30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pancasila Menghendaki Hadirnya Oposisi

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
June 29, 2024
inEsai
Suburnya Politik Dinasti di Pulau Dewata

Teddy C Putra

PANCASILA sebagai pedoman hidup rakyat Indonesia kembali dijadikan bumper dalam rangka memperkokoh kaki-kaki kekuasaan. Baru-baru ini, Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebutkan bahwa proses check and balance dalam pemerintahan akan lebih mudah dilakukan tanpa hadirnya oposisi, ia menyebutnya sebagai demokrasi gotong royong. Alih-alih memberi dampak konstruktif terhadap demokrasi, narasi ini justru menjadi indikasi mundurnya demokrasi di Indonesia.

Pancasila merupakan prinsip hidup yang digali oleh Ir. Soekarno, kemudian disampaikan pada sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam penjelasannya, Soekarno menyebutkan nilai-nilai Pancasila dapat diperas menjadi Tri Sila, yang terdiri dari sosio-nasionalisme, sosio demokrasi, dan ketuhanan. Dan masih bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yakni gotong royong. Tapi benarkah, nilai-nilai demokrasi gotong royong sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bamsoet?

Antara Ideologis dan Demokrasi

Sebagai sebuah pedoman hidup, Pancasila jelas tidak boleh memiliki oposisi di republik ini. Pancasila harus menjadi satu-satunya ideologi atau prinsip bagi rakyat Indonesia dalam mencapai tujuan berbangsa dan bernegara. Rakyat harus melihat Pancasila sebagai ideologi yang harus selalu dipelajari dalam upaya untuk memahami lebih jauh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Namun dalam konteks demokrasi, Pancasila justru memberi jaminan kepada rakyatnya untuk mengungkapkan pendapatnya—termasuk terhadap strategi pembangunan bangsa. Pertentangan ide menjadi salah satu kunci dalam melahirkan pelbagai inovasi-inovasi kebangsaan. Artinya, inovasi-inovasi tersebut hanya dapat hadir apabila terdapat kelompok oposisi di tengah dinamika politik kebangsaan di Indonesia. Tanpa oposisi, niscaya tidak akan ada partai politik yang memiliki keberanian menantang narasi penguasa.

Suara berbeda harus tetap hadir dalam proses bernegara, menjadi lebih powerfull apabila suara berbeda tersebut datang dari partai politik. Memberi ruang bagi kelompok oposisi sejatinya menjadi hal baik bagi penguasa. Mereka yang tidak bergabung ke dalam pemerintahan akan selalu siaga di setiap kesempatan untuk mengingatkan sekaligus melontarkan kritik apabila kekuasaan sedang tidak berada di jalurnya.

Meski idealnya demikian, upaya merangkul seluruh pihak demi meminimalisir partai politik yang berada di luar kekuasaan secara intens dilakukan oleh Prabowo pasca ditetapkan sebagai pemenang Pemilu 2024 oleh KPU RI. Upaya tersebut dilakukan dengan keyakinan bahwa tanpa adanya oposisi, pembangunan akan semakin mudah dilakukan. Alih-alih memudahkan pembangunan, upaya menegasikan kelompok oposisi di tengah dinamika kebangsaan nyatanya memberi ruang-ruang baru bagi praktek penyelewengan kekuasaan.

Narasi gotong royong memang memiliki citra positif di mata rakyat, namun dalam konteks ini, kekuasaan harus tetap dihadapkan dengan suara tandingan. Pola pemerintahan seperti ini kemudian akan melahirkan proses check and balance yang sehat dan berimbang. Menjaga keseimbangan dua kutub kekuatan politik menjadi penting. Terkumpulnya kekuatan politik dalam satu titik memberi ruang bagi lahirnya kebijakan-kebijakan kontroversial.

PDIP dan PKS Jadi Harapan

Upaya konsolidasi terus dilakukan oleh pihak pemenang, salah satunya merangkul pihak-pihak yang kalah untuk bergabung ke dalam kekuasaan. Nasdem dan PKB menjadi dua partai yang telah menunjukkan gesture dukungan kepada pemerintahan Prabowo di lima tahun mendatang. Berbeda dengan PDIP dan PKS, kedua partai ini belum menunjukkan sikap dan posisinya di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Apabila PDIP dan PKS memutuskan menjadi oposisi pada pemerintahan Prabowo-Gibran, maka dapat dipastikan proses pengambilan keputusan akan semakin dinamis. Pemerintah akan lebih berhati-hati dalam merumuskan sebuah kebijakan. Prinsip kehati-hatian menjadi satu hal penting, apalagi kebijakan tersebut selanjutnya akan memberi dampak kepada kehidupan rakyat.

Hadirnya oposisi di tengah dinamika politik kebangsaan, memiliki arti bahwa dalam perjalanannya, rakyat tidak akan berjuang sendiri. Terlalu banyak dan berat isu yang harus diperjuangkan rakyat apabila seluruh partai politik bergabung ke dalam pemerintahan. Apabila isu-isu yang diperjuangkan rakyat tidak mendapat ruang atau tidak mendapat perhatian kekuasaan, besar kemungkinan situasi kebangsaan tidak akan kondusif. Bahkan keadaan chaos pun bukan menjadi satu hal yang mustahil.

Apabila PDIP dan PKS telah berkomitmen berada di seberang kekuasaan, maka dua partai politik tersebut akan menjadi kanal utama yang digunakan rakyat dalam rangka menyampaikan aspirasinya. Dan hal tersebut justru mendatangkan keuntungan bagi PDIP dan PKS—setidaknya keuntungan elektoral untuk perhelatan pemilu selanjutnya.

Koalisi gemoy Prabowo-Gibran dapat dilihat sebagai upaya mengkristalisasi kekuasaan, membiarkan kekuasaan beredar hanya di tangan-tangan segelintir elit. Di sisi lain, koalisi gemoy dipandang sebagai jalan utama bagi kelompok penguasa guna mengamankan pelbagai agenda-agenda politiknya.

Pada akhirnya, Pancasila sangatlah menghendaki hadirnya kelompok-kelompok oposisi di dalam dinamika politik Bangsa. Alih-alih memberi keuntungan bagi banyak pihak, kristalisasi kekuasaan justru hanya mendatangkan keuntungan bagi segelintir pihak. Berharap dapat meningkatkan kualitas demokrasi, nyatanya praktek-praktek tersebut justru mengantarkan demokrasi Indonesia pada situasi stagnan, bahkan lebih buruk lagi, yakni menuju kemunduran. [T]


aca esai-esai politikTEDDY CHRISPRIMANATA PUTRAlainnyaDI SINI

Berebut Rekomendasi Menuju Pilgub Bali: Bagaimana Peluang Koster-Giri?
Wayan Koster, Giri Prasta, dan Tebar Pesona Elit PDIP Bali Demi Rebut Rekomendasi
Membaca Masa Depan Koster
Percakapan di Ruang Tengah : Tentang Pendidikan Hindu di Bali
Tags: demokrasiesai politikoposisiPolitik
Previous Post

Petualangan Don Quixote: Kegilaan Bersahabat dengan Keberanian

Next Post

Yang Tidak Biasa dari Sekeranjang Jeruk — Tentang Arak Jeruk Desa Awan, Kintamani

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Yang Tidak Biasa dari Sekeranjang Jeruk — Tentang Arak Jeruk Desa Awan, Kintamani

Yang Tidak Biasa dari Sekeranjang Jeruk -- Tentang Arak Jeruk Desa Awan, Kintamani

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co