“SAYA mulai berjualan di sini sudah satu tahun. Sejak jalan shortcut ini diresmikan oleh Presiden Jokowi,” tutur pedagang itu sembari menuangkan air panas ke dalam gelas yang telah berisi bubuk kopi dan gula.
Di gazebo—orang bali biasa menyebutnya dengan bale bengong—ia menaruh dagangannya. Bermacam-macam barang dagangan. Kripik, kacang, roti, ciki-cikian. Dan, di tiang-tiang gazebo, bergantungan beberapa jenis kopi sachet.
“Namanya berjualan tidak bisa langsung wah, punya lapak yang bagus.harus bertahap dulu, seperti ini hanya memanfaat bale bengong saja dulu,” kata pedagang yang sekaligus jadi pemilik warung itu. Ia berjalan mengantarkan pesanan kopi ke tempat duduk yang telah disediakan.
Pedagang itu bernama Suparmiasih. Ia tak mau menyebut nama lengkapnya. Nama Suparmiasih sekaligus juga dijadikan nama warung.
Warung Suparmiasih | Foto: Eka
Jika Kintamani memiliki coffee shop dengan view danau dan Gunung Batur, maka Suparmiasih menciptakan warung, yang meski bukan semewah coffee shop tapi juga menawarkan pemdangan alam yang indah. Jika di Kintamani ada pemandangan danau dan gunung, maka warung Suparmiasih menawarkan keindahan gugusan perbukitan dan laut utara di kejauahan.
Warung itu terletak di repi Jalan Raya Singaraja-Denpasar, tepatnya di tikungan jalan baru, tidak jauh dari puncak Wanagiri. Warungnya sederhana, harga kopi dan lain-lain tak sampai menguras dompet. Itu warung kopi sederhana yang harganya pas dikantong namun view nya juga tidak kalah cantik dengan Kintamani.
Warung ini berdiri di bekas timbunan tanah sisa pengerukan bukit proyek shortcut. Warung ini persis ada di samping kanan tikungan jika datang dari arah Kota Singaraja, dan 500 meter sebelum Patung Panji Landung yang menjadi Ikon baru di shortcut itu.
Jika duduk di warung itu, lalu memandang ke arah lembah di barat dan utara, kita akan bisa menyaksikan view sunset pada senja hari, lengkap dengan view laut utara Bali.
***
Suparmiasih berasal dari Desa Nagasepeha, Kecamatan Buleleng. Sebelum berjualan seperti sekarang ini ia dulunya adalah seorang petani sayur seperti cabai dan wortel.
“Ini adalah tanah saya, dulunya saya nyayur (menanam sayur) di sini, karena waktu itu pekerja proyek mau nyari pembuangan tanah, saya kasi dan saya minta untuk disejajarkan dengan jalan. Setelah itu. baru saya beralih profesi dengan berjualan di atas tanah timbunan ini,” tutur Suparmiasih sambil sibuk melayani pembeli, Selasa sore, 15 Mei 2024.
Wilayah tempat ia berjualan masuk dalam wilayah Banjar Dinas Amertasari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada. Itu sekaligus adalah alamat rumah yang ia tinggal sekarang ini. “ Itu di seberang sana rumah saya,” ujarnya sambil menunjukan lokasi rumahnya dengan antusias di seberang jalan.
Di meja kayu dengan ukuran 1×1 yang telah usang itu para pengunjung menaruh pesanannya, ada yang membeli kopi ada juga yang membeli teh. Dengan lokasi di ketinggian membuat tepat ini menawarkan view yang sangat memanjakan mata.
Sore itu, cuaca sedang dalam mood yang bagus. Langit merah yang menandakan matahari akan segera tertidur itu dan hamparan birunya lautan serta dinginnya angin ditambah menyeruput kopi yang masih hangat membuat segala beban yang terbelengu di dalam pikiran hilang dalam sekejap.
Dwi, salah satu pengunjung mengatakan bahwa cukup sering mampir ke warung Suparmiasih ini. “Kalau saya ke Denpasar, pulangnya jika cuaca bagus pasti saya mampir untuk sekadar mengistirahatkan badan dengan membeli teh hangat,” kata Dwi sambil sesekali menyeruput teh hangat yang ia beli.
Warung Suparmiasih | Foto: Eka
Selain teh dan kopi yang paling sering dipesan oleh pengunjung, warung Suparmiasih juga menyediakan sate tipat dan bakso untuk menjadi penawart para pengunjung yang sedang kelaparan.
View yang begitu indah bagaikan berada di negeri atas awan, tentu ini tidak disia-siakan oleh para pengunjung. Dengan berbekal kamera handphone mereka begitu asik berfoto. Ada yang bersama pasangannya, ada juga yang bersama teman bahkan ada yang sendirian.
Dibukanya jalan shortcut memang membuka peluang bagi orang-orang yang tinggal di desa-desa sekitar untuk mencari rejeki. Selain Suparmiasih, banyak warga di sekitar shortcut membuka warung dan berjualan di tepi jalan. Apalagi, sampai sejauh ini, jalan shorcut Singaraja-Denpasar itu belum dilengkapi dengan areal semacam stop over atau tempat persinggahan dengan sarana yang lengkap. [T]
Reporter: Gede Agus Eka Pratama
Penulis: Gede Agus Eka Pratama
Editor: Adnyana Ole
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) ditatkala.co.