JANJI bukan hanya persoalan hubungan interpersonal. Dalam hubungan dengan negara juga kerap bersinggungan dengan janji. Bahkan dalam konteks internasional, janji merupakan salah satu bentuk komunikasi.
Janji, baik dalam hubungan dengan negara sendiri maupun antarnegara sangat ditentukan oleh setting atau lingkungan di mana janji itu dibuat. Dalam sistem politik satu negara, ada lingkungan yang stabil untuk membuat dan menepati janji.
Sistem hukum biasanya akan menciptakan kondisi bagi berbagai macam perjanjian. Setiap orang yang melanggar janji akan beresiko mendapat hukuman. Perjanjian jual beli tanah di hadapan notaris misalnya, memiliki kekuatan hukum yang tak akan dilanggar oleh para pembuat janji.
Sebaliknya, dalam setting internasional tidak tersedia lingkungan yang stabil untuk janji-janji. Perjanjian antarnegara (treaty) sesungguhnya mirip dengan kontrak yang memiliki kekuatan hukum mengikat.
Meski demikian, William D.Coplin (1992) menyatakan ketidakefektifan sistem hukum dalam memaksakan, menyebabkan banyak perjanjian internasional tidak bisa dijalankan. Apalagi bila perjanjian itu dibuat dalam rangka tawar-menawar politik.
Pemimpin Israel melakukan operasi militer ke kota Rafah di Gaza beberapa jam setelah Hamas mengumumkan persetujuan gencatan senjata. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, perjanjian gencatan senjata tersebut tidak memenuhi dan jauh dari tuntutan Israel.
Serangan Rusia ke Ukraina di awal tahun 2022 juga dipicu oleh pelanggaran perjanjian Minsk. Perjanjian damai antara Kiev dan separatis yang didukung Rusia diabaikan. Ujungnya, Rusia dan Ukraina saling menuduh telah melanggar kesepakatan.
Joseph Stalin pernah mengatakan bahwa perjanjian itu ibarat pastel, dibuat untuk dipecahkan. Apa yang dimaksud Stalin adalah, bahwa janji yang dibuat dalam suatu perjanjian internasional hanya mengikat selama janji itu masih bisa diterima oleh negara-negara yang membuatnya.
Oleh karena itulah setiap negara akan meminta janji secara spesifik, agar dapat dinilai kelayakan pemenuhannya. Janji yang sangat umum biasanya membuat negara yang diberi janji tidak dapat menimbang apakah janji itu akan ditepati.
Janji Diam-Diam
Proses tawar-menawar antarnegara acapkali membutuhkan strategi komunikasi internasional. Janji merupakan salah satu cara yang digunakan dalam komunikasi itu. Coplin mengatakan, jika politik merupakan seni mengambil kompromi, maka janji merupakan jalan menuju kompromi.
Tidak selamanya janji suatu negara kepada negara lain dinyatakan secara eksplisit melalui komunikasi. Banyak negara yang saling melakukan perjanjian secara diam-diam, tanpa perlu secara terbuka diumumkan kepada publik.
Banyak alasan kenapa janji dibuat secara diam-diam. Jika janji yang dibuat secara diam-diam tidak diterima oleh negara lain, penolakannya juga bisa dibuat secara diam-diam. Dengan demikian negara yang membuat janji tidak diremehkan secara terbuka di mata dunia.
Janji yang dikomunikasikan secara diam-diam akan menguntungkan negara pembuat janji, apabila ingkar dan meninggalkan cek kosong atas janjinya kepada negara lain. Janji-janji seperti bantuan ekonomi, perdagangan, maupun bantuan militer seringkali disampaikan satu negara, namun tidak semuanya ditepati.
Amerika Serikat misalnya, pernah dikritik sebagai negara yang kerap ingkar janji. Hal itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, terkait janji Amerika Serikat untuk meningkatkan hubungan dengan Venezuela jika ikut menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Tipe Janji
Beraneka tipe janji yang biasa disampaikan oleh satu negara kepada negara lain. Janji-janji ekonomi di bidang bantuan, perdagangan, dan investasi sering digunakan. Utamanya dalam proses tawar-menawar antara negara maju dengan negara berkembang.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden pernah berjanji memberikan bantuan pendanaan kepada Indonesia sebesar 311 triliun rupiah. Dengan penawaran syarat, Indonesia harus meninggalkan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik. Suatu janji yang tentunya sangat sulit untuk diterima Indonesia, mengingat batu bara masih menjadi sumber pendapatan bagi negara.
Tipe janji berikutnya adalah pemberian dukungan militer, baik defensif maupun ofensif. Di tengah pro kontra serangan Israel kepada Palestina, Perdana Menteri Inggris justru berjanji mengirimkan bantuan militer ke Israel.
Janji internasional dapat berupa dukungan suara yang bersifat polistis dalam organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Prancis pernah berjanji akan memberikan dukungan suara terkait resolusi PBB mengenai masa depan Irak, dan menentang invasi militer ke Irak.
Janji politik kadang dikaitkan dengan kunjungan seorang pejabat tinggi yang dapat meningkatkan popularitas rezim tuan rumah. Kunjungan Presiden Amerika, Barack Obama pada tahun 2010 dianggap menaikkan popularitas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai rezim saat itu.
Pertanyaannya, apakah janji suatu negara dapat dipercaya oleh negara lain? Itu semua sangat tergantung pada kapabilitas pembuat janji dan persepsi negara yang diberi janji. Negara yang memiliki kekuatan militer canggih dianggap kapabel dalam memberikan janji bantuan militer kepada negara lain.
Sebaliknya, negara yang sering melanggar janji akan berdampak pada ketidakpercayaan negara lain. Reputasi pemenuhan janji dalam komunikasi internasional sangatlah penting. Oleh sebab itu, satu negara harus berhati-hati dalam membuat janji, agar tidak merusak komunikasi dengan negara lain. [T]
BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU