dewasa Duta tabanan 2024 menyajikan Tabuh Kreasi Pepanggulan Sunar Genjong sebagai pembuka | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Keragaman dalam karya selalu dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi situasional berperan dalam membentuk paradigma dan implementasi kreatif bagi mereka yang merespon gamelan. Konteks kosmos dan kaos dengan berbagai aktor dan gamelan secara mendalam maupun formal, menjadikan proses kreatif tersebut bernilai sebagai entitas dan realitas. Tabuh Kreasi Pepanggulan “Sunar Genjong” adalah penghormatan bagi setiap insan kreatif yang terus menerangi langkah dan melanjutkan kreativitas pada gamelan Bali, dari dulu hingga sekarang.
I Gede Putu Resky Gita Adi Pratista, S.Sn., M.Sn, dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi adalah komposer di balik Tabuh Kreasi Pepanggulan “Sunar Genjong” tersebut. Ia juga mengandeng I Gede Eka Saputra sebagai kordinator dan Dhrana Winangun, Br. Belumbang Kaja, Karang Taruna Priti Swaka Dharma Desa Belumbang, dan Yowana Adat Desa Belumbang untuk menghadirkan karya tersebut di atas panggung. Mereka pun berhasil pentas dengan sangat baik dan memukau, mengundang tepuk tangan dan sorak sorai dari para penonton.
Tari Kekebyaran “Raga Sidhi” – Kebebasan Sang Tubuh dalam Berekspresi
Setelah menyajikan tabuh kreasi pepanggulan, Yayasan Lilanjani Kerta Bumi menampilkan garapan selanjutnya, yaitu Tari Kekebyaran “Raga Sidhi”, sebuah tari yang memaknai tema PKB XLVI Tahun 2024 – Jana Kerthi: belajar memahami kemuliaan sang manusia itu sendiri.
Tidak dapat dipungkiri jika sifat maskulin dan feminin terdapat dalam setiap tubuh baik laki-laki dan perempuan. Tubuh menjadi rumah bagi sang jiwa dalam mengungkapkan emosi dan ekspresi. Istilah “Raga Sidhi” bermakna kedigjayaan atau kemerdekaan sang tubuh sebagai media ungkap atas daya rasa dan imajinasi dengan bahasa sebuah ungkapan gerak. Merujuk kembali pada cerminan diri manusia, yang diolah berdasarkan pada persepsi dualisme, maskulinitas dan feminitas, berbaur dan bersinergi menjadi satuan karya ekspresif.
Tari Kekebyaran Raga Sidhi yang dipentaskan oleh penari menjadi sajian kedua dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Rumah dalam konteks “Raga Sidhi” adalah Tabanan, sebagai ruang hidup seni secara historis memiliki seniman melegenda yakni I Ketut Marya, dengan Tari Oleg Tamulilingan yang sangat fenomenal dan mengilhami spirit kebyar lagendaris yang terdapat di Perean. Tentunya Tabanan sangat lekat sebagai rumah dari kekebyaran itu sendiri, berdasarkan landasan tersebut, mereka sebagai generasi penerus patut menghargai setinggi-tingginya lagenda dan mestro mereka serta karya-karyanya yang menjadi sumber inspirasi dalam proses penciptaan Tari Kekebyaran “Raga Sidhi” yang berakar dari semangat kebebasan sang tubuh untuk berkreativitas.
Tari Kekebyaran “Raga Sidhi” dipentaskan oleh 6 orang penari. Feministas dan maskulinitas yang mereka bawakan sangat seimbang. Sikap faminin dan maskulin ditampilkan dengan harmonis. Mereka memadukan gerakan halus dan lembut yang mewakili feminitas dengan gerakan kuat dan tegas yang mencerminkan maskulinitas.
Gerakan feminin yang dapat dilihat adalah gerakan-gerakan tari yang menonjolkan kelembutan dan kehalusan, melibatkan tangan yang lentur, mata yang ekspresif, dan langkah yang anggun dan penuh perasaan. Sebaliknya, gerakan maskulin yang dihadirkan malam itu menonjolkan kekuatan, ketegasan, dan keberanian. Gerakan-gerakan tersebut dihadirkan dalam bentuk langkah yang kuat, sikap tubuh yang kokoh, dan ekspresi wajah yang tegar, menciptakan suasana dan kesan dinamis, pun penuh energi.
Tari Kekebyaran “Raga Sidhi” adalah tari yang kaya dan beragam. Para penari pria dan wanita, melalui gerakan mereka, menampikan keseimbangan antara sifat-sifat maskulin dan feminin, menunjukan bahwa kedua sifat tersebut saling melengkapi dan membentuk keutuhan dalam ekspresi seni tari.
Tari Kekebyaran Raga Sidhi yang dipentaskan oleh penari menjadi sajian kedua dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Di samping itu, Tari Kekebyaran “Raga Sidhi” juga meminjam beberapa laku gerak dari tari-tari karya I Ketut Marya, seperti laku jongkok pada Tari Igel Jongkok atau Kebyar duduk, dan sebagainya. Tari tersebut diciptakan oleh I Nyoman Agus Hari Sudarma Giri, S.Sn., M.Sn, dibantu oleh A.A. Bagus Ari Suryawan, S.Sn sebagai komposer, serta diiringi oleh Yayasan Lilanjani Kerta Bumi, didukung oleh Dhrana Winangun, Br. Belumbang Kaja, Karang Taruna Priti Swaka Dharma Desa Belumbang, dan Yowana Adat Desa Belumbang.
Fragmentari Jayaning Singasana
Sebagai penampilan ketiga sekaligus penampilan penutup, Yayasan Lilanjani Kerta Bumi, Br. Belumbang Kaja, Desa Belumbang, Kec. Kerambitan mempersembahkan sebuah fragmentari yang bertajuk “Jayaning Singasana”.
Dikisahkan perjalanan Sri Magada Nata telah usai melaksanakan pertapaannya. Dari proses tersebut, Sri Magada Nata mendapat pawisik untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Puri Pucangan ke suatu daerah di mana ditemukan sebuah sumur gaib yang mengepulkan asap.
Dalam perjalanan ini, Sri Magada Nata, menyusuri arah selatan puri guna menemukan sumur gaib yang diisyaratkan pada pertapaannya. Hingga akhirnya, rombongan Sri Magada Nata tiba di sebuah pesraman atau padukuhan, dan di tempat itulah ditemukan sumur gaib dengan kepulan asap menjulang. Kepada Ki Dukuh Sakti sebagai penglisir yang merawat dan mengelola pedukuhan tersebut, Sri Magada Nata kemudian menjelaskan kedatangannya untuk menjadikan tempat tersebut sebagai kawasan puri yang baru atas pawisik yang diterima oleh Sri Magada Nata.
Mendengar ucapan Sri Magada Nata, Ki Dukuh Sakti bersama murid-murid padukuhan akhirnya mengizinkan tempat tersebut untuk dijadikan puri. Sri Magada Nata kemudian merelokasi pedukuhan untuk berada di sebelah tenggara puri yang saat ini bernama wilayah Sakenan Belodan. Tidak terkisahkan berapa lamanya proses pembangunan puri tersebut, hingga akhirnya puri beserta lanskapnya dapat diselesaikan dan dilaksanakan upacara pemelaspasan tanggal 29 November 1943. Puri yang baru ini kemudian diberi nama Puri Agung Tabanan dengan kotanya yang disebut Kota Singasana.
Sajian ketiga dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi – Fragmentari Jayaning Singasana | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Sri Magada Nata pada akhirnya memilih untuk melaksanakan kehidupan kerohanian dan berdiam di Pura Dalem Kubontingguh, dan menyerahkan tata kerajaan kepada putranya yaitu Nararya Anglurah Langwang yang bergelar Prabu Singasana. Adanya pemindahan pusat pemerintahan ke kawasan yang baru tersebut memberi dampak signifikan pada kemaslahatan hidup masyarakat dalam naungan Puri Agung Tabanan.
Dalam menghadirkan fragmentari tersebut, Yayasan Lilanjani Kerta Bumi berkolaborasi dengan beberapa seniman muda dan pelaku kreatif yang ada di Kabupaten Tabanan. I Gede Putu Resky Gita Adi Pratista, S.Sn., M.Sn dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi menjadi pimpinan produksi. I Putu Agus Meli Artawan, S.Sn dipercaya menjadi konseptor. Seluruh gerakan tubuh pada fragmentaryi tersebut diciptakan oleh Ida Bagus Putra Darmayasa, S.Sn., M.Si, dan Ni Made Ariyanti Putri Negara, S.Sn., M.Si. Iringan tetabuhannya disusun oleh I Putu Suta Muliartawan, S.Sn dan Dewa Gede Rahma Adiputra, S.Sn.
Properti disiapkan oleh Febry Garage dan Guti Yoga and De’Odi Workshop. I Gede Eka Saputra menjadi kordinator, dan tentu saja Yayasan Lilanjani Kerta Bumi sebagai penampil didukung oleh Dhrana Winangun, Br. Belumbang Kaja, Karang Taruna Priti Swaka Dharma Desa Belumbang, dan Yowana Adat Desa Belumbang.
Penampilan Yayasan Lilanjani Kerta Bumi, Br. Belumbang Kaja, Desa Belumbang, Kec. Kerambitan mendapat respon antusias dari penonton. Terbukti, penonton setia berada di areal Panggung Terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) dan tak beranjak sampai pementasan selesai. Penampilan mereka juga mendapat apresiasi dari banyak orang.
Berproses dan Berprogres, Harapan, dan Terima Kasih
I Gede Putu Resky Gita Adi Pratista, S.Sn., M.Sn, mewakili Yayasan Lilanjani Kerta Bumi Br. Belumbang Kaja, Desa Belumbang, Kec. Kerambitan, mengatakan persiapan dan latihan pementasan sudah dilakukan sejak bulan Januari lalu, namun belum bisa dilakukan secara maksimal karena berbenturan dengan aktivitas kepemudaan untuk menyambut persiapan Pengerupukan/Tawur Agung Kesanga.
Sajian ketiga dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi – Fragmentari Jayaning Singasana | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Mereka kemudian memutuskan untuk latihan sektoral per kelompok instrument, menyesuaikan dengan jadwal luang dari masing-masing penabuh atau musisi. Lumayan berat, tapi harus tetap memutar otak untuk tetap berproses dan berprogres. Latihan secara efektif baru bisa dilakukan setelah Hari raya Nyepi. Seluruh penabuh atau musisi juga mulai mengadakan latihan gabungan. Susunan kepanitiaan pun sudah siap dan mulai menjalankan jobdesknya masing-masing.
Resky mengaku cukup lega setelah pementasan kemarin. Selama proses berlangsung, ada berbagai problematika terkait materi, kelengkapan, dan teknis untuk pentas yang bergejolak di kepalanya. Ditambah dengan cuaca saat hari pementasan yang kurang bersahabat, khawatir pementasan akan terhambat karena hujan.
“Tapi astungkara berkat doa seluruh pihak yang terlibat kemarin, akhirnya pementasan dapat dilangsungkan dengan lancar. Meskipun genangan air masih menghiasi panggung, cukup memberi tantangan untuk penari agar tetap bergerak dengan maksimal, juga penabuh akhirnya banyak yang masuk angin” ujarnya sambil berkelakar. Waduh, semangat Wi-Wi Penabuh.
Ia berharap ekosistem seni khususnya di Kabupaten Tabanan semakin kondusif. Saling menyesuaikan diri dan beradaptasi pada beragam perspektif seni yang pada hakikatnya keragaman tersebutlah yang memberi kehidupan pada kreativitas seni.
“Semoga kita juga dapat memahami dan memaknai capaian para seniman pendahulu menjadi spirit untuk kekaryaan kini. Menapaki diri di tanah agraris yang subur, menumbuhkan banyak pemikir, cendikiawan, dan berbagai figur visioner lainnya. Sekali lagi, semoga Tabanan selalu beragam akan pemikiran, dan bersinergi dalam semangatnya membangun seni secara berkelanjutan.” imbuhnya.
Sajian ketiga dari Yayasan Lilanjani Kerta Bumi – Fragmentari Jayaning Singasana | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Tak lupa, ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim, panitia, serta penampil Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Tabanan 2024. Ia mengapresiasi rasa saling rangkul dan rasa memiliki terhadap tim tersebut, tercermin dari pengorbanan energi, waktu, dan pemikiran masing-masing demi kelancaran proses hingga pementasan.
“Terima kasih juga kepada krama Banjar Adat Belumbang Kaja, yang selalu memberi dorongan moril, tenaga, serta kemudahan untuk mengakses fasilitasnya demi kelancaran proses persiapan hingga pementasan.”
Tentang Yayasan Lilanjani Kerta Bumi
Bermula dari ide dari I Nyoman Wiradana untuk membentuk ekosistem pertunjukan yang aktif di lingkungan sekitarnya, pengabdian seni secara reaktif dilakukan, dengan melatih berbagai kelompok seni di berbagai daerah. Melihat sambutan hangat pecinta seni pertunjukan tersebut, juga antusiasme warga Belumbang dengan para generasinya dalam mengikuti berbagai kegiatan keorganisasian, terkhusus pada bidang kebudayaan, mendorong Wiradana untuk membentuk ruang kreatif yang mewadahi para penggiat seni di sekitarnya untuk mengembangkan potensinya dalam lembaga Yayasan Lilanjani Kerta Bhumi.
Foto bersama seluruh Tim Gong Kebyar Dewasa Duta Tabanan 2024 | Foto: Tim Dokumentasi GKD Tabanan 2024
Sejak awal kiprahnya, Yayasan Lilanjani Kerta Bhumi telah mengikuti berbagai jenis kegiatan seperti pengabdian masyarakat, edukasi seni, hingga berbagai jenis event mulai dari utsawa (parade) serta wimbakara (lomba) pertunjukan sebagai hasil dari aktivitas seni yang senantiasa selalu berlanjut.
Pengabdian bidang sosial, budaya, dan keagamaan tetap menjadi landasan pijak aktivitas yang berlangsung hingga detik ini, begitu pula dengan aktivitas edukatif lainnya. Atas dukungan berbagai elemen masyarakat di lingkungan Yayasan Lilanjani Kerta Bhumi, maka proses diskursif dan dialektik selalu berlangsung, memotivasi lembaga ini untuk selalu bermaslahat dan menjalankan salah satu cita-cita bangsa, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui kebudayaan. [T]
Reporter: Julio Saputra
Penulis: Julio Saputra
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel tentang GONG KEBYAR dan artikel lain dari penulis JULIO SAPUTRA