12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pandangan Atas Tanah Dulu dan Kini : Catatan Repertoar Tari “Sejak Padi Mengakar”

Arif WibowobyArif Wibowo
May 6, 2024
inUlas Pentas
Pandangan Atas Tanah Dulu dan Kini : Catatan Repertoar Tari “Sejak Padi Mengakar”

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar. Foto : Amrita Dharma

DELAPAN penari laki-laki memposisikan badannya dalam keadaan duduk bersimpuh di hamparan panggung beralaskan sekam padi. Dalam keadaan duduk itu, pertunjukan dibuka dengan masing-masing empat penari bergerak dari kanan kiri sisi panggung menuju ke tengah berkumpul pada satu titik, kemudian membentuk formasi acak-organik yang menyebar. Satu diantara delapan penari itu bergerak dengan posisi duduk dan merayap dari satu titik ke titik lainnya dengan nanar wajah yang gelisah.

Beberapa sorot lampu yang diposisikan sejar dengan tanah selain memberikan efek dramatis kepada para penampil juga memperjelas efek tekstur pada hamparan sekam yang menjadi alas panggung. Sekam padi itu menjadi representasi kultur agraris yang dibicarakan dalam pertunjukan ini.

Sejak Padi Mengakar, karya koreografer I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra atau akrab dipanggil Gus Bang yang tampil pada program kuratorial pertunjukan The (Famous) Squatting Dance : Membaca Marya (Minggu, 28/04/2024) ini memang berangkat dari kegelisahannya sebagai pemuda Bali. Usai melakukan pengembaraan studi Koreografi selama 7 tahun di Yogyakarta, telah membawa keberjarakan pada tanah kelahirannya. Keadaan berjarak itulah yang membawanya pada sudut pandang yang kritis dan objektif melihat Bali. Koreografi Sejak Padi Mengakar menjadi karya perdana yang menurutnya mewakili idealismenya pasca pulang dari Jogja.

***

Masifnya industri pariwisata di Bali semakin hari menampakkan dampaknya yang cukup serius dewasa ini. Di satu sisi menjadi tumpuan ekonomi, namun di sisi lain telah menimbulkan perubahan lansekap alam dan budaya agraris – komunal menuju masyarakat industri yang individual. Bali Selatan yang menjadi episentrum industri pariwisata sedang menghadapi perubahan tata guna lahan secara signifikan. Data Kementerian Pertanian tahun 2021 mengungkap Bali kehilangan sawah rata-tata 1.568 Hektar setiap tahun. Sawah-sawah subur beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan untuk menunjang industri pariwisata seperti hotel, villa dan resort yang mengabaikan peraturan tata ruang kawasan.

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar | Foto : Amrita Dharma

Fenomena tersebut dirasakan oleh Gus Bang Sada yang tinggal di Banjar Mukti, Desa Singapadu, Gianyar.  Sebagai desa yang lekat dengan aktifitas agraris dan kesenian, desa ini telah menjadi jalur perlintasan pariwisata menuju kawasan Ubud. Keadaan ini menyebabkan Singapadu menghadapi dampak perubahan spasial maupun sosial yang cukup signifikan.

Kultur agraris yang telah menubuh pada peradaban Bali selama berabad-abad itu kini mulai bergeser menuju masyarakat industri yang menekankan pada aspek material dan individual. Masyarakat agraris yang mulanya sangat menggantungkan keterhubungannya dengan tanah yang memiliki nilai spiritual sekaligus alat produksi, kini perlahan terputus.

Merespon fenomena ini, Gus Bang menggunakan pendekatan koreografi duduk sebagai pilihan artistic pada repertoar tari Sejak Padi Mengakar. Menurutnya, sikap duduk menyatakan sikap kepemilikan atas lahan sekaligus bentuk adaptasi tubuh atas kondisi ruang yang berubah. Lebih dari itu,  sikap duduk juga memiliki korelasi yang erat dengan bumi sebagai sumber kehidupan kebudayaan agraris. Pada masyarakat agraris di Nusantara dan Bali pada khususnya, memandang bumi atau tanah tak hanya bernilai material semata namun juga spiritual.

Pilihan koreografi duduk itu juga terinspirasi dari koreografi tari Kebyar Duduk yang diciptakan oleh Marya. Di awal proses kreatif penciptaan koreografi Sejak Padi Mengakar ini, Gus Bang melatakkan gerakan Kebyar Duduk sebagai pijakan utama koreografinya. Kemudian ia bersama para penampil mengembangkannya menjadi gerakan yang baru. Kebaruan gerakan koreografi itu lahir dari koreografer maupun penampil. Keduanya memiliki independesi masing-masing dalam merespon koreografi duduk disamping kompromi gerakan-gerakan yang telah disepakati bersama.

Duduk Membumi

Jika kita mengamati kekayaan tari di Nusantara, terdapat bahasa tubuh yang cukup mudah kita amati yaitu bentuk-bentuk sikap tubuh yang cenderung mengikuti arah gravitasi bumi alih-alih melawannya. Sehingga banyak dijumpai kosa gerak seperti sikap tubuh yang tidak tegak sempurna. Kosa gerak semacam itu seakan menjadi bahasa universal dalam gerak tari Nusantara.

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar | Foto : Amrita Dharma

Lebih jauh lagi, penulis teringat dengan sebuah obrolan pada lingkar diskusi kecil bersama para performer di Baliseperti Agus Wiratama dkk mengenai metode Suzuki. Metode Suzuki adalah sebuah metode keaktoran yang dikembangkan oleh Tadashi Suzuki dari Jepang dengan prinsip dasar: Energi, pernapasan dan pusat gravitasi. Salah satu prinsip yang cukup menarik perhatian penulis adalah prinsip pusat gravitasi karena memiliki korelasi dengan sikap duduk yang menjadi pilihan artistik yang digunakan Gus Bang pada pertunjukan Sejak Padi Mengakar.

Keterhubungan gravitasi dengan sikap duduk sangat kontras dengan tari barat seperti balet misalnya. Pada tari Balet yang berkembang di Barat gerakannya cenderung melawan arah gravitasi dengan memposisikan sikap tubuh dengan kaki menukik dan mengangkat tubuh keatas seperti melayang diatas lantai. Sedangkan di Nusantara, tari-tarian yang berkembang memiliki kedekatan prinspi dengan metode yang dikembangkan Suzuki. Misalnya, kaki yang menapak sempurna di bumi bahkan sikap duduk seperti yang tarian Kebyar Duduk menjadi bentuk bahasa koreografi yang memposisikan tubuh mendekat dan menyatu dengan bumi atau tanah.

Budaya agraris yang memuliakan tanah sebagai sumber kehidupan direspon melalui sikap duduk sebagai interpretasi kedekatan manusia Bali dengan alamnya. Tanah bukan lagi menjadi entitas atau material diperlakukan seperti halnya benda-benda yang bebas nilai. Sehingga berbagai ekspresi ritus budaya yang berkembang selalu memiliki korelasi yang lekat dengan tanah. Kondisi ini tentu sangat kontradiktif dengan kondisi hari ini, ketika tanah dipandang hanya sebatas entitas material yang tercerabut dari aspek-aspek sejarah dan spiritual yang melekat padanya.

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar | Foto : Amrita Dharma

Pandangan atas tanah yang menjadi ruang hidup manusia dan kebudayaannya beserta ekosistemnya dikikis dengan pandangan materialistik. Akibatnya, tanah hanya sebatas komoditas bernilai ekonomi semata. Keadaan inilah yang menyebabkan perubahan alih fungsi lahan pertanian di Bali masif terjadi. Hegemoni sistem suprastruktur kapitalisme telah menjadi kenyataan yang menjadi tantangan kehidupan masa depan Bali.

Repertoar koreografi Sejak Padi Mengakar ini menjadi bentuk sikap kegelisahan sekaligus protes terhadap keadaan Bali hari ini. Gagasan Gus Bang atas karya ini cukup jelas menyatakan keberpihakannya atas krisis yang dihadapi oleh tanah kelahirannya. Alih-alih terjebak pada romantisme dan kebanggaan semu atas wacana dominan kebudayaan Bali, ia berusaha membangun dan menemukan jalan mengembangkan koreografi Bali dengan pendekatan estetika kontemporer. [T]

BACA artikelULAS PENTASatau artikel lain dariARIF WIBOWO

“Bee Dances” : Menembus Batas, Melebur Identitas
Menyuarakan Isu Lingkungan melalui Tari Kontemporer “Sambil Menyelam Minum Plastik”
Menjelajahi Laku Jongkok dalam Koreografi “The (Famous) Squatting Dance : Jung Jung te Jung” di Teater Salihara
Tags: Gus BangMulawali Institutepadipertanian baliseni tari
Previous Post

Mahalini Tidak Sendiri

Next Post

Bagaimana Siksa Kubur Versi Hindu?

Arif Wibowo

Arif Wibowo

Lulusan Sarjana Arsitektur yang tertarik dengan isu-isu ketimpangan sosial dan lingkungan perkotaan sehingga lebih memilih untuk terlibat pada praktik arsitektur lansekap yang berfokus pada perancangan ruang publik dengan harapan semakin banyak ruang hijau di kawasan kota. Selain itu ia juga gemar menikmati seni tari, pertunjukan dan musik tradisi khususnya di Jawa dan Bali.

Next Post
Bagaimana Siksa Kubur Versi Hindu?

Bagaimana Siksa Kubur Versi Hindu?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co