10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Darah Memerah di Catuspata | Cerpen IBW Widiasa Keniten

IBW Widiasa KenitenbyIBW Widiasa Keniten
April 28, 2024
inCerpen
Darah Memerah di Catuspata | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Ilustrasi tatkala.co

HARI itu, 28 April, Gede Wijaya duduk mematung di pinggiran Catuspata Semarapura. Di Catuspata, berdiri kokoh patung nyama catur, Anggapati, Mrajapati, Banaspati, dan Banaspatiraja. Empat kekuatan alam yang seakan menjaga kota Semarapura itu dari timur, selatan, barat, dan utara.

Kebetulan, hari itu tidaklah terlalu ramai. Hanya beberapa mobil dan sepeda motor menuju pasar Semarapura membawa dagangan. Satu dokar masih setia menemani kota Semarapura dengan irama gemerincingnya. Transportasi tanpa polusi ini telah terberangus oleh kemajuan tekanologi. Satu dokkar itu sebagai pencatat bahwa di kota Semarapura pernah ada transportasi yang mencintai lingkungan.

Mata Gede Wijaya seakan tak pernah diam. Ia perhatikan taman Kertagosa yang sudah menjadi objek wisata. Taman itu tepat berada di samping Catuspata seakan sebagai penguat bahwa Catuspata itu sakral. Ia merasakan Catuspata itu membagi kota Semarapura menjadi empat, yang membangun keseimbangan semesta.

Ia alihkan matanya ke utara. Ia lihat bangunan berbentuk lingga. Ia pernah memasuki bangunan itu di dalamnya ada relief perjalanan Semarapura. Di sebelah timur, bangunan pertokoan, ada yang masih menyisakan ukiran khas Bali, ada juga yang tak terlihat lagi nuansa kebaliannya.

Tiba-tiba, Gede Wijaya merasa merinding. Ketakutan merasuki jiwanya. Ia melihat lautan darah di Catuspata itu. Matanya dikucek-kuceknya. Hatinya terseret dalam ketakutan teramat sangat. Ia mau menjerit, tapi takut. Takut karena hanya ia saja yang melihatnya.

Orang-orang lain masih terlihat nyaman lalu lalang di sana. Tubuhnya berkeringat. Ia mengelap tubuhnya. “Ini darah siapa?” tanyanya. “Apa darah ini, darah kesatria yang gugur saat Puputan Klungkung? Atau ini hanya ilusi saja?”

Istrinya yang berada tidak terlalu jauh dipanggilnya. “Tu, apa yang kau lihat di Catuspata itu?”

“Bli ini gimana? Memangnya saya ini tidak waras. Ia jelas empat patung nyama catur yang menjaga keseimbangan Semarapura. Memangnya kenapa?”

“Oh, ndak. Bli juga melihatnya seperti itu.” Gede Wijaya menyembunyikan mata hatinya.  “Ayo kita pergi dari sini. Kita ke sana saja ke lapangan Puputan. Kita olahraga ringan saja di sana.”

Istrinya semakin tidak mengerti dengan perubahan suaminya. “Katanya mau menikmati Catuspata. Kenapa tiba-tiba berubah?”

“Ya, sudah cukup. Nanti Bli lanjutkan.”

Selama dalam perjalanan, ia mendengar teriakan, “Puputaaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Puputaaaaaaaaaaaaaaaaan!” Irama kekawin Bharatayuddha tergiang-ngiang di telinganya, Sang Shura mrihayadnya ring samara mahyun manghilangaken ikang parang mukha….” Suara tembakan  terasa menembak jantungnya. Ia dekap jantungnya. Getarannya masih ada.

Jeritan dan bau amis darah seperti mengikuti langkahnya. Peluhnya semakin merembes saja. Istrinya mengira bahwa itu sebagai dampak dari jalan kaki dari Catuspata ke lapangan Puputan. Ia bersama istrinya mengitari lapangan Puputan beberapa kali.

“Gimana Bli, apa lagi ke Catuspata?”

Ia pegang tangan istrinya. Ia susuri trotoar. Ia lihat di samping Kertagosa, Pemedal Agung sebagai saksi sejarah Puri Semarapura. Hatinya semakin bergetar melihat bangunan tua itu menyimpan sejarah Semarapura.  Kembali, ia menatap Catuspata. Kembali matanya melihat lautan darah.

Ia bertanya-tanya dalam hati,”Ada apa sebenarnya hari ini?”  Ia berusaha menenangkan hatinya. Ia minum air putih dalam beberapa tegukan. Ia ingin memastikan kebenaran matanya. Ia lawan kata hatinya. Ia kelilingi Catuspata itu tiga, murwadaksina. Ia merasakan jeritan-jeritan puputan menggema di sana.

“Di sinilah darah kami tumpah demi tanah tercinta ini. Ratusan jiwa membela bumi ini demi sebuah harga diri. Di bawah kakimu itu ada darah memerah yang masih basah. Lihatlah telapak kakimu.” Gede Wijaya mengangkat kakinya. Ia perhatikan telapak kakinya. Tak ada tetesan darah. Tak ada yang kurang dengan telapak kakinya.

Canang sekar yang masih mengharumi Catuspata menusuk hidungnya. Ia hirup keharuman itu hingga menyusuri pori-pori tubuhnya. Ia sedikit merasakan ketenangan. Orang-orang menuju pasar Semarapura semakin ramai saja.

“Bli di sini dulu. Tiang mau ke tengah pasar sebentar.” Istrinya meninggalkan dirinya di Catuspata. Setelah hitungan ketiga kali, ia menepi. Diperhatikanlah patung nyama catur dari atas sampai ke bawah. Ia rasakan getaran sampai ke tubuhnya. Ia rasakan nyama catur itu memasuki tubuhnya.

“Sering-seringlah ke sini. Aku adalah saudaramu. Itu saudaramu telah mengorbankan jiwanya demi tanah tercintanya. Kau sendiri apa sudah diperbuat? Apa tidak malu dengan saudaramu yang jiwanya dibaktikan pada bumi ini? Ini demi cintanya pada Semarapura. Kau sudah diberikan kemudahan dengan segala pelayanan. Apa yang sudah kau berikan? Kau hanya menggerogti tanah kelahiranmu saja.”

Gede Wijaya mau menjerit. Syukur titik kesadarannya masih ada. Ia kendalikan hatinya. Ia merasa selama ini tak pernah memberikan sesuatu pada tanah kelahirannya. Ia merasa bersalah. Di usia yang sudah seperti dirinya dengan istri yang setia menemaninya, tak pernah memberikan apapun pada tanah kelahirannya. “Apa itu yang menyebabkan ia seperti melihat darah memerah di Catuspata?”

Ia langkahkan kakinya mau menyusul istrinya. Tapi, hatinya tersedot untuk tetap berdiri di Catuspata. Ada sepasang mata yang memerhatikannya sedari awal. Ia dekati Gede Wijaya. “Pak Gede ada apa. kok dari tadi terus di Catuspata?”

“Oh, ndak. Hanya ingin mengelilinginya saja.”

“Tapi, Pak  Gede sedari pagi di sini? Itu matahari sudah meninggi.”

Gede Wijaya tak menjawab. Ia tatap wajah laki-laki itu. Semakin ditatap semakin memudar. Gede Wijaya mengucek-ngucek matanya. Ia tadi berbicara dengan siapa? Ia langkahkan kakinya mau meninggalkan Catuspata, tapi setiap melangkah telinganya mendengar terikan, “Puputaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Puputaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Puputaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!” [T]

Yogyakarta, 23 April 2024

KLIKuntukBACAcerpen lain

Mors Vincit Omnia | Cerpen Kiki Sulistyo
Tukang Sulap dan Bocah Pemain Biola | Cerpen Hasan Aspahani
Sedihku Berakhir di Verona | Cerpen Putu Arya Nugraha
Maksan dan Moncong Senapan Belanda | Cerpen Helmy Khan
Tags: Cerpen
Previous Post

Festival The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya—Usaha Merawat Ingatan tentang sang Maestro

Next Post

Belajar dari Natalia, Perempuan yang Hobi Donor Darah

IBW Widiasa Keniten

IBW Widiasa Keniten

Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di Geria Gelumpang, Karangasem. 20 Januari 1967. Buku-buku yang sudah ditulisnya berupa karya sastra maupun kajian sastra. Pemenang Pertama Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013 dan Penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan Tahun 2013 dari Presiden, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, 27 November 2013 di Istora Senayan Jakarta. Tahun 2014 ikut Program Kunjungan (Benchmarking) ke Jerman, selanjutnya ke Paris (Prancis), Belgia, dan Amsterdam (Belanda). 2014 menerima penghargaan Widya Kusuma dari Gubernur Bali. Tahun 2015 memeroleh Widya Pataka atas bukunya Jro Lalung Ngutah.

Next Post
Belajar dari Natalia, Perempuan yang Hobi Donor Darah

Belajar dari Natalia, Perempuan yang Hobi Donor Darah

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co