PASANGAN I Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta (Koster – Giri) menjadi paket paling potensial yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur (pilgub) Bali mendatang. Setidaknya ada tiga faktor yang dapat menguatkan pandangan tersebut. Pertama, hasil pemilu 2024 khususnya di Bali. Kedua, hasil pilgub edisi sebelumnya. Dan, ketiga adalah perkembangan kultur politik di Bali.
Sebelumnya, seluruh DPC PDIP se-Bali telah mengirimkan rekomendasi nama-nama yang akan diusung dalam pilgub Bali. Pertama, pasangan incumbent I Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Koster – Ace). Dan kedua, pasangan Koster – Giri. Secara akumulasi, terdapat 8 (delapan) DPC yang mengusung kembali Koster – Ace, sedangkan 6 (enam) DPC mengusung Koster – Giri. Lantas seberapa besar peluang Giri Prasta merebut kursi calon wakil gubernur dari Cok Ace sang incumbent?
Faktor Figur Jadi Penentu
Selepas mengakhiri jabatan sebagai wakil gubernur, sorotan terhadap Cok Ace secara drastis berkurang. Meski aktif sebagai Ketua PHRI Bali, tokoh Puri Agung Ubud ini jarang terlihat geliatnya di media. Berbanding terbalik dengan kompetitornya, Giri Prasta. Figur yang masih aktif sebagai Bupati Badung ini justru ramai diperbincangkan di media. Popularitasnya di media semakin diperkuat dengan program angelus buana yang populis di tengah masyarakat.
Program angelus buana yang berasal dari dana APBD Badung tersebut, memungkinkan Giri Prasta mengguyur seluruh kabupaten/kota di Bali dengan bantuan dana hibah yang tidak kecil nilainya. Upaya tersebut memberi dampak positif terhadap citra Giri Prasta di mata masyarakat. Citra Giri Prasta sebagai bupati bares-pun semakin kuat. Alhasil, Giri Prasta diunggulkan dalam kontestasi pilgub Bali mendatang.
Berkaca pada hasil pemilu 2024 lalu, partai politik tidak lagi menjadi faktor penentu dalam meraih kemenangan. Kemenangan mutlak pasangan Prabowo – Gibran di Bali adalah bukti bahwa rakyat Bali kini lebih melihat figur tinimbang partai pengusung. Fenomena tersebut setidaknya dapat menjadi pertimbangan bagi PDIP dalam menentukan pasangan yang akan diusung dalam pilgub mendatang.
Memiliki popularitas tinggi dan diperkuat dengan dukungan akar rumput yang kuat adalah modal besar bagi Giri Prasta untuk mendampingi Kosrer dalam pilgub Bali. Dalam konteks ini, jelas Giri Prasta lebih unggul dibanding Cok Ace.
Melihat Pilgub Edisi Sebelumnya
Tren gubernur terpilih berasal dari Buleleng telah ditunjukkan sejak pilgub Bali 2008. Pada pilgub 2008 dan 2013, Made Mangku Pastika yang berasal dari Desa Patemon, Kabupaten Buleleng berhasil terpilih sebagai Gubernur Bali. Tren tersebut dilanjutkan pada pilgub 2018 dengan terpilihnya I Wayan Koster yang berasal dari Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng.
Tren yang dapat menjadi perhatian selanjutnya adalah representasi wakil gubernur. Pada pilgub 2008, Made Mangku Pastika menggandeng Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga yang berasal dari Puri Ksatria, Kota Denpasar. Kemudian di periode kedua, Made Mangku Pastika menggandeng I Ketut Sudikerta yang berasal dari Desa Pecatu, Kabupaten Badung. Terakhir, di pilgub 2018, I Wayan Koster menggandeng Cok Ace yang berasal dari Desa Ubud, Kabupaten Gianyar.
Berdasarkan uraian tersebut, keseimbangan antara representasi Bali bagian utara dan selatan menjadi faktor yang krusial dalam setiap kontestasi pilgub Bali. Giri Prasta yang berasal dari Desa Plaga, Kabupaten Badung tentu menjadi figur kuat yang dapat menjadi representasi Bali bagian selatan. Apalagi, jika melihat jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Kabupaten Badung pada pemilu 2024 lalu, Kabupaten Badung adalah pemilik jumlah pemilih terbanyak ketiga setelah Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar dengan jumlah sebanyak 403.326 pemilih.
Kultur Politik Bali Terkini
Masyarakat Bali kini telah terbiasa menerima guyuran bantuan dari pemerintah. Bantuan berupa hibah, dana kreativitas, hingga pembangunan infrastruktur terus digelontorkan di setiap kesempatan. Realitas politik Bali hari ini, pemimpin yang mampu meringankan beban masyarakat dalam menjalankan adat, tradisi, dan budaya dianggap sebagai pemimpin yang serius dalam mengimplementasikan konsep Ajeg Bali. Tidak heran kini para pemimpin di Bali berlomba-lomba memanfaatkan anggaran daerah untuk “memelihara” konstituennya.
I Wayan Koster menjadi salah satu pemimpin di Bali yang memiliki fokus pada pembangunan infrastruktur. Beberapa proyek mercusuarnya pun dikemas dengan narasi penguatan adat, tradisi, dan budaya Bali. Sebut saja penataan kawasan suci Pura Besakih di Karangasem dan pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung. Proyek mercusuar lainnya tidak kalah populer, seperti penataan Pelabuhan Sanur, pembangunan Tower Turyupada, hingga pembangunan Jalan Tol yang menghubungkan Jembrana dengan Badung.
Kebijakan-kebijakan serupa juga dilakukan oleh Giri Prasta selama menjabat sebagai Bupati Badung. Bantuan kepada masyarakat untuk melaksanakan upacara agama, perbaikan balai banjar, hingga pembangunan infrastruktur dilakukan secara konsisten. Tidak heran Giri Prasta dijuluki sebagai “Bupati Bares”.
Melihat realitas tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa figur Giri Prasta sangat potensial ditunjuk oleh DPP PDIP untuk mendampingi Koster dalam kontestasi pilgub Bali 2024 mendatang. Berkaca pada kekalahan di pilpres sebelumnya, PDIP harus benar-benar memikirkan figur yang tepat untuk mendampingi Koster dalam pilgub mendatang. Dan mengusung pasangan Koster–Giri adalah pilihan yang realistis apabila PDIP benar-benar ingin mengamankan kursi eksekutif di Pulau Dewata. [T]
aca esai-esai politikTEDDY CHRISPRIMANATA PUTRAlainnyaDI SINI