BULELENG | TATKALA.CO — Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Bali, punya permaianan tradisional yang asyik. Namanya, metempeng gandong.
Dulu, permainan metempeng gandong marak dimainkan anak-anak Banyuning di sekitaran Pura atau di tanah lapang. Kini, permaianan itu tak pernah lagi dimainkan.
Untuk mengembalikan ingatan sekaligus memperkenalkan permaianan itu, warga Banyuning melakukan eksebisi permainan rakyat metempeng gandong di area Pura Dalem Banyuning Timur, Jumat, 7 Juni 2024.
Lurah Banyuning Nyoman Mulyawan mengatakan, metempeng gandong adalah permainan uji ketangkasan dan kecerdikan. Metempeng memiliki arti melempar batu, sementara gandong berarti digendong.
Permainan ini dimainkan oleh dua anak yang sebelum memulai permainan melakukan suit jari untuk menentukan siapa yang digendong dan siapa yang menggendong.
Anak yang digendong memiliki kesempatan pertama untuk melemparkan sebilah batu pipih ke tanah dengan jarak yang ditentukan. Anak yang menggendong juga melemparkan batu pipih miliknya dengan syarat harus mengenai batu milik anak yang digendong. Jika berhasil, posisi keduanya bergantian.
Namun, jika tidak berhasil, yang menggendong harus mengambil batu yang dilempar tadi sambil menggendong lawannya.
Permaianan metempeng gandong akan diusulkan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) ke Kemendikbudristek RI.
“Jika etempeng gandong sebagai WBTB, diharapkan akan mampu menghidupkan kembali permainan tradisional di tengah masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, serta melindungi kekayaan budaya lokal dari kepunahan,” kata Mulyawan.
Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Buleleng Wayan Widarma mengatakan pemerintah terus berupaya melestarikan warisan budaya, khususnya permainan tradisional seperti metempeng gandong asal Kelurahan Banyuning ini.
Rencananya, permainan ini akan diusulkan menjadi WBTB agar tetap lestari tidak punah dan mendapatkan pengakuan yang setara dengan hak kekayaan intelektual.
Widarma mengungkapkan bahwa saat ini Buleleng telah memiliki 14 WBTB yang terdaftar, dengan berbagai macam genre seni pertunjukan dan permainan tradisional.
“Tahun lalu kita sudah daftarkan WBTB dari permainan tradisional yaitu Jaran Jaranan. Untuk permainan Metempeng Gandong, sekarang kita buat eksebisi dulu, kita gali sinopsis, cerita, dan video dokumentasinya. Setelah itu baru kita usulkan,” kata Widarma.
Dalam upayanya menjaga kelestarian permainan tradisional, Widarma mengajak seluruh generasi muda untuk tidak melupakan permainan tradisional di tengah gempuran permainan modern seperti gadget. Menurutnya, permainan tradisional mengandung banyak nilai positif seperti olahraga fisik, kerjasama, kekompakan, dan rasa suka cita.
“Seperti yang bisa kita saksikan, fisik anak-anak zaman sekarang agak kurang kuat dikarenakan kurangnya olahraga fisik dalam kesehariannya. Mungkin nanti bisa diseimbangkan waktu gadget dan permainan olahraga seperti ini,” tambah Widarma. [T]
Sumber: Rilis Diskominfosanti Buleleng
Editor; Adnyana Ole