1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pandangan Atas Tanah Dulu dan Kini : Catatan Repertoar Tari “Sejak Padi Mengakar”

Arif WibowobyArif Wibowo
May 6, 2024
inUlas Pentas
Pandangan Atas Tanah Dulu dan Kini : Catatan Repertoar Tari “Sejak Padi Mengakar”

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar. Foto : Amrita Dharma

DELAPAN penari laki-laki memposisikan badannya dalam keadaan duduk bersimpuh di hamparan panggung beralaskan sekam padi. Dalam keadaan duduk itu, pertunjukan dibuka dengan masing-masing empat penari bergerak dari kanan kiri sisi panggung menuju ke tengah berkumpul pada satu titik, kemudian membentuk formasi acak-organik yang menyebar. Satu diantara delapan penari itu bergerak dengan posisi duduk dan merayap dari satu titik ke titik lainnya dengan nanar wajah yang gelisah.

Beberapa sorot lampu yang diposisikan sejar dengan tanah selain memberikan efek dramatis kepada para penampil juga memperjelas efek tekstur pada hamparan sekam yang menjadi alas panggung. Sekam padi itu menjadi representasi kultur agraris yang dibicarakan dalam pertunjukan ini.

Sejak Padi Mengakar, karya koreografer I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra atau akrab dipanggil Gus Bang yang tampil pada program kuratorial pertunjukan The (Famous) Squatting Dance : Membaca Marya (Minggu, 28/04/2024) ini memang berangkat dari kegelisahannya sebagai pemuda Bali. Usai melakukan pengembaraan studi Koreografi selama 7 tahun di Yogyakarta, telah membawa keberjarakan pada tanah kelahirannya. Keadaan berjarak itulah yang membawanya pada sudut pandang yang kritis dan objektif melihat Bali. Koreografi Sejak Padi Mengakar menjadi karya perdana yang menurutnya mewakili idealismenya pasca pulang dari Jogja.

***

Masifnya industri pariwisata di Bali semakin hari menampakkan dampaknya yang cukup serius dewasa ini. Di satu sisi menjadi tumpuan ekonomi, namun di sisi lain telah menimbulkan perubahan lansekap alam dan budaya agraris – komunal menuju masyarakat industri yang individual. Bali Selatan yang menjadi episentrum industri pariwisata sedang menghadapi perubahan tata guna lahan secara signifikan. Data Kementerian Pertanian tahun 2021 mengungkap Bali kehilangan sawah rata-tata 1.568 Hektar setiap tahun. Sawah-sawah subur beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan untuk menunjang industri pariwisata seperti hotel, villa dan resort yang mengabaikan peraturan tata ruang kawasan.

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar | Foto : Amrita Dharma

Fenomena tersebut dirasakan oleh Gus Bang Sada yang tinggal di Banjar Mukti, Desa Singapadu, Gianyar.  Sebagai desa yang lekat dengan aktifitas agraris dan kesenian, desa ini telah menjadi jalur perlintasan pariwisata menuju kawasan Ubud. Keadaan ini menyebabkan Singapadu menghadapi dampak perubahan spasial maupun sosial yang cukup signifikan.

Kultur agraris yang telah menubuh pada peradaban Bali selama berabad-abad itu kini mulai bergeser menuju masyarakat industri yang menekankan pada aspek material dan individual. Masyarakat agraris yang mulanya sangat menggantungkan keterhubungannya dengan tanah yang memiliki nilai spiritual sekaligus alat produksi, kini perlahan terputus.

Merespon fenomena ini, Gus Bang menggunakan pendekatan koreografi duduk sebagai pilihan artistic pada repertoar tari Sejak Padi Mengakar. Menurutnya, sikap duduk menyatakan sikap kepemilikan atas lahan sekaligus bentuk adaptasi tubuh atas kondisi ruang yang berubah. Lebih dari itu,  sikap duduk juga memiliki korelasi yang erat dengan bumi sebagai sumber kehidupan kebudayaan agraris. Pada masyarakat agraris di Nusantara dan Bali pada khususnya, memandang bumi atau tanah tak hanya bernilai material semata namun juga spiritual.

Pilihan koreografi duduk itu juga terinspirasi dari koreografi tari Kebyar Duduk yang diciptakan oleh Marya. Di awal proses kreatif penciptaan koreografi Sejak Padi Mengakar ini, Gus Bang melatakkan gerakan Kebyar Duduk sebagai pijakan utama koreografinya. Kemudian ia bersama para penampil mengembangkannya menjadi gerakan yang baru. Kebaruan gerakan koreografi itu lahir dari koreografer maupun penampil. Keduanya memiliki independesi masing-masing dalam merespon koreografi duduk disamping kompromi gerakan-gerakan yang telah disepakati bersama.

Duduk Membumi

Jika kita mengamati kekayaan tari di Nusantara, terdapat bahasa tubuh yang cukup mudah kita amati yaitu bentuk-bentuk sikap tubuh yang cenderung mengikuti arah gravitasi bumi alih-alih melawannya. Sehingga banyak dijumpai kosa gerak seperti sikap tubuh yang tidak tegak sempurna. Kosa gerak semacam itu seakan menjadi bahasa universal dalam gerak tari Nusantara.

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar | Foto : Amrita Dharma

Lebih jauh lagi, penulis teringat dengan sebuah obrolan pada lingkar diskusi kecil bersama para performer di Baliseperti Agus Wiratama dkk mengenai metode Suzuki. Metode Suzuki adalah sebuah metode keaktoran yang dikembangkan oleh Tadashi Suzuki dari Jepang dengan prinsip dasar: Energi, pernapasan dan pusat gravitasi. Salah satu prinsip yang cukup menarik perhatian penulis adalah prinsip pusat gravitasi karena memiliki korelasi dengan sikap duduk yang menjadi pilihan artistik yang digunakan Gus Bang pada pertunjukan Sejak Padi Mengakar.

Keterhubungan gravitasi dengan sikap duduk sangat kontras dengan tari barat seperti balet misalnya. Pada tari Balet yang berkembang di Barat gerakannya cenderung melawan arah gravitasi dengan memposisikan sikap tubuh dengan kaki menukik dan mengangkat tubuh keatas seperti melayang diatas lantai. Sedangkan di Nusantara, tari-tarian yang berkembang memiliki kedekatan prinspi dengan metode yang dikembangkan Suzuki. Misalnya, kaki yang menapak sempurna di bumi bahkan sikap duduk seperti yang tarian Kebyar Duduk menjadi bentuk bahasa koreografi yang memposisikan tubuh mendekat dan menyatu dengan bumi atau tanah.

Budaya agraris yang memuliakan tanah sebagai sumber kehidupan direspon melalui sikap duduk sebagai interpretasi kedekatan manusia Bali dengan alamnya. Tanah bukan lagi menjadi entitas atau material diperlakukan seperti halnya benda-benda yang bebas nilai. Sehingga berbagai ekspresi ritus budaya yang berkembang selalu memiliki korelasi yang lekat dengan tanah. Kondisi ini tentu sangat kontradiktif dengan kondisi hari ini, ketika tanah dipandang hanya sebatas entitas material yang tercerabut dari aspek-aspek sejarah dan spiritual yang melekat padanya.

Repertoar Tari Sejak Padi Mengakar | Foto : Amrita Dharma

Pandangan atas tanah yang menjadi ruang hidup manusia dan kebudayaannya beserta ekosistemnya dikikis dengan pandangan materialistik. Akibatnya, tanah hanya sebatas komoditas bernilai ekonomi semata. Keadaan inilah yang menyebabkan perubahan alih fungsi lahan pertanian di Bali masif terjadi. Hegemoni sistem suprastruktur kapitalisme telah menjadi kenyataan yang menjadi tantangan kehidupan masa depan Bali.

Repertoar koreografi Sejak Padi Mengakar ini menjadi bentuk sikap kegelisahan sekaligus protes terhadap keadaan Bali hari ini. Gagasan Gus Bang atas karya ini cukup jelas menyatakan keberpihakannya atas krisis yang dihadapi oleh tanah kelahirannya. Alih-alih terjebak pada romantisme dan kebanggaan semu atas wacana dominan kebudayaan Bali, ia berusaha membangun dan menemukan jalan mengembangkan koreografi Bali dengan pendekatan estetika kontemporer. [T]

BACA artikelULAS PENTASatau artikel lain dariARIF WIBOWO

“Bee Dances” : Menembus Batas, Melebur Identitas
Menyuarakan Isu Lingkungan melalui Tari Kontemporer “Sambil Menyelam Minum Plastik”
Menjelajahi Laku Jongkok dalam Koreografi “The (Famous) Squatting Dance : Jung Jung te Jung” di Teater Salihara
Tags: Gus BangMulawali Institutepadipertanian baliseni tari
Previous Post

Mahalini Tidak Sendiri

Next Post

Bagaimana Siksa Kubur Versi Hindu?

Arif Wibowo

Arif Wibowo

Lulusan Sarjana Arsitektur yang tertarik dengan isu-isu ketimpangan sosial dan lingkungan perkotaan sehingga lebih memilih untuk terlibat pada praktik arsitektur lansekap yang berfokus pada perancangan ruang publik dengan harapan semakin banyak ruang hijau di kawasan kota. Selain itu ia juga gemar menikmati seni tari, pertunjukan dan musik tradisi khususnya di Jawa dan Bali.

Next Post
Bagaimana Siksa Kubur Versi Hindu?

Bagaimana Siksa Kubur Versi Hindu?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co